Berikut Perjalanan Politik Raja Charles III, Putra Mahkota Inggris Terlama
loading...
A
A
A
LONDON - Perjalanan politik untuk menjadi Raja Inggris bagi Charles tidaklah mudah. Dia harus menunggu dalam waktu yang lama untuk menjadi raja.
Selama beberapa dekade, Charles harus menghabiskan waktu tersebut dengan berbagai agenda kerajaan dan misi pribadinya. Dia dikenal memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan dan memiliki lembaga amal.
"Charles memiliki cara pandangan yang modern," kata Peter Mandelson, politikus Inggris, dilansir Politico. "Charles bisa menggunakan suaranya saat berkuasa, meskipun dia kerap berhati-hati," tuturnya.
Berikut perjalanan politik Raja Charles III.
1. Pilot Angkatan Laut
Saat masih berstatus sebagai pangeran, Charles pernah mengikuti latihan sebagai pilot di Angkatan Udara dan Angkatan Laut Inggris. Dia menjalani pelatihan sebagai pilot pesawat Chipmunk. Dia pun berkarier sebagai perwira di Angkatan Laut Inggris pada 1971-1974.
Bahkan Richard Mallory Allnutt pemimpin redaksi War Birds News, menyebut, Charles sebagai seorang Raja Pilot. "Banyak pilot menyadari bahwa Raja Inggris adalah seorang pilot," ungkapnya.
2. Putra Mahkota Terlama
Charles dinobatkan menjadi putra mahkota pada 26 Juli 1958. Raja Charles harus menunggu selama lebih dari beberapa dekade untuk berkuasa. Dia menjadi Raja Inggris karena merupakan anak pertama dari Ratu Elizabeth II. Hingga pada usia yang sudah tua, 73 tahun, dia mendapatkan takhta dari ibunya.
Pakar sejarah kerajaan Inggris Peter Stead mengungkapkan, Charles mengalami frustasi. "Saya pikir Charles seharusnya memberikan pencerahan dibandingkan menjadi anggota keluarga kerajaan yang eksentrik," katanya dilansir BBC.
3. Putra Mahkota Hijau
Julukan itu melekat pada Charles karena dia memiliki reputasi yang baik dalam isu lingkungan. Dia juga dikenal sebagai anggota keluarga kerajaan yang suka berkebun dan bertani. Bahkan, dia pernah memulai peternakan organik di salah satu ladangnya yakni Highgrove Gardens. Pada 2007, dia mendirikan Prince's Rainforest Project untuk meningkatkan kesadaran tentang penggundulan hutan.
"Charles telah memainkan peran penting dalam beberapa dekade lalu tentang isu global, terutama perubahan iklim dan keragaman hayati," kata Tim Wainwright, CEO WaterAid, lembaga amal milik Charles. Bahkan, politikus Amerika serikat Al Gore mengucapkan terima kasih kepada Charles kepemimpinan dan komitmennya terhadap perlindungan lingkungan.
4. Kerap Mewakili Ibunya
Foto/Reuters
Saat menjadi putra mahkota, Charles menjalankan tanggung jawab untuk mewakili ibunya, Ratu Elizabeth II, ketika diundang dalam berbagai forum di luar negeri. Pada 2013, dia pernah mewakili ibunya untuk pertama kali pada pertemuan Commonwealth Heads of Government. Pada 2002, dia juga mewakili ibunya untuk menyampaikan Pidato Pembukaan Parlemen karena Ratu Elizabeth sedang sakit.
5. Naik Takhta karena Ibunya Meninggal
Charles naik takhta setelah ibunya, Ratu Elizabeth II meninggal pada 8 September 2022. Dia berpidato kepada publik pertama kali menjadi raja sehari setelahnya. Saat itu, dia juga mengumumkan bahwa William sebagai putra mahkota dan bergelar Prince of Wales.
6. Penobatan Raja Charles III Paling Sederhana
Foto/Reuters
Upacara penobatan Charles menjadi raja Inggris berlangsung pada 6 Mei 2023. Penobatan Charles juga lebih bersifat multikultural dan berusaha tidak memunculkan kesan kemewahan. Penobatan tersebut dianggap sebagai upacara yang singkat dan tidak memakan banyak biaya. The Sun memprediksi, biaya penobatan Charles diperkirakan mencapai USD125 juta atau Rp1,8 triliun.
7. Bertugas Mempertahankan Keutuhan Inggris Raya
Tugas berat Raja Charles adalah mempertahankan keutuhan Inggris. Hal itu dikarenakan gerakan anti-kerajaan semakin menguat di Inggris. Dalam pandangan Calum Cunningham, kandidator dari Universitas Stirling, dan Jeremy Filet, pakar komunikasi dari Universitas Metropolitan Manchester, Charles III merupakan raja dari kerajaan yang terpecah. Kenapa? "Isu nasionalisme Skotlandia dan seruan referendum memisahkan diri dari Inggris yang menguat setelah kematian Ratu Elizabeth II," kata mereka dilansir The Conversation. Raja Charles III memiliki tugas berat untuk mempertahankan kedaulatan Inggris.
