Sudan Temukan 28 Mayat Perwira Komplotan Kudeta terhadap Bashir
loading...
A
A
A
KHARTOUM - Otoritas berwenang Sudan menemukan 28 mayat perwira militer yang terlibat dalam kudeta yang gagal tahun 1990. Mereka adalah komplotan kudeta terhadap presiden berkuasa kala itu; Omar al-Bashir .
Jaksa Sudan , Tegelsir al-Hebr, mengatakan puluhan mayat itu ditemukan di kuburan massal. Itu adalah kuburan massal kedua yang ditemukan sejak Bashir—yang memerintah Sudan selama tiga dekade dan menghancurkan perbedaan pendapat dengan kejam—digulingkan oleh tentara selama protes jalanan tahun lalu.
Al-Hebr mengatakan 28 mayat ditemukan di Omdurman, kota kembar dari Ibu Kota Sudan; Khartoum, sebagai bagian dari penyelidikan atas kesalahan yang dilakukan di bawah pemerintahan Bashir. (Baca: Eks Diktator Sudan al-Bashir Masuk RS, Diduga Terinfeksi Corona )
"Butuh tiga minggu dan pekerjaan 22 ahli dari berbagai bidang untuk menemukannya," katanya dalam sebuah pernyataan yang dilansir AFP, Jumat (24/7/2020).
"Operasi sedang dilakukan untuk menggali mayat dan ahli medis akan melakukan tes untuk mengidentifikasi sisa-sisa (jasad)," ujarnya.
Pada April 1990, para perwira mengepung markas tentara dan beberapa barak sebelum ditangkap dan dibunuh.
Bashir, 76, dan banyak pembantunya telah ditahan di penjara Khartoum di Kober atas berbagai tuduhan sejak digulingkan.
Dia telah dihukum karena korupsi dan saat ini sedang diadili atas kudeta militer 1989 yang didukung kelompok Islamis yang membawanya ke tampuk kekuasaan.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) juga ingin mengadili Bashir karena genosida dan kejahatan perang yang dilakukan di wilayah Darfur, di mana 300.000 orang tewas dan 2,5 juta lainnya terpaksa mengungsi.
Sudan, sejak Agustus 2019, dipimpin oleh pemerintahan mayoritas sipil yang memimpin periode transisi tiga tahun. (Baca juga: Sudan Cabut Beberapa Syariat Islam, Muslim Murtad Tak Dihukum Mati )
Pihak berwenang telah bersumpah untuk menyelidiki tindakan yang dilakukan di bawah pemerintahan Bashir serta kekerasan selama protes tahun lalu, yang menyebabkannya digulingkan dari kekuasaan pada April 2019.
Pada pertengahan Juni, pihak berwenang menemukan kuburan massal para peserta wajib militer yang diduga terbunuh setelah mencoba melarikan diri dari kamp militer pada tahun 1998.
Pemerintah Sudan mengatakan pada saat itu bahwa sekitar 55 peserta wajib militer yang melarikan diri dari pangkalan tenggelam ketika kapal mereka yang kelebihan muatan terbalik di Sungai Nil Biru.
Tetapi kelompok-kelompok oposisi menuduh rezim Bashir sengaja membunuh peserta wajib militer dan melaporkan korban tewas lebih dari 100 orang.
Bashir menggunakan kebijakan wajib militer dalam perang saudara melawan pemberontak di wilayah selatan yang kaya minyak, yang memisahkan diri pada 2011. Banyak keluarga di Sudan melaporkan bahwa putra mereka hilang dan jasad mereka tidak pernah ditemukan.
Jaksa Sudan , Tegelsir al-Hebr, mengatakan puluhan mayat itu ditemukan di kuburan massal. Itu adalah kuburan massal kedua yang ditemukan sejak Bashir—yang memerintah Sudan selama tiga dekade dan menghancurkan perbedaan pendapat dengan kejam—digulingkan oleh tentara selama protes jalanan tahun lalu.
Al-Hebr mengatakan 28 mayat ditemukan di Omdurman, kota kembar dari Ibu Kota Sudan; Khartoum, sebagai bagian dari penyelidikan atas kesalahan yang dilakukan di bawah pemerintahan Bashir. (Baca: Eks Diktator Sudan al-Bashir Masuk RS, Diduga Terinfeksi Corona )
"Butuh tiga minggu dan pekerjaan 22 ahli dari berbagai bidang untuk menemukannya," katanya dalam sebuah pernyataan yang dilansir AFP, Jumat (24/7/2020).
"Operasi sedang dilakukan untuk menggali mayat dan ahli medis akan melakukan tes untuk mengidentifikasi sisa-sisa (jasad)," ujarnya.
Pada April 1990, para perwira mengepung markas tentara dan beberapa barak sebelum ditangkap dan dibunuh.
Bashir, 76, dan banyak pembantunya telah ditahan di penjara Khartoum di Kober atas berbagai tuduhan sejak digulingkan.
Dia telah dihukum karena korupsi dan saat ini sedang diadili atas kudeta militer 1989 yang didukung kelompok Islamis yang membawanya ke tampuk kekuasaan.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) juga ingin mengadili Bashir karena genosida dan kejahatan perang yang dilakukan di wilayah Darfur, di mana 300.000 orang tewas dan 2,5 juta lainnya terpaksa mengungsi.
Sudan, sejak Agustus 2019, dipimpin oleh pemerintahan mayoritas sipil yang memimpin periode transisi tiga tahun. (Baca juga: Sudan Cabut Beberapa Syariat Islam, Muslim Murtad Tak Dihukum Mati )
Pihak berwenang telah bersumpah untuk menyelidiki tindakan yang dilakukan di bawah pemerintahan Bashir serta kekerasan selama protes tahun lalu, yang menyebabkannya digulingkan dari kekuasaan pada April 2019.
Pada pertengahan Juni, pihak berwenang menemukan kuburan massal para peserta wajib militer yang diduga terbunuh setelah mencoba melarikan diri dari kamp militer pada tahun 1998.
Pemerintah Sudan mengatakan pada saat itu bahwa sekitar 55 peserta wajib militer yang melarikan diri dari pangkalan tenggelam ketika kapal mereka yang kelebihan muatan terbalik di Sungai Nil Biru.
Tetapi kelompok-kelompok oposisi menuduh rezim Bashir sengaja membunuh peserta wajib militer dan melaporkan korban tewas lebih dari 100 orang.
Bashir menggunakan kebijakan wajib militer dalam perang saudara melawan pemberontak di wilayah selatan yang kaya minyak, yang memisahkan diri pada 2011. Banyak keluarga di Sudan melaporkan bahwa putra mereka hilang dan jasad mereka tidak pernah ditemukan.
(min)