Rusia Peringatkan Bencana Radioaktif di Ukraina Akibat Depleted Uranium
loading...
A
A
A
MOSKOW - Potensi penggunaan amunisi cangkang uranium yang dipasok Barat oleh Ukraina akan berdampak buruk pada ekonomi dan populasi negara itu.
Dampak buruk itu akan berlangsung selama berabad-abad yang akan datang, menurut peringatan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia pada Jumat (24/3/2023).
Letnan Jenderal Igor Kirillov yang bertanggung jawab atas Pasukan Pertahanan Nuklir, Biologis dan Kimia Rusia, mengeluarkan kritik pedas terhadap rencana Inggris mendukung Kiev dengan peluru penembus lapis baja yang mengandung depleted uranium.
Dia mencatat amunisi semacam itu hanya pernah digunakan dalam pertempuran oleh negara-negara NATO, terutama selama Perang Irak, ketika AS menggunakan setidaknya 300 ton depleted uranium.
“Akibatnya, situasi radiasi di kota Fallujah (Irak) jauh lebih buruk daripada di kota Hiroshima dan Nagasaki setelah pemboman nuklir oleh Amerika Serikat,” ungkap Kirillov.
Dia mengingat bahwa Fallujah telah dijuluki sebagai “Chernobyl kedua,” sementara penduduk setempat menderita jumlah kasus kanker yang meroket.
“Barat sangat menyadari konsekuensi penggunaan senjata semacam itu,” ungkap sang jenderal.
“Meskipun itu akan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki bagi kesehatan pasukan dan warga sipil Ukraina, negara-negara NATO, khususnya Inggris, menyatakan kesiapan untuk memasok senjata jenis ini ke rezim Kiev,” papar Kirillov.
Dia memperingatkan, penggunaan amunisi akan mencemari lahan pertanian. “Selain menginfeksi populasinya sendiri, ini akan menyebabkan kerusakan ekonomi yang luar biasa pada kompleks agroindustri Ukraina… mengurangi ekspor produk pertanian dari wilayah Ukraina selama beberapa dekade, jika tidak berabad-abad yang akan datang,” ujar sang jenderal.
Rencana Inggris untuk mengirim depleted uranium ke Ukraina untuk digunakan dengan tank tempur Challenger 2 pertama kali diungkapkan pada Senin, memicu protes dari Kementerian Luar Negeri Rusia, yang menyebut langkah itu sebagai tanda "kecerobohan mutlak, tidak bertanggung jawab dan impunitas" dari London dan Washington.
Meski AS mengatakan tidak berencana mendukung Ukraina dengan amunisi semacam itu, AS mengabaikan kekhawatiran Rusia atas masalah tersebut.
AS menggambarkan cangkang uranium itu sebagai "jenis amunisi biasa" yang "telah digunakan selama beberapa dekade."
Dampak buruk itu akan berlangsung selama berabad-abad yang akan datang, menurut peringatan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia pada Jumat (24/3/2023).
Letnan Jenderal Igor Kirillov yang bertanggung jawab atas Pasukan Pertahanan Nuklir, Biologis dan Kimia Rusia, mengeluarkan kritik pedas terhadap rencana Inggris mendukung Kiev dengan peluru penembus lapis baja yang mengandung depleted uranium.
Dia mencatat amunisi semacam itu hanya pernah digunakan dalam pertempuran oleh negara-negara NATO, terutama selama Perang Irak, ketika AS menggunakan setidaknya 300 ton depleted uranium.
“Akibatnya, situasi radiasi di kota Fallujah (Irak) jauh lebih buruk daripada di kota Hiroshima dan Nagasaki setelah pemboman nuklir oleh Amerika Serikat,” ungkap Kirillov.
Dia mengingat bahwa Fallujah telah dijuluki sebagai “Chernobyl kedua,” sementara penduduk setempat menderita jumlah kasus kanker yang meroket.
“Barat sangat menyadari konsekuensi penggunaan senjata semacam itu,” ungkap sang jenderal.
“Meskipun itu akan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki bagi kesehatan pasukan dan warga sipil Ukraina, negara-negara NATO, khususnya Inggris, menyatakan kesiapan untuk memasok senjata jenis ini ke rezim Kiev,” papar Kirillov.
Dia memperingatkan, penggunaan amunisi akan mencemari lahan pertanian. “Selain menginfeksi populasinya sendiri, ini akan menyebabkan kerusakan ekonomi yang luar biasa pada kompleks agroindustri Ukraina… mengurangi ekspor produk pertanian dari wilayah Ukraina selama beberapa dekade, jika tidak berabad-abad yang akan datang,” ujar sang jenderal.
Rencana Inggris untuk mengirim depleted uranium ke Ukraina untuk digunakan dengan tank tempur Challenger 2 pertama kali diungkapkan pada Senin, memicu protes dari Kementerian Luar Negeri Rusia, yang menyebut langkah itu sebagai tanda "kecerobohan mutlak, tidak bertanggung jawab dan impunitas" dari London dan Washington.
Meski AS mengatakan tidak berencana mendukung Ukraina dengan amunisi semacam itu, AS mengabaikan kