Capres Dogu Perincek: Masa depan Turki Ada di Asia, Ankara Dirantai NATO
loading...
A
A
A
ANKARA - Calon Presiden (Capres) Dogu Perincek menyatakan dirantai oleh keanggotaan NATO dan "disalibkan" dengan menunggu izin masuk ke Uni Eropa (UE), Turki harus merangkul BRICS dan takdir Eurasia.
Pernyataan Dogu Perincek diungkapkan dalam wawancara dengan RT.
Perincek (80) memimpin Partai Patriotik (Vatan Partisi) yang digambarkan sebagai gerakan nasionalis sayap kiri.
Dia secara luas dipandang sebagai underdog dalam pemilu presiden Turki 14 Mei 2023, di mana Kemal Kilicdaroglu yang didukung Barat berusaha menggeser Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan.
“Semua upaya kita ditujukan untuk memperkuat kebebasan dan kemerdekaan Turki,” papar Perincek kepada RT pada Rabu.
Nasib Ankara, menurutnya, berada di peradaban Asia-sentris yang saat ini muncul di bawah kepemimpinan Rusia, China, Iran, dan India sebagai anggota BRICS dan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
Perincek menggambarkan NATO sebagai "bukan pembebasan, tetapi penahanan" untuk Turki. Dia memprediksi Ankara akan keluar dari blok yang dipimpin AS "di masa mendatang."
“Orang Turki tidak terikat oleh rantai NATO,” papar Perincek kepada RT, mencatat publik melihat Amerika Serikat (AS) sebagai musuh, dan Rusia serta China sebagai teman.
Dia mendukung kendali Rusia atas Crimea, Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporozhye sebagai "pukulan besar bagi imperialisme AS", dan berpendapat ekspansi NATO ke arah timur adalah "ancaman yang sama besarnya bagi Turki seperti halnya bagi Rusia."
Pernyataan Dogu Perincek diungkapkan dalam wawancara dengan RT.
Perincek (80) memimpin Partai Patriotik (Vatan Partisi) yang digambarkan sebagai gerakan nasionalis sayap kiri.
Dia secara luas dipandang sebagai underdog dalam pemilu presiden Turki 14 Mei 2023, di mana Kemal Kilicdaroglu yang didukung Barat berusaha menggeser Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan.
“Semua upaya kita ditujukan untuk memperkuat kebebasan dan kemerdekaan Turki,” papar Perincek kepada RT pada Rabu.
Nasib Ankara, menurutnya, berada di peradaban Asia-sentris yang saat ini muncul di bawah kepemimpinan Rusia, China, Iran, dan India sebagai anggota BRICS dan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
Perincek menggambarkan NATO sebagai "bukan pembebasan, tetapi penahanan" untuk Turki. Dia memprediksi Ankara akan keluar dari blok yang dipimpin AS "di masa mendatang."
“Orang Turki tidak terikat oleh rantai NATO,” papar Perincek kepada RT, mencatat publik melihat Amerika Serikat (AS) sebagai musuh, dan Rusia serta China sebagai teman.
Dia mendukung kendali Rusia atas Crimea, Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporozhye sebagai "pukulan besar bagi imperialisme AS", dan berpendapat ekspansi NATO ke arah timur adalah "ancaman yang sama besarnya bagi Turki seperti halnya bagi Rusia."