Rusia: AS Tahu Ukraina Berencana Hancurkan Bendungan Kakhovka
loading...
A
A
A
MOSKOW - Washington sangat menyadari rencana Kiev untuk menghancurkan bendungan Kakhovka sejak beberapa peluncur roket HIMARS yang dipasok Amerika Serikat (AS) digunakan dalam serangan itu. Hal itu diungkapkan diplomat tinggi Rusia Konstantin Gavrilov.
"Peluncur HIMARS adalah sistem presisi tinggi yang menggunakan sistem navigasi GPS AS untuk penargetan," kata Gavrilov, yang memimpin delegasi Rusia di pembicaraan Wina tentang keamanan militer dan kontrol senjata.
"Setiap target yang dipilih oleh Kiev untuk sistem ini dikoordinasikan dengan Amerika,” tambahnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (15/6/2023).
Menurut pejabat tersebut, pasukan Ukraina menyerang bendungan Kakhovka dengan lebih dari 300 rudal HIMARS selama musim panas dan musim gugur tahun 2022.
“Amerika mengetahuinya. Namun, mereka tidak melakukan apa pun untuk mencegah bencana tersebut,” ujar Gavrilov.
Pada hari Rabu, para pejabat Rusia juga menyampaikan perkiraan mereka tentang kerusakan yang disebabkan oleh kehancuran bendungan tersebut. Kerugiannya mencapai lebih dari USD14 juta, menurut Kementerian Darurat Rusia. Kementerian itu menambahkan bahwa lebih dari 7.000 orang telah dievakuasi dari zona risiko.
Bendungan Kakhovka runtuh minggu lalu, menyebabkan kedua tepi Sungai Dnieper kebanjiran dan banyak korban tewas. Moskow dan Kiev sejak itu saling menuduh siapa yang harus disalahkan atas bencana tersebut.
Pejabat di Kiev mengklaim bahwa Rusia meledakkan bendungan untuk menghentikan serangan balik Ukraina di daerah tersebut. Namun, gagasan ini dibantah oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, yang mengatakan medan lokal sudah sangat tidak menguntungkan untuk serangan bahkan sebelum kejadian.
Putin juga mengatakan bahwa Rusia tidak akan tertarik untuk menghancurkan bendungan, karena itu akan menimbulkan konsekuensi parah bagi wilayah-wilayah yang dikendalikan dan menjadi bagian Rusia.
Pekan lalu, Ukraina mengecam Turki karena menyarankan penyelidikan tiga pihak yang didukung PBB atas insiden tersebut. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba mengatakan pada saat itu bahwa dia muak dan lelah dengan seruan untuk menyelidiki peristiwa yang terjadi selama konflik. Sementara utusan Ukraina untuk PBB, Sergey Kislitsa, mengklaim bahwa meluncurkan penyelidikan semacam itu tidak mungkin.
Pejabat Rusia mengatakan mereka tidak terkejut dengan reaksi Kiev terhadap proposal Turki tersebut. Duta Besar Moskow untuk Washington, Anatoly Antonov, juga menuduh Washington berupaya "menutupi" Kiev dengan mengalihkan kesalahan ke Rusia.
Utusan Rusia itu menyatakan bahwa "pelanggan" Ukraina di Washington tidak pernah mengkritik Kiev, tetapi malah menyetujui semua tindakannya.
"Peluncur HIMARS adalah sistem presisi tinggi yang menggunakan sistem navigasi GPS AS untuk penargetan," kata Gavrilov, yang memimpin delegasi Rusia di pembicaraan Wina tentang keamanan militer dan kontrol senjata.
"Setiap target yang dipilih oleh Kiev untuk sistem ini dikoordinasikan dengan Amerika,” tambahnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (15/6/2023).
Menurut pejabat tersebut, pasukan Ukraina menyerang bendungan Kakhovka dengan lebih dari 300 rudal HIMARS selama musim panas dan musim gugur tahun 2022.
“Amerika mengetahuinya. Namun, mereka tidak melakukan apa pun untuk mencegah bencana tersebut,” ujar Gavrilov.
Pada hari Rabu, para pejabat Rusia juga menyampaikan perkiraan mereka tentang kerusakan yang disebabkan oleh kehancuran bendungan tersebut. Kerugiannya mencapai lebih dari USD14 juta, menurut Kementerian Darurat Rusia. Kementerian itu menambahkan bahwa lebih dari 7.000 orang telah dievakuasi dari zona risiko.
Bendungan Kakhovka runtuh minggu lalu, menyebabkan kedua tepi Sungai Dnieper kebanjiran dan banyak korban tewas. Moskow dan Kiev sejak itu saling menuduh siapa yang harus disalahkan atas bencana tersebut.
Pejabat di Kiev mengklaim bahwa Rusia meledakkan bendungan untuk menghentikan serangan balik Ukraina di daerah tersebut. Namun, gagasan ini dibantah oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, yang mengatakan medan lokal sudah sangat tidak menguntungkan untuk serangan bahkan sebelum kejadian.
Putin juga mengatakan bahwa Rusia tidak akan tertarik untuk menghancurkan bendungan, karena itu akan menimbulkan konsekuensi parah bagi wilayah-wilayah yang dikendalikan dan menjadi bagian Rusia.
Pekan lalu, Ukraina mengecam Turki karena menyarankan penyelidikan tiga pihak yang didukung PBB atas insiden tersebut. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba mengatakan pada saat itu bahwa dia muak dan lelah dengan seruan untuk menyelidiki peristiwa yang terjadi selama konflik. Sementara utusan Ukraina untuk PBB, Sergey Kislitsa, mengklaim bahwa meluncurkan penyelidikan semacam itu tidak mungkin.
Pejabat Rusia mengatakan mereka tidak terkejut dengan reaksi Kiev terhadap proposal Turki tersebut. Duta Besar Moskow untuk Washington, Anatoly Antonov, juga menuduh Washington berupaya "menutupi" Kiev dengan mengalihkan kesalahan ke Rusia.
Utusan Rusia itu menyatakan bahwa "pelanggan" Ukraina di Washington tidak pernah mengkritik Kiev, tetapi malah menyetujui semua tindakannya.
(ian)