Sedih, Inflasi Bikin Warga Pakistan Sulit Belanja Jelang Idulfitri
loading...
A
A
A
ISLAMABAD - Penjualan ritel di Pakistan telah menyaksikan penurunan tajam dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya menjelang hari raya Idulfitri . Rakyat negara itu merasakan kejamnya dampak inflasi yang tinggi selama beberapa dekade.
Menjelang Idulfitri yang jatuh pada Sabtu (22/4/2023) di Pakistan untuk menandai akhir bulan suci Ramadan, secara tradisional biasanya penjualan menyentuh angka tertinggi. Namun tahun ini, negara tersebut mengalami krisis ekonomi yang melumpuhkan.
“Ada penurunan penjualan sebesar 20 persen di semua kategori, kecuali pakaian wanita,” kata Tariq Mehboob, ketua Chain Store Association Pakistan (CAP) dan CEO Royal Tag, merek pakaian untuk pria, kepada kantor berita Reuters.
Inflasi mencapai 35 persen pada bulan Maret, didorong oleh mata uang yang terdepresiasi, pengembalian subsidi, dan pengenaan tarif yang lebih tinggi untuk mengamankan paket bailout sebesar USD1,1 miliar dari Dana Moneter Internasional.
Inflasi makanan telah meningkat hingga lebih dari 47 persen, dan bahkan kelas profesional yang lebih kaya pun membuat perubahan gaya hidup untuk menghadapi kenaikan harga.
“Orang Pakistan telah kehilangan lebih dari 50 persen kekayaan mereka dalam dua tahun terakhir dalam bentuk depresiasi, jadi Anda sekarang menjual kepada orang-orang dengan dana yang tersedia 50 persen lebih sedikit, sementara biayanya naik 100 persen,” kata Asad Shafi, pemilik merek pakaian wanita Cross Stitch.
“Ekspektasi peritel fesyen sangat rendah bahkan mencapai titik impas atau penjualan minimal hanya untuk bertahan hidup dapat diterima,” tambahnya.
Asfandyar Farrukh, salah satu pendiri CAP dan direktur pelaksana Hub, sebuah toko barang kulit, mengatakan bahwa belanja Idulfitri tampaknya dimulai lebih cepat dan memuncak lebih awal, bertepatan dengan hari pembayaran gaji, dan pelanggan mengantisipasi kenaikan harga.
“Merek yang sudah mapan tidak mengalami penurunan pendapatan sebesar pasar lokal karena lebih sering dikunjungi oleh pelanggan kelas menengah ke atas dan kelas atas,” kata Farrukh.
Pasar dan pusat perbelanjaan yang biasanya ramai dengan target kelas menengah dan menengah ke bawah seperti Anarkali dan Pasar Liberty di timur kota Lahore sama-sama melaporkan lebih sedikit pelanggan.
Ashraf Bhatti, presiden Asosiasi Pedagang Anarkali, mengatakan kepada Reuters bahwa ada pengurangan 50 persen dalam belanja Idulfitri tahun ini, sementara Sohail Sarfaraz Mani, Presiden Asosiasi Pedagang Pasar Liberty, memperkirakan penurunannya sekitar 35 persen.
Menjelang Idulfitri yang jatuh pada Sabtu (22/4/2023) di Pakistan untuk menandai akhir bulan suci Ramadan, secara tradisional biasanya penjualan menyentuh angka tertinggi. Namun tahun ini, negara tersebut mengalami krisis ekonomi yang melumpuhkan.
“Ada penurunan penjualan sebesar 20 persen di semua kategori, kecuali pakaian wanita,” kata Tariq Mehboob, ketua Chain Store Association Pakistan (CAP) dan CEO Royal Tag, merek pakaian untuk pria, kepada kantor berita Reuters.
Inflasi mencapai 35 persen pada bulan Maret, didorong oleh mata uang yang terdepresiasi, pengembalian subsidi, dan pengenaan tarif yang lebih tinggi untuk mengamankan paket bailout sebesar USD1,1 miliar dari Dana Moneter Internasional.
Inflasi makanan telah meningkat hingga lebih dari 47 persen, dan bahkan kelas profesional yang lebih kaya pun membuat perubahan gaya hidup untuk menghadapi kenaikan harga.
“Orang Pakistan telah kehilangan lebih dari 50 persen kekayaan mereka dalam dua tahun terakhir dalam bentuk depresiasi, jadi Anda sekarang menjual kepada orang-orang dengan dana yang tersedia 50 persen lebih sedikit, sementara biayanya naik 100 persen,” kata Asad Shafi, pemilik merek pakaian wanita Cross Stitch.
“Ekspektasi peritel fesyen sangat rendah bahkan mencapai titik impas atau penjualan minimal hanya untuk bertahan hidup dapat diterima,” tambahnya.
Asfandyar Farrukh, salah satu pendiri CAP dan direktur pelaksana Hub, sebuah toko barang kulit, mengatakan bahwa belanja Idulfitri tampaknya dimulai lebih cepat dan memuncak lebih awal, bertepatan dengan hari pembayaran gaji, dan pelanggan mengantisipasi kenaikan harga.
“Merek yang sudah mapan tidak mengalami penurunan pendapatan sebesar pasar lokal karena lebih sering dikunjungi oleh pelanggan kelas menengah ke atas dan kelas atas,” kata Farrukh.
Pasar dan pusat perbelanjaan yang biasanya ramai dengan target kelas menengah dan menengah ke bawah seperti Anarkali dan Pasar Liberty di timur kota Lahore sama-sama melaporkan lebih sedikit pelanggan.
Ashraf Bhatti, presiden Asosiasi Pedagang Anarkali, mengatakan kepada Reuters bahwa ada pengurangan 50 persen dalam belanja Idulfitri tahun ini, sementara Sohail Sarfaraz Mani, Presiden Asosiasi Pedagang Pasar Liberty, memperkirakan penurunannya sekitar 35 persen.
(esn)