Selama beberapa dekade, Charles harus menghabiskan waktu tersebut dengan berbagai agenda kerajaan dan misi pribadinya. Dia dikenal memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan dan memiliki lembaga amal.
"Charles memiliki cara pandangan yang modern," kata Peter Mandelson, politikus Inggris, dilansir Politico. "Charles bisa menggunakan suaranya saat berkuasa, meskipun dia kerap berhati-hati," tuturnya.
Berikut perjalanan politik Raja Charles III.
1. Pilot Angkatan Laut
Saat masih berstatus sebagai pangeran, Charles pernah mengikuti latihan sebagai pilot di Angkatan Udara dan Angkatan Laut Inggris. Dia menjalani pelatihan sebagai pilot pesawat Chipmunk. Dia pun berkarier sebagai perwira di Angkatan Laut Inggris pada 1971-1974.
Bahkan Richard Mallory Allnutt pemimpin redaksi War Birds News, menyebut, Charles sebagai seorang Raja Pilot. "Banyak pilot menyadari bahwa Raja Inggris adalah seorang pilot," ungkapnya.
2. Putra Mahkota Terlama
Charles dinobatkan menjadi putra mahkota pada 26 Juli 1958. Raja Charles harus menunggu selama lebih dari beberapa dekade untuk berkuasa. Dia menjadi Raja Inggris karena merupakan anak pertama dari Ratu Elizabeth II. Hingga pada usia yang sudah tua, 73 tahun, dia mendapatkan takhta dari ibunya.
Pakar sejarah kerajaan Inggris Peter Stead mengungkapkan, Charles mengalami frustasi. "Saya pikir Charles seharusnya memberikan pencerahan dibandingkan menjadi anggota keluarga kerajaan yang eksentrik," katanya dilansir BBC.
3. Putra Mahkota Hijau
Julukan itu melekat pada Charles karena dia memiliki reputasi yang baik dalam isu lingkungan. Dia juga dikenal sebagai anggota keluarga kerajaan yang suka berkebun dan bertani. Bahkan, dia pernah memulai peternakan organik di salah satu ladangnya yakni Highgrove Gardens. Pada 2007, dia mendirikan Prince's Rainforest Project untuk meningkatkan kesadaran tentang penggundulan hutan.
"Charles telah memainkan peran penting dalam beberapa dekade lalu tentang isu global, terutama perubahan iklim dan keragaman hayati," kata Tim Wainwright, CEO WaterAid, lembaga amal milik Charles. Bahkan, politikus Amerika serikat Al Gore mengucapkan terima kasih kepada Charles kepemimpinan dan komitmennya terhadap perlindungan lingkungan.
4. Kerap Mewakili Ibunya
Foto/Reuters
Saat menjadi putra mahkota, Charles menjalankan tanggung jawab untuk mewakili ibunya, Ratu Elizabeth II, ketika diundang dalam berbagai forum di luar negeri. Pada 2013, dia pernah mewakili ibunya untuk pertama kali pada pertemuan Commonwealth Heads of Government. Pada 2002, dia juga mewakili ibunya untuk menyampaikan Pidato Pembukaan Parlemen karena Ratu Elizabeth sedang sakit.
5. Naik Takhta karena Ibunya Meninggal
Charles naik takhta setelah ibunya, Ratu Elizabeth II meninggal pada 8 September 2022. Dia berpidato kepada publik pertama kali menjadi raja sehari setelahnya. Saat itu, dia juga mengumumkan bahwa William sebagai putra mahkota dan bergelar Prince of Wales.
6. Penobatan Raja Charles III Paling Sederhana
Foto/Reuters
Upacara penobatan Charles menjadi raja Inggris berlangsung pada 6 Mei 2023. Penobatan Charles juga lebih bersifat multikultural dan berusaha tidak memunculkan kesan kemewahan. Penobatan tersebut dianggap sebagai upacara yang singkat dan tidak memakan banyak biaya. The Sun memprediksi, biaya penobatan Charles diperkirakan mencapai USD125 juta atau Rp1,8 triliun.
7. Bertugas Mempertahankan Keutuhan Inggris Raya
Tugas berat Raja Charles adalah mempertahankan keutuhan Inggris. Hal itu dikarenakan gerakan anti-kerajaan semakin menguat di Inggris. Dalam pandangan Calum Cunningham, kandidator dari Universitas Stirling, dan Jeremy Filet, pakar komunikasi dari Universitas Metropolitan Manchester, Charles III merupakan raja dari kerajaan yang terpecah. Kenapa? "Isu nasionalisme Skotlandia dan seruan referendum memisahkan diri dari Inggris yang menguat setelah kematian Ratu Elizabeth II," kata mereka dilansir The Conversation. Raja Charles III memiliki tugas berat untuk mempertahankan kedaulatan Inggris.
(ahm)