Prancis Marah atas Keputusan Putin Kerahkan Senjata Nuklir ke Belarusia
loading...
A
A
A
NEW YORK CITY - Prancis marah dan mengecam keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan mengerahkan senjata nuklir taktis Moskow ke Belarusia. Sikap Paris ini disampaikan dalam surat yang ditujukan kepada Dewan Keamanan (DK) PBB.
"Prancis mengutuk perjanjian antara Rusia dan Belarusia untuk mengerahkan senjata nuklir di wilayah Belarusia," bunyi surat Prancis yang ditulis Perwakilan Tetap-nya untuk PBB, Nicolas de Riviere, Jumat.
Menurutnya, keputusan Putin di tengah perang Rusia dengan Ukraina yang semakin memanas tersebut adalah satu pukulan lagi bagi arsitektur pengendalian senjata, bagi stabilitas strategis di Eropa, dan bagi perdamaian dan keamanan internasional.
Diplomat Prancis mengatakan sejak 2018, Rusia telah melanggar Intermediete Range Nuclear Forces Treaty atau Perjanjian INF, yang secara langsung berkontribusi pada keruntuhannya.
Rusia, lanjut diplomat tersebut, juga menangguhkan keikutsertaannya dalam New Start Treaty Februari lalu, dan Paris meminta Moskow untuk meninjau kembali keputusan itu. "Rusia telah berulang kali menggunakan retorika nuklir yang agresif dan tidak bertanggung jawab," katanya.
"Dengan mengumumkan niatnya untuk mengerahkan senjata nuklir di luar perbatasannya, Rusia sekali lagi melanggar komitmen internasionalnya, khususnya Memorandum Budapest, dan memperburuk situasi yang sudah tidak stabil," lanjut Riviere.
Prancis menegaskan akan terus mendukung Ukraina dalam mempertahankan kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayahnya.
"Kami mengutuk penggunaan wilayah Belarusia sebagai pangkalan belakang dan sebagai landasan peluncuran serangan Rusia terhadap infrastruktur sipil Ukraina. Kami mengimbau Belarus untuk tidak mengambil langkah lebih jauh menuju eskalasi, dengan mempertimbangkan kembali keputusannya untuk menerima pengerahan senjata nuklir di wilayahnya," imbuh diplomat Prancis tersebut sebagaimana dikutip dari situs resmi Misi Tetap Prancis untuk PBB, Sabtu (1/4/2023).
Presiden Vladimir Putin, dalam pengumumannya Sabtu pekan lalu, mengatakan senjata nuklir taktis Rusia akan tiba di Belarusia pada awal musim panas ini.
Belarusia merupakan sekutu Rusia. Negara yang berbatasan langsung dengan Ukraina dan beberapa anggota itu telah dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) karena mendukung perang Moskow.
Putin mengatakan bahwa penggerahan senjata nuklir taktis Rusia ke Belarusia baik-baik saja dan sesuai dengan norma internasional.
Menurutnya, ada dua alasan yang membuatnya mengambil langkah seperti itu.
Pertama, keputusan Inggris yang bersiap memasok Ukraina dengan amunisi penusuk lapis baja yang mengandung depleted uranium.
Putin merasa amunisi seperti itu memiliki komponen nuklir. Pemimpin Kremlin itu menggambarkan keputusan Inggris untuk memasok amunisi depleted uranium sebagai "kecerobohan mutlak" London.
Alasan kedua, menurut Putin, Rusia mengikuti jejak Amerika Serikat (AS) yang sudah beberapa dekade mengerahkan senjata nuklir ke Belgia, Jerman, Yunani, Italia, Belanda, dan Turkiye—yang semuanya merupakan anggota NATO.
"Kami melakukan apa yang telah mereka lakukan selama beberapa dekade, menempatkan mereka di negara sekutu tertentu, menyiapkan platform peluncuran dan melatih kru mereka. Kami akan melakukan hal yang sama," kata Putin.
“Tidak ada yang aneh,” ujar Putin. “Amerika Serikat telah melakukan ini selama beberapa dekade dengan menyimpan senjata nuklirnya sendiri di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Türkiye," paparnya.
“Mereka telah lama mengerahkan senjata nuklir taktis mereka di wilayah sekutu mereka,” katanya lagi.
“Kami sepakat bahwa kami akan melakukan hal yang sama, tanpa melanggar kewajiban internasional kami tentang non-proliferasi senjata nuklir.”
Orang nomor satu Rusia itu mengatakan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko telah lama meminta senjata nuklir sebagai tandingan senjata nuklir NATO.
Dia mencatat bahwa Rusia membantu memodernisasi pesawat militer Belarusia tahun lalu agar mampu membawa hulu ledak nuklir. Dia mengatakan 10 pesawat seperti itu siap berangkat.
