Gencatan Senjata Tak Digubris, Pertempuran Terus Berkobar di Sudan

Kamis, 27 April 2023 - 06:40 WIB
loading...
Gencatan Senjata Tak Digubris, Pertempuran Terus Berkobar di Sudan
Pertempuran terus berkobar di Sudan meskipun ada gencatan senjata. Foto/Ilustrasi
A A A
KHARTOUM - Pertempuran berlanjut di beberapa bagian Sudan meskipun gencatan senjata 72 jam sebagian besar berlaku.

Berbicara melalui telepon dari Omdurman, kota yang bersebelahan dengan ibu kota Khartoum, wartawan BBC Mohamed Osman mengatakan pertempuran pecah di dekat gedung TV dan radio.

"Tidak ada bahan bakar dan kekurangan dokter, dan orang-orang berjuang untuk mendapatkan makanan dan uang," tambahnya seperti dikutip dari kantor berita yang berbasis di Inggris itu, Kamis (27/4/2023).

Menurut koresponden BBC, warga di Khartoum dan Omdurman kesulitan menemukan air bersih dan makanan serta akses ke uang tunai.

Ledakan dan tembakan masih terdengar pada hari Rabu, dengan pesawat tempur di udara, meskipun lebih tenang daripada sebelum gencatan senjata dan situasinya cukup baik untuk melanjutkan evakuasi.

Koresponden BBC mengatakan dia dan keluarganya sulit tidur karena ledakan dan tembakan.

"Geng juga menjarah rumah dan bangunan kosong, menargetkan mobil dan kendaraan," tambahnya.

Penduduk setempat mengkhawatirkan apa yang akan terjadi setelah gencatan senjata berakhir.

Kedua belah pihak masih menjaga pos pemeriksaan tetapi jumlahnya lebih sedikit karena beberapa pasukan telah ditarik ke daerah lain.

Faksi yang bertikai sama-sama mengklaim menguasai tempat-tempat penting seperti bandara dan markas tentara. Tidak ada akses internet dan saluran telepon buruk.

Sedikitnya 459 orang tewas sejak pertempuran pecah meskipun jumlah sebenarnya dianggap jauh lebih tinggi.



Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pihaknya memperkirakan "lebih banyak lagi" kematian akibat penyakit, kurangnya akses ke makanan dan air serta gangguan terhadap fasilitas kesehatan.

Beberapa negara telah mengevakuasi warga negaranya sejak gencatan senjata diberlakukan.

Panglima militer Sudan dilaporkan telah menyetujui perpanjangan gencatan senjata, yang akan berakhir pada hari Jumat, selama 72 jam.

Kantor berita Reuters melaporkan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan memberikan persetujuan awal atas proposal dari Otoritas Pembangunan Antarpemerintah blok Afrika regional.

Proposal tersebut menyarankan pengiriman utusan dari tentara Sudan dan kelompok pesaingnya, Pasukan Dukungan Cepat (RSF), ke Juba di Sudan Selatan untuk membahas rincian gencatan senjata.

Gencatan senjata saat ini dimulai pada tengah malam waktu setempat pada hari Senin menghentikan konflik yang meletus pada 15 April di tengah perebutan kekuasaan antara para pemimpin tentara dan RSF.

Sebuah kapal yang mengevakuasi lebih dari 1.600 orang dari puluhan negara tiba di Arab Saudi pada hari Rabu dan baik Jerman maupun Prancis mengatakan semua warganya kini telah meninggalkan negara itu.

Penerbangan pertama yang membawa pulang warga negara Inggris mendarat di Stansted pada hari Rabu, melalui Larnaca di Siprus.

Sekitar 536 warga negara Inggris telah dievakuasi dari Sudan dalam enam penerbangan, kata Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan.

Ketua Komisi Diaspora Nigeria mengkonfirmasi kepada BBC bahwa evakuasi mahasiswa Nigeria yang terlantar di Sudan telah dimulai.



Diperkirakan ada hingga 5.000 warga Nigeria yang tinggal di Sudan, dan 3.500 dari mereka adalah pelajar.

Namun, seorang siswa kelahiran Inggris di Sudan mengatakan dia tidak memiliki cukup bahan bakar untuk menyelamatkan penerbangan.

Samar Eltayeb (20) dari Birmingham, telah berlindung dengan kerabatnya di luar Khartoum sejak pertempuran dimulai.

Mahasiswa kedokteran tahun ketiga di Universitas Nasional Sudan telah menunggu untuk dievakuasi untuk bergabung dengan orang tua dan saudara kandungnya di Inggris.

"Kami tidak punya bensin, dan pom bensin kosong," kata Eltayeb. "Akan ada penerbangan terus-menerus dalam beberapa hari ke depan, tetapi jika saya tidak dapat menemukan bahan bakar untuk sampai ke sana, maka saya mandek," imbuhnya.

Bus yang membawa pengungsi terus meninggalkan Khartoum meskipun harga bahan bakar dan tiket bus melonjak.

Sementara itu, mantan politisi Sudan Ahmed Haroun mengatakan bahwa dia dan mantan pejabat lainnya tidak lagi berada di penjara.

Laporan muncul minggu ini tentang pembobolan penjara Kober di Khartoum, di mana Ahmed Haroun menjalani hukuman bersama Omar al-Bashir, mantan presiden Sudan.

Tentara Sudan mengatakan Bashir dipindahkan dari penjara ke rumah sakit militer sebelum pertempuran meletus.

Baik Bashir dan Haroun menghadapi dakwaan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan peran mereka dalam kekejaman di wilayah Darfur, Sudan barat.

Pada hari Selasa, Haroun mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan yang ditayangkan di TV Tayba Sudan bahwa dia dan loyalis Bashir lainnya yang bertugas di bawahnya telah meninggalkan penjara - tetapi mengatakan dia akan siap menghadap pengadilan kapan pun itu dilakukan.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1332 seconds (0.1#10.140)