Eropa di Ambang Bencana Lingkungan, Apa Itu Depleted Uranium?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev memperingatkan pada Jumat (19/5/2023) bahwa awan radioaktif sedang menuju ke Eropa Barat setelah penghancuran gudang Ukraina yang menyimpan amunisi depleted uranium yang dipasok Inggris.
Seperti diketahui, Inggris telah menyuplai Ukraina dengan depleted uranium (DU) untuk ditembakkan dari tank Challenger yang disuplainya pada Maret lalu.
Pada awal pengirimannya, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan London untuk tidak memasok amunisi seperti itu kepada Kiev.
“Saya ingin mencatat bahwa jika ini terjadi, maka Rusia akan dipaksa untuk bereaksi, mengingat kolektif Barat sudah mulai menggunakan senjata dengan komponen nuklir,” kata Putin.
Lalu apakah DU itu? Apakah senjata ini bisa membahayakan lingkungan? Untuk menjawab dua pernyataan tersebut bisa disimak penjelasan di bawah ini.
Depleted uranium (DU) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan uranium yang telah mengalami proses penyempitan isotop uranium-235. Uranium alam mengandung sekitar 0,7% uranium-235, sedangkan depleted uranium memiliki konsentrasi uranium-235 yang lebih rendah dari itu, umumnya di bawah 0,3%.
Depleted uranium sering digunakan dalam aplikasi militer, terutama dalam amunisi tembus kendaraan lapis baja dan pelat lapis baja. Kepadatan dan kekerasan yang tinggi membuatnya efektif dalam menembus target yang dilindungi lapisan baja. Ketika proyektil depleted uranium menghantam target, terjadi proses yang disebut piroforisitas, di mana ia terbakar atau mengalami reaksi kimia dengan udara, meningkatkan keefektifannya.
Penggunaan DU dalam aplikasi militer telah menuai kontroversi, dan upaya telah dilakukan untuk mengurangi penggunaannya dan mencari alternatif bahan yang lebih aman dan ramah lingkungan. Pasalnya, beberapa risiko dikaitkan dengan DU termasuk potensi radiasi, keracunan logam berat, dan dampak lingkungan.
DU dapat menimbulkan bahaya radiasi karena semua isotop uranium bersifat radioaktif. Seperti yang telah disebutkan, DU jauh lebih sedikit radioaktif, biasanya sekitar 40% lebih sedikit daripada uranium yang belum diproses.
Radioaktivitas DU terutama terkait dengan partikel alfa, yang tidak menembus kulit. Ini berarti bahaya radiasi dari DU terutama berasal dari menghirup debu, makan atau minum makanan atau air yang terkontaminasi, atau dari pecahan peluru menembus kulit manusia.
Sementara NATO mengeklaim bahwa tidak ada kanker manusia jenis apa pun yang terlihat akibat paparan DU, dokter Angkatan Darat Inggris sebelumnya memperingatkan Kementerian Pertahanan Inggris bahwa paparan DU meningkatkan risiko pengembangan kanker paru-paru, getah bening, dan otak, dan merekomendasikan serangkaian tindakan pencegahan keselamatan.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry pada gilirannya memperingatkan bahwa untuk terkena radiasi dari DU, “Anda harus makan, minum, atau menghirupnya, atau terkena kulit Anda”, sesuatu yang kemungkinan besar akan memengaruhi fungsi normal dari ginjal, otak, hati, jantung, dan banyak sistem lain dari organisme manusia.
Seperti diketahui, Inggris telah menyuplai Ukraina dengan depleted uranium (DU) untuk ditembakkan dari tank Challenger yang disuplainya pada Maret lalu.
Pada awal pengirimannya, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan London untuk tidak memasok amunisi seperti itu kepada Kiev.
“Saya ingin mencatat bahwa jika ini terjadi, maka Rusia akan dipaksa untuk bereaksi, mengingat kolektif Barat sudah mulai menggunakan senjata dengan komponen nuklir,” kata Putin.
Lalu apakah DU itu? Apakah senjata ini bisa membahayakan lingkungan? Untuk menjawab dua pernyataan tersebut bisa disimak penjelasan di bawah ini.
Apa itu Depleted Uranium (DU)?
Depleted uranium (DU) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan uranium yang telah mengalami proses penyempitan isotop uranium-235. Uranium alam mengandung sekitar 0,7% uranium-235, sedangkan depleted uranium memiliki konsentrasi uranium-235 yang lebih rendah dari itu, umumnya di bawah 0,3%.
Depleted uranium sering digunakan dalam aplikasi militer, terutama dalam amunisi tembus kendaraan lapis baja dan pelat lapis baja. Kepadatan dan kekerasan yang tinggi membuatnya efektif dalam menembus target yang dilindungi lapisan baja. Ketika proyektil depleted uranium menghantam target, terjadi proses yang disebut piroforisitas, di mana ia terbakar atau mengalami reaksi kimia dengan udara, meningkatkan keefektifannya.
Apakah senjata ini membahayakan lingkungan?
Penggunaan DU dalam aplikasi militer telah menuai kontroversi, dan upaya telah dilakukan untuk mengurangi penggunaannya dan mencari alternatif bahan yang lebih aman dan ramah lingkungan. Pasalnya, beberapa risiko dikaitkan dengan DU termasuk potensi radiasi, keracunan logam berat, dan dampak lingkungan.
DU dapat menimbulkan bahaya radiasi karena semua isotop uranium bersifat radioaktif. Seperti yang telah disebutkan, DU jauh lebih sedikit radioaktif, biasanya sekitar 40% lebih sedikit daripada uranium yang belum diproses.
Radioaktivitas DU terutama terkait dengan partikel alfa, yang tidak menembus kulit. Ini berarti bahaya radiasi dari DU terutama berasal dari menghirup debu, makan atau minum makanan atau air yang terkontaminasi, atau dari pecahan peluru menembus kulit manusia.
Sementara NATO mengeklaim bahwa tidak ada kanker manusia jenis apa pun yang terlihat akibat paparan DU, dokter Angkatan Darat Inggris sebelumnya memperingatkan Kementerian Pertahanan Inggris bahwa paparan DU meningkatkan risiko pengembangan kanker paru-paru, getah bening, dan otak, dan merekomendasikan serangkaian tindakan pencegahan keselamatan.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry pada gilirannya memperingatkan bahwa untuk terkena radiasi dari DU, “Anda harus makan, minum, atau menghirupnya, atau terkena kulit Anda”, sesuatu yang kemungkinan besar akan memengaruhi fungsi normal dari ginjal, otak, hati, jantung, dan banyak sistem lain dari organisme manusia.