5 Keunggulan Drone Kamikaze TDR-1 yang Digunakan pada Perang Dunia II
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Eksperimen Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang gagal selama Perang Dunia II mengisyaratkan bagaimana drone yang meledak akan mengubah medan perang 80 tahun kemudian. Kenapa? Drone berkeliaran telah menjadi kebutuhan pokok di medan perang modern, terutama di Ukraina.
Pesawat tak berawak yang dapat terbang lama di suatu area sebelum menabrak target dan meledak sebenarnya bukan teknologi baru. Percobaan Angkatan Laut AS selama Perang Dunia II mengisyaratkan kegunaannya.
Kadang-kadang disebut sebagai drone kamikaze, senjata udara ini berbeda dari kendaraan udara tak berawak lainnya karena mereka sengaja menabrak target mereka. Berbeda dari rudal jelajah karena kemampuan manuver dan kemampuannya untuk berkeliaran di area target sebelum menyerang.
Drone atau pesawat nirawak bersenjata pada umumnya sering dianggap sebagai perkembangan abad ke-21. Tetapi mereka memiliki sejarah panjang.
Selama Perang Dunia II, AS AS berada di belakang beberapa serangan drone pertama selama percobaan yang akhirnya dibatalkan tetapi mengisyaratkan apa yang akan terjadi. Drone buatan AS selama Perang Dunia II itu adalah TDR-1.
Foto/US Navy
Melansir Insider, Angkatan Laut AS mulai bekerja pada sistem udara tak berawak pada tahun 1936.
Tujuan awalnya adalah untuk membuat target untuk praktik meriam anti-udara angkatan laut, tetapi penemuan altimeter radar dan televisi bersamaan dengan pengembangan teknologi radio membuat desain kendaraan udara tak berawak untuk misi yang berbeda lebih realistis.
Penggunaan pesawat yang dikendalikan radio pada tahun 1920-an telah menunjukkan kemungkinan untuk mengoperasikan kapal dari jarak jauh.
Ketika AS secara resmi memasuki Perang Dunia II, pemerintah menjadi jauh lebih bersedia berinvestasi dalam ide-ide baru yang dapat menghasilkan keuntungan militer.
Tetapi memperoleh senjata konvensional yang terbukti tetap menjadi prioritas, sehingga drone baru Angkatan Laut, yang dikembangkan sebagai bagian dari proyek, harus murah dan sebagian besar terbuat dari bahan yang tidak diperlukan untuk upaya perang.
Pesawat tak berawak yang dapat terbang lama di suatu area sebelum menabrak target dan meledak sebenarnya bukan teknologi baru. Percobaan Angkatan Laut AS selama Perang Dunia II mengisyaratkan kegunaannya.
Kadang-kadang disebut sebagai drone kamikaze, senjata udara ini berbeda dari kendaraan udara tak berawak lainnya karena mereka sengaja menabrak target mereka. Berbeda dari rudal jelajah karena kemampuan manuver dan kemampuannya untuk berkeliaran di area target sebelum menyerang.
Drone atau pesawat nirawak bersenjata pada umumnya sering dianggap sebagai perkembangan abad ke-21. Tetapi mereka memiliki sejarah panjang.
Selama Perang Dunia II, AS AS berada di belakang beberapa serangan drone pertama selama percobaan yang akhirnya dibatalkan tetapi mengisyaratkan apa yang akan terjadi. Drone buatan AS selama Perang Dunia II itu adalah TDR-1.
Berikut adalah 5 keunggulan TDR-1 yang diakui banyak kalangan sebagai cikal bakal drone kamikaze.
1. Menggunakan Teknologi Radio
Foto/US Navy
Melansir Insider, Angkatan Laut AS mulai bekerja pada sistem udara tak berawak pada tahun 1936.
Tujuan awalnya adalah untuk membuat target untuk praktik meriam anti-udara angkatan laut, tetapi penemuan altimeter radar dan televisi bersamaan dengan pengembangan teknologi radio membuat desain kendaraan udara tak berawak untuk misi yang berbeda lebih realistis.
Penggunaan pesawat yang dikendalikan radio pada tahun 1920-an telah menunjukkan kemungkinan untuk mengoperasikan kapal dari jarak jauh.
Ketika AS secara resmi memasuki Perang Dunia II, pemerintah menjadi jauh lebih bersedia berinvestasi dalam ide-ide baru yang dapat menghasilkan keuntungan militer.
Tetapi memperoleh senjata konvensional yang terbukti tetap menjadi prioritas, sehingga drone baru Angkatan Laut, yang dikembangkan sebagai bagian dari proyek, harus murah dan sebagian besar terbuat dari bahan yang tidak diperlukan untuk upaya perang.