Bahkan, sambung Putin, senjata nuklir juga dapat diluncurkan oleh rudal jarak pendek Iskander yang diberikan Moskow kepada Minsk tahun lalu.
"Prancis mengutuk perjanjian antara Rusia dan Belarusia untuk mengerahkan senjata nuklir di wilayah Belarusia," bunyi surat Prancis yang ditulis Perwakilan Tetap-nya untuk PBB, Nicolas de Riviere, Jumat.
Menurutnya, keputusan Putin di tengah perang Rusia dengan Ukraina yang semakin memanas tersebut adalah satu pukulan lagi bagi arsitektur pengendalian senjata, bagi stabilitas strategis di Eropa, dan bagi perdamaian dan keamanan internasional.
Diplomat Prancis mengatakan sejak 2018, Rusia telah melanggar Intermediete Range Nuclear Forces Treaty atau Perjanjian INF, yang secara langsung berkontribusi pada keruntuhannya.
Rusia, lanjut diplomat tersebut, juga menangguhkan keikutsertaannya dalam New Start Treaty Februari lalu, dan Paris meminta Moskow untuk meninjau kembali keputusan itu. "Rusia telah berulang kali menggunakan retorika nuklir yang agresif dan tidak bertanggung jawab," katanya.
"Dengan mengumumkan niatnya untuk mengerahkan senjata nuklir di luar perbatasannya, Rusia sekali lagi melanggar komitmen internasionalnya, khususnya Memorandum Budapest, dan memperburuk situasi yang sudah tidak stabil," lanjut Riviere.
Prancis menegaskan akan terus mendukung Ukraina dalam mempertahankan kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayahnya.
"Kami mengutuk penggunaan wilayah Belarusia sebagai pangkalan belakang dan sebagai landasan peluncuran serangan Rusia terhadap infrastruktur sipil Ukraina. Kami mengimbau Belarus untuk tidak mengambil langkah lebih jauh menuju eskalasi, dengan mempertimbangkan kembali keputusannya untuk menerima pengerahan senjata nuklir di wilayahnya," imbuh diplomat Prancis tersebut sebagaimana dikutip dari situs resmi Misi Tetap Prancis untuk PBB, Sabtu (1/4/2023).
Alasan Putin Kerahkan Nuklir ke Belarusia
Presiden Vladimir Putin, dalam pengumumannya Sabtu pekan lalu, mengatakan senjata nuklir taktis Rusia akan tiba di Belarusia pada awal musim panas ini.
Belarusia merupakan sekutu Rusia. Negara yang berbatasan langsung dengan Ukraina dan beberapa anggota itu telah dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) karena mendukung perang Moskow.
Putin mengatakan bahwa penggerahan senjata nuklir taktis Rusia ke Belarusia baik-baik saja dan sesuai dengan norma internasional.
Menurutnya, ada dua alasan yang membuatnya mengambil langkah seperti itu.
Pertama, keputusan Inggris yang bersiap memasok Ukraina dengan amunisi penusuk lapis baja yang mengandung depleted uranium.
Putin merasa amunisi seperti itu memiliki komponen nuklir. Pemimpin Kremlin itu menggambarkan keputusan Inggris untuk memasok amunisi depleted uranium sebagai "kecerobohan mutlak" London.
Alasan kedua, menurut Putin, Rusia mengikuti jejak Amerika Serikat (AS) yang sudah beberapa dekade mengerahkan senjata nuklir ke Belgia, Jerman, Yunani, Italia, Belanda, dan Turkiye—yang semuanya merupakan anggota NATO.
"Kami melakukan apa yang telah mereka lakukan selama beberapa dekade, menempatkan mereka di negara sekutu tertentu, menyiapkan platform peluncuran dan melatih kru mereka. Kami akan melakukan hal yang sama," kata Putin.
“Tidak ada yang aneh,” ujar Putin. “Amerika Serikat telah melakukan ini selama beberapa dekade dengan menyimpan senjata nuklirnya sendiri di Belgia, Jerman, Italia, Belanda, dan Türkiye," paparnya.
“Mereka telah lama mengerahkan senjata nuklir taktis mereka di wilayah sekutu mereka,” katanya lagi.
“Kami sepakat bahwa kami akan melakukan hal yang sama, tanpa melanggar kewajiban internasional kami tentang non-proliferasi senjata nuklir.”
Orang nomor satu Rusia itu mengatakan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko telah lama meminta senjata nuklir sebagai tandingan senjata nuklir NATO.
Dia mencatat bahwa Rusia membantu memodernisasi pesawat militer Belarusia tahun lalu agar mampu membawa hulu ledak nuklir. Dia mengatakan 10 pesawat seperti itu siap berangkat.
Bahkan, sambung Putin, senjata nuklir juga dapat diluncurkan oleh rudal jarak pendek Iskander yang diberikan Moskow kepada Minsk tahun lalu.
(min)