4 Negara yang Terganggu dengan Kemunculan BRICS, Amerika Paling Terusik
loading...
A
A
A
Menurut Profesor Hukum Internasional di Universitas FGV Direito SP Brasil, Dr Salem Nasser, banyak negara yang mengajukan permintaan bergabung dengan BRICS, yang menunjukkan fenomena perubahan berkelanjutan dalam keseimbangan kekuatan dunia.
"BRICS mewakili kutub baru kekuatan ekonomi dan politik yang akan bersaing dengan hegemoni Amerika Utara," katanya.
Nasser, bagaimanapun, tidak percaya bahwa dengan bergabung dengan BRICS negara-negara itu akan bersekutu dengan China atau menutup pintu kerja sama dengan Barat.
Negara-negara Eropa, terutama yang merupakan anggota Uni Eropa, kemungkinan merasa terganggu dengan upaya BRICS untuk memperkuat kerja sama di bidang ekonomi dan politik.
Perkembangan hubungan BRICS dapat memengaruhi persaingan ekonomi dan kepentingan politik Eropa di beberapa wilayah.
Blok Uni Eropa saat ini berjumlah 27 negara, yakni Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Republik Siprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Rumania, Slowakia, Slovenia, Spanyol, dan Swedia.
Uni Eropa juga menjadi salah satu blok kekuatan ekonomi dunia.
Dengan terancamnya pengaruh AS di panggung global, secara tidak langsung juga akan dirasakan negara-negara yang selama ini bergantung pada bantuan Amerika.
Negara-negara yang telah lama bergantung pada bantuan Amerika antara lain Pakistan (bergantung pada bantuan AS dalam bentuk ekonomi dan bantuan militer), Israel (penikmat bantuan terbesar dari AS dalam bantuk keamanan, bantuan militer dan dukungan untuk program pertahanan), Mesir (penerima bantuan signifikan dari AS dalam bentuk ekonomi, militer, dan dukungan politik), Kolombia (penerima bantuan besar dari AS dalam upaya penanggulangan narkoba dan dukungan keamanan untuk menghadapi kelompok-kelompok pemberontak), dan Filipina (penerima bantuan AS dalam bentuk bantuan ekonomi dan bantuan militer).
China dan India memang bagian dari BRICS. Namun keduanya adalah rival sengit regional.
Kedua negara memiliki permasalahan perbatasan yang belum terselesaikan, yang dapat menciptakan ketegangan di wilayah tersebut.
"BRICS mewakili kutub baru kekuatan ekonomi dan politik yang akan bersaing dengan hegemoni Amerika Utara," katanya.
Nasser, bagaimanapun, tidak percaya bahwa dengan bergabung dengan BRICS negara-negara itu akan bersekutu dengan China atau menutup pintu kerja sama dengan Barat.
2. Negara-negara Eropa
Negara-negara Eropa, terutama yang merupakan anggota Uni Eropa, kemungkinan merasa terganggu dengan upaya BRICS untuk memperkuat kerja sama di bidang ekonomi dan politik.
Perkembangan hubungan BRICS dapat memengaruhi persaingan ekonomi dan kepentingan politik Eropa di beberapa wilayah.
Blok Uni Eropa saat ini berjumlah 27 negara, yakni Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Republik Siprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Rumania, Slowakia, Slovenia, Spanyol, dan Swedia.
Uni Eropa juga menjadi salah satu blok kekuatan ekonomi dunia.
3. Negara Penerima Bantuan AS
Dengan terancamnya pengaruh AS di panggung global, secara tidak langsung juga akan dirasakan negara-negara yang selama ini bergantung pada bantuan Amerika.
Negara-negara yang telah lama bergantung pada bantuan Amerika antara lain Pakistan (bergantung pada bantuan AS dalam bentuk ekonomi dan bantuan militer), Israel (penikmat bantuan terbesar dari AS dalam bantuk keamanan, bantuan militer dan dukungan untuk program pertahanan), Mesir (penerima bantuan signifikan dari AS dalam bentuk ekonomi, militer, dan dukungan politik), Kolombia (penerima bantuan besar dari AS dalam upaya penanggulangan narkoba dan dukungan keamanan untuk menghadapi kelompok-kelompok pemberontak), dan Filipina (penerima bantuan AS dalam bentuk bantuan ekonomi dan bantuan militer).
4. China dan India
China dan India memang bagian dari BRICS. Namun keduanya adalah rival sengit regional.
Kedua negara memiliki permasalahan perbatasan yang belum terselesaikan, yang dapat menciptakan ketegangan di wilayah tersebut.