Abaikan Ancaman Sanksi China, AS Akan Terus Kirim Senjata ke Taiwan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Mark Esper mengatakan, Washington akan melanjutkan penjualan senjata ke Taiwan meskipun ditentang oleh China . Esper menambahkan bahwa ia berharap untuk mengunjungi Republik Rakyat China (RRC) pada akhir tahun untuk meningkatkan kerja sama bilateral.
"Saya secara pribadi berbicara dengan rekanan RRC saya pada beberapa kesempatan dan sebelum tahun ini habis, saya berharap untuk mengunjungi RRC untuk pertama kalinya sebagai menteri, untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama, membangun sistem yang diperlukan untuk komunikasi krisis, dan memperkuat niat kami untuk bersaing secara terbuka dalam sistem internasional," kata Esper seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (21/7/2020).
Hal itu diungkapkannya pada presentasi khusus untuk Institut Internasional untuk Studi Strategis.
Kementerian Luar Negeri China pekan lalu mengumumkan bahwa Beijing akan menjatuhkan sanksi terhadap Lockheed Martin setelah AS menyetujui penjualan senilai USD620 juta ke Taiwan untuk meningkatkan sistem rudal anti-balistik Patriot. Lockheed Martin adalah kontraktor utama dalam transaksi tersebut. (Baca: China Ancam Sanksi Produsen Jet Tempur F-35 AS terkait Taiwan )
Menanggapi pernyataan itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa ia berharap China akan mempertimbangkan kembali ancamannya, menunjukkan bahwa bisnis Lockheed Martin dengan Taiwan sepenuhnya konsisten dengan kebijakan luar negeri Washington dalam memasok senjata ke pulau itu, yang dianggap Beijing sebagai bagian dari ancaman wilayahnya. (Baca: Jika China Menginvasi, Taiwan Gempur Beijing dengan Rudal Jelajah )
Taiwan telah diperintah secara independen dari daratan China sejak 1949. Beijing memandang pulau itu sebagai provinsi, sementara pemerintah Taiwan mengklaim China sebagai pewaris pemerintah pra-Komunis di bawah kebijakan "satu China". Beijing sangat kritis terhadap kesepakatan senjata Washington dengan Taipei, mengancam sanksi pada beberapa kesempatan. (Baca: Deretan Rudal Taiwan Ini Akan Bikin China Berpikir Ulang Lakukan Invasi )
"Saya secara pribadi berbicara dengan rekanan RRC saya pada beberapa kesempatan dan sebelum tahun ini habis, saya berharap untuk mengunjungi RRC untuk pertama kalinya sebagai menteri, untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama, membangun sistem yang diperlukan untuk komunikasi krisis, dan memperkuat niat kami untuk bersaing secara terbuka dalam sistem internasional," kata Esper seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (21/7/2020).
Hal itu diungkapkannya pada presentasi khusus untuk Institut Internasional untuk Studi Strategis.
Kementerian Luar Negeri China pekan lalu mengumumkan bahwa Beijing akan menjatuhkan sanksi terhadap Lockheed Martin setelah AS menyetujui penjualan senilai USD620 juta ke Taiwan untuk meningkatkan sistem rudal anti-balistik Patriot. Lockheed Martin adalah kontraktor utama dalam transaksi tersebut. (Baca: China Ancam Sanksi Produsen Jet Tempur F-35 AS terkait Taiwan )
Menanggapi pernyataan itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa ia berharap China akan mempertimbangkan kembali ancamannya, menunjukkan bahwa bisnis Lockheed Martin dengan Taiwan sepenuhnya konsisten dengan kebijakan luar negeri Washington dalam memasok senjata ke pulau itu, yang dianggap Beijing sebagai bagian dari ancaman wilayahnya. (Baca: Jika China Menginvasi, Taiwan Gempur Beijing dengan Rudal Jelajah )
Taiwan telah diperintah secara independen dari daratan China sejak 1949. Beijing memandang pulau itu sebagai provinsi, sementara pemerintah Taiwan mengklaim China sebagai pewaris pemerintah pra-Komunis di bawah kebijakan "satu China". Beijing sangat kritis terhadap kesepakatan senjata Washington dengan Taipei, mengancam sanksi pada beberapa kesempatan. (Baca: Deretan Rudal Taiwan Ini Akan Bikin China Berpikir Ulang Lakukan Invasi )
(ber)