Ditolak AS Beli Jet Tempur Siluman F-35, Thailand Lirik Pesawat Swedia
loading...
A
A
A
BANGKOK - Amerika Serikat (AS) baru-baru ini menolak permintaan Thailand untuk membeli jet tempur siluman F-35A. Sekarang, Bangkok berusaha untuk memperoleh pesawat tempur Swedia.
Menurut sumber Thailand, yang dikutip Pattaya News, Sabtu (17/6/2023) Angkatan Laut Kerajaan (RTAF) bertujuan untuk mendapatkan tiga jet tempur Gripen tambahan dari Swedia untuk menambah armadanya di Sayap ke-7 di provinsi Surat Thani setelah kehilangan satu dalam kecelakaan.
RTAF sebelumnya telah membeli 12 unit jet tempur Gripen, yang masing-masing berharga sekitar 2 miliar baht.
Selain itu, Swedia tidak hanya akan menyediakan jet tempur yang diinginkan RTAF, tetapi juga akan meng-upgrade sistem radar.
Sumber tersebut mengatakan sistem radar, yang telah beroperasi selama satu dekade, akan menjalani upgrade besar-besaran dengan perkiraan biaya 4 miliar baht.
Sumber itu lebih lanjut mengungkapkan bahwa komandan tertinggi RTAF, ACM Alongkorn Wannarot, belum membentuk panel untuk menilai dan memilih penerus jet tempur F-16 kerajaan, yang telah bertugas selama tiga dekade.
Terlepas dari saran Amerika Serikat agar RTAF mempertimbangkan untuk mengakuisisi jet tempur generasi 4,5 seperti F-16 Block 70 dan F-15, anggaran saat ini untuk tahun fiskal 2024 kurang dari jumlah yang diperlukan untuk masuk ke dalam perjanjian kontrak untuk pengadaan seperti itu.
Pada Mei lalu, AS menolak permintaan Thailand untuk pengadaan jet tempur siluman F-35A yang canggih. Alasannya, negara Asia Tenggara itu belum siap dalam hal fasilitas infrastruktur untuk mengakomodasi jet tempur generasi kelima tersebut.
Penolakan Amerika itu diungkap Bangkok Post dengan mengutip sumber RTAF. Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, Duta Besar (Dubes) AS Robert F Gordec menyampaikan pesan Pentagon kepada Kepala RTAF ACM Alongkorn Wannarot selama kunjungan ke markas RTAF Thailand di Don Mueang.
Kunjungan Dubes AS, ditambah dengan penolakan tidak resmi tawaran Thailand untuk jet tempur F-35, menunjukkan keterlibatan diplomatik yang diatur dengan hati-hati antara kedua negara.
Selama pertemuannya dengan Alongkorn Wannarot, Dubes Gordec dilaporkan menyatakan bahwa Departemen Luar Negeri AS percaya RTAF Thailand mungkin tidak cukup siap dalam hal fasilitas infrastruktur untuk mengakomodasi jet tempur F-35.
Secara khusus, kekhawatiran muncul terkait keamanan pangkalan udara, kemampuan lapangan terbang, infrastruktur pemeliharaan, dan ketersediaan pilot terlatih dan personel penting lainnya.
Dubes Gordec menekankan bahwa mencapai kesiapan integrasi F-35 akan membutuhkan waktu yang substansial dan investasi keuangan yang signifikan.
Kendati demikian, laporan Bangkok Post menyebut Amerika Serikat tidak sepenuhnya menolak permintaan Thailand untuk membeli jet tempur F-35. Sebaliknya, AS telah menyatakan kesediaannya untuk mempertimbangkan kembali permintaan tersebut setelah RTAF mencapai tingkat kesiapan tertentu, kemungkinan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Menurut sumber Thailand, yang dikutip Pattaya News, Sabtu (17/6/2023) Angkatan Laut Kerajaan (RTAF) bertujuan untuk mendapatkan tiga jet tempur Gripen tambahan dari Swedia untuk menambah armadanya di Sayap ke-7 di provinsi Surat Thani setelah kehilangan satu dalam kecelakaan.
RTAF sebelumnya telah membeli 12 unit jet tempur Gripen, yang masing-masing berharga sekitar 2 miliar baht.
Selain itu, Swedia tidak hanya akan menyediakan jet tempur yang diinginkan RTAF, tetapi juga akan meng-upgrade sistem radar.
Sumber tersebut mengatakan sistem radar, yang telah beroperasi selama satu dekade, akan menjalani upgrade besar-besaran dengan perkiraan biaya 4 miliar baht.
Sumber itu lebih lanjut mengungkapkan bahwa komandan tertinggi RTAF, ACM Alongkorn Wannarot, belum membentuk panel untuk menilai dan memilih penerus jet tempur F-16 kerajaan, yang telah bertugas selama tiga dekade.
Terlepas dari saran Amerika Serikat agar RTAF mempertimbangkan untuk mengakuisisi jet tempur generasi 4,5 seperti F-16 Block 70 dan F-15, anggaran saat ini untuk tahun fiskal 2024 kurang dari jumlah yang diperlukan untuk masuk ke dalam perjanjian kontrak untuk pengadaan seperti itu.
Pada Mei lalu, AS menolak permintaan Thailand untuk pengadaan jet tempur siluman F-35A yang canggih. Alasannya, negara Asia Tenggara itu belum siap dalam hal fasilitas infrastruktur untuk mengakomodasi jet tempur generasi kelima tersebut.
Penolakan Amerika itu diungkap Bangkok Post dengan mengutip sumber RTAF. Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, Duta Besar (Dubes) AS Robert F Gordec menyampaikan pesan Pentagon kepada Kepala RTAF ACM Alongkorn Wannarot selama kunjungan ke markas RTAF Thailand di Don Mueang.
Kunjungan Dubes AS, ditambah dengan penolakan tidak resmi tawaran Thailand untuk jet tempur F-35, menunjukkan keterlibatan diplomatik yang diatur dengan hati-hati antara kedua negara.
Selama pertemuannya dengan Alongkorn Wannarot, Dubes Gordec dilaporkan menyatakan bahwa Departemen Luar Negeri AS percaya RTAF Thailand mungkin tidak cukup siap dalam hal fasilitas infrastruktur untuk mengakomodasi jet tempur F-35.
Secara khusus, kekhawatiran muncul terkait keamanan pangkalan udara, kemampuan lapangan terbang, infrastruktur pemeliharaan, dan ketersediaan pilot terlatih dan personel penting lainnya.
Dubes Gordec menekankan bahwa mencapai kesiapan integrasi F-35 akan membutuhkan waktu yang substansial dan investasi keuangan yang signifikan.
Kendati demikian, laporan Bangkok Post menyebut Amerika Serikat tidak sepenuhnya menolak permintaan Thailand untuk membeli jet tempur F-35. Sebaliknya, AS telah menyatakan kesediaannya untuk mempertimbangkan kembali permintaan tersebut setelah RTAF mencapai tingkat kesiapan tertentu, kemungkinan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.
(mas)