Presiden Belarusia: Uni Eropa Butuh Rusia untuk Bertahan Hidup
loading...
A
A
A
MINSK - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko memperingatkan dunia saat ini menyaksikan “kehancuran Eropa”. Peringatan itu muncul saat pidato tahunan kepada parlemen nasional pada Jumat (31/3/2023).
“Separuh bagian barat benua itu kehilangan kemerdekaannya karena negara-negara berubah menjadi satelit AS,” ungkap dia.
Lukashenko percaya hanya bersatu dengan Rusia yang dapat menghentikan proses tersebut.
“Kebijakan Uni Eropa, baik asing maupun internal, telah sepenuhnya tunduk pada kepentingan AS,” papar Lukashenko menguraikan, saat dia menuduh para pemimpin Eropa Barat kurang memiliki kemauan politik untuk membuat negara mereka benar-benar mandiri dalam urusan internasional.
Menurut Lukashenko, AS telah lama menerapkan kebijakan penindasan ekonomi terhadap UE.
“Munculnya mata uang kompetitif blok itu sendiri, euro, telah mendorong AS untuk mulai mencekik subyeknya,” ujar dia.
Washington juga menggunakan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina untuk “menghentikan” Eropa, menurut presiden Belarusia itu.
“Satu-satunya jalan keluar bagi UE adalah bergabung dengan Rusia,” papar Lukashenko.
Dia menambahkan, “Eropa hanya bisa bertahan bersama kami, terutama dengan Rusia.”
“Jika Rusia dan Eropa bersatu, itu akan menjadi pembangkit tenaga listrik yang tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun,” ujar dia.
Pernyataan itu dibuat saat Rusia meluncurkan konsep kebijakan luar negerinya yang telah direvisi. Dokumen tersebut, yang menguraikan prioritas strategis negara, menyebut “kebijakan anti-Rusia” oleh Amerika Serikat (AS) sebagai ancaman besar bagi perdamaian internasional.
Pada saat yang sama, Moskow menyatakan tidak menganggap negara-negara Barat sebagai musuh dan siap untuk berdialog dan bekerja sama atas dasar saling menghormati.
Perkembangan terbaru terjadi di tengah konflik militer yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Uni Eropa telah mengikuti AS dalam mendukung Kiev dengan bantuan militer dan keuangan sambil menampar Moskow dengan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
UE juga telah mencoba menolak impor minyak dan gas Rusia, yang berdampak negatif pada beberapa negara Eropa yang sebelumnya sangat bergantung pada impor energi Rusia, seperti Jerman.
Namun demikian, pemerintah Jerman mengumumkan pada Januari bahwa negara itu akan menghindari resesi tahun ini.
Namun, lembaga pemeringkat kredit Fitch memperkirakan awal bulan ini ekonomi Jerman akan memasuki resesi pada akhir 2023.
“Separuh bagian barat benua itu kehilangan kemerdekaannya karena negara-negara berubah menjadi satelit AS,” ungkap dia.
Lukashenko percaya hanya bersatu dengan Rusia yang dapat menghentikan proses tersebut.
“Kebijakan Uni Eropa, baik asing maupun internal, telah sepenuhnya tunduk pada kepentingan AS,” papar Lukashenko menguraikan, saat dia menuduh para pemimpin Eropa Barat kurang memiliki kemauan politik untuk membuat negara mereka benar-benar mandiri dalam urusan internasional.
Menurut Lukashenko, AS telah lama menerapkan kebijakan penindasan ekonomi terhadap UE.
“Munculnya mata uang kompetitif blok itu sendiri, euro, telah mendorong AS untuk mulai mencekik subyeknya,” ujar dia.
Washington juga menggunakan konflik yang sedang berlangsung di Ukraina untuk “menghentikan” Eropa, menurut presiden Belarusia itu.
“Satu-satunya jalan keluar bagi UE adalah bergabung dengan Rusia,” papar Lukashenko.
Dia menambahkan, “Eropa hanya bisa bertahan bersama kami, terutama dengan Rusia.”
“Jika Rusia dan Eropa bersatu, itu akan menjadi pembangkit tenaga listrik yang tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun,” ujar dia.
Pernyataan itu dibuat saat Rusia meluncurkan konsep kebijakan luar negerinya yang telah direvisi. Dokumen tersebut, yang menguraikan prioritas strategis negara, menyebut “kebijakan anti-Rusia” oleh Amerika Serikat (AS) sebagai ancaman besar bagi perdamaian internasional.
Pada saat yang sama, Moskow menyatakan tidak menganggap negara-negara Barat sebagai musuh dan siap untuk berdialog dan bekerja sama atas dasar saling menghormati.
Perkembangan terbaru terjadi di tengah konflik militer yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Uni Eropa telah mengikuti AS dalam mendukung Kiev dengan bantuan militer dan keuangan sambil menampar Moskow dengan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
UE juga telah mencoba menolak impor minyak dan gas Rusia, yang berdampak negatif pada beberapa negara Eropa yang sebelumnya sangat bergantung pada impor energi Rusia, seperti Jerman.
Namun demikian, pemerintah Jerman mengumumkan pada Januari bahwa negara itu akan menghindari resesi tahun ini.
Namun, lembaga pemeringkat kredit Fitch memperkirakan awal bulan ini ekonomi Jerman akan memasuki resesi pada akhir 2023.
(sya)