Lagi, Putri Saudi Memohon Raja Salman Membebaskannya dari Penjara
loading...
A
A
A
RIYADH - Seorang putri Kerajaan Arab Saudi yang dipenjara memohon kepada pamannya; Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, dan sepupunya; Putra Mahkota Mohammed bin Salman, untuk membebaskannya dari penjara.
Putri Basmah binti Saud bin Abdulaziz al-Saud, 55, berharap kedua penguasa tersebut bisa menemukan keadilan di hati mereka selama bulan suci Ramadhan. Permohonan pembebasan ini disampaikan hari Senin dan merupakan permohonan yang kedua pada bulan ini.
Permohonan pertama diajukan awal bulan ini. Itu juga menjadi permohonan pertama sejak dia "menghilang" lebih dari setahun yang lalu. Dia menjelaskan dalam serangkaian tweet bahwa dia ditahan secara sewenang-wenang di penjara al-Hair di Riyadh, dan bahwa kesehatannya memburuk parah.
Pernyataan permohonan kedua juga diunggah di akun Twitter-nya, @PrincessBasmah pada Selasa (28/4/2020).
"Minggu ini, umat Islam di seluruh dunia memulai bulan suci Ramadhan kami, yang sebagian besar dari kita akan menghabiskan (waktu) bersama keluarga, bahkan jika sangat terbatas karena pandemi yang berkelanjutan," tulis dia, merujuk pada pandemi virus corona baru (COVID-19).
"Saya... akan menghabiskan bulan di penjara al-Hair kecuali paman saya, Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, dan sepupu saya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman al-Saud, memutuskan untuk melepaskan saya," lanjut Putri Basmah.
Sang putri mengulangi ceritanya bahwa dia telah diculik dengan salah satu putrinya, tanpa tuduhan atau investigasi. Dia mengaku kondisi kesehatannya sangat kritis.
Dia berharap raja dan putra mahkota untuk menemukan di dalam hati mereka rasa keadilan yang seharusnya diresapi pada setiap Muslim selama bulan Ramadhan, dan melepaskan kerabat mereka yang ditahan secara sewenang-wenang dalam kondisi yang terburuk.
Dia juga mengklarifikasi bahwa pernyataan pertamanya dua minggu yang lalu telah dihapus karena "pelanggaran akun", dan bahwa semua posting mulai sekarang akan diterbitkan oleh kantor medianya.
Sang putri adalah anak bungsu dari mantan Raja Saud bin Abdulaziz al-Saud, raja kedua Arab Saudi. Dia juga cucu dari Ibn Saud, pendiri dan raja pertama Arab Saudi.
Dia telah membangun reputasi sebagai anggota keluarga kerajaan Saudi yang blakblakan, karena di masa lalu menyerukan negara itu untuk mengadopsi monarki konstitusional, mengkritik polisi agama, dan berbicara tentang isu-isu hak asasi manusia dan perempuan.
Dalam wawancara Januari 2018 dengan BBC Arabic, yang diyakini sebagai penampilan utama media terakhirnya, Putri Basmah mendesak Arab Saudi untuk mengakhiri intervensi militernya di Yaman.
Berita penahanannya muncul hanya beberapa minggu setelah sejumlah pangeran Saudi ditangkap sebagai bagian dari "pembersihan massal" oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Kerabat sejumlah tahanan politik Saudi juga menyerukan agar orang yang mereka cintai dibebaskan selama Ramadhan di tengah kekhawatiran bahwa virus corona baru mungkin menyebar di pusat-pusat penahanan.
Pada hari Jumat, kematian aktivis terkemuka Saudi; Abdullah al-Hamid, saat berada dalam tahanan memicu kejutan dan kecaman.
Putri Basmah binti Saud bin Abdulaziz al-Saud, 55, berharap kedua penguasa tersebut bisa menemukan keadilan di hati mereka selama bulan suci Ramadhan. Permohonan pembebasan ini disampaikan hari Senin dan merupakan permohonan yang kedua pada bulan ini.
Permohonan pertama diajukan awal bulan ini. Itu juga menjadi permohonan pertama sejak dia "menghilang" lebih dari setahun yang lalu. Dia menjelaskan dalam serangkaian tweet bahwa dia ditahan secara sewenang-wenang di penjara al-Hair di Riyadh, dan bahwa kesehatannya memburuk parah.
Pernyataan permohonan kedua juga diunggah di akun Twitter-nya, @PrincessBasmah pada Selasa (28/4/2020).
"Minggu ini, umat Islam di seluruh dunia memulai bulan suci Ramadhan kami, yang sebagian besar dari kita akan menghabiskan (waktu) bersama keluarga, bahkan jika sangat terbatas karena pandemi yang berkelanjutan," tulis dia, merujuk pada pandemi virus corona baru (COVID-19).
"Saya... akan menghabiskan bulan di penjara al-Hair kecuali paman saya, Penjaga Dua Masjid Suci, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, dan sepupu saya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman al-Saud, memutuskan untuk melepaskan saya," lanjut Putri Basmah.
Sang putri mengulangi ceritanya bahwa dia telah diculik dengan salah satu putrinya, tanpa tuduhan atau investigasi. Dia mengaku kondisi kesehatannya sangat kritis.
Dia berharap raja dan putra mahkota untuk menemukan di dalam hati mereka rasa keadilan yang seharusnya diresapi pada setiap Muslim selama bulan Ramadhan, dan melepaskan kerabat mereka yang ditahan secara sewenang-wenang dalam kondisi yang terburuk.
Dia juga mengklarifikasi bahwa pernyataan pertamanya dua minggu yang lalu telah dihapus karena "pelanggaran akun", dan bahwa semua posting mulai sekarang akan diterbitkan oleh kantor medianya.
Sang putri adalah anak bungsu dari mantan Raja Saud bin Abdulaziz al-Saud, raja kedua Arab Saudi. Dia juga cucu dari Ibn Saud, pendiri dan raja pertama Arab Saudi.
Dia telah membangun reputasi sebagai anggota keluarga kerajaan Saudi yang blakblakan, karena di masa lalu menyerukan negara itu untuk mengadopsi monarki konstitusional, mengkritik polisi agama, dan berbicara tentang isu-isu hak asasi manusia dan perempuan.
Dalam wawancara Januari 2018 dengan BBC Arabic, yang diyakini sebagai penampilan utama media terakhirnya, Putri Basmah mendesak Arab Saudi untuk mengakhiri intervensi militernya di Yaman.
Berita penahanannya muncul hanya beberapa minggu setelah sejumlah pangeran Saudi ditangkap sebagai bagian dari "pembersihan massal" oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Kerabat sejumlah tahanan politik Saudi juga menyerukan agar orang yang mereka cintai dibebaskan selama Ramadhan di tengah kekhawatiran bahwa virus corona baru mungkin menyebar di pusat-pusat penahanan.
Pada hari Jumat, kematian aktivis terkemuka Saudi; Abdullah al-Hamid, saat berada dalam tahanan memicu kejutan dan kecaman.
(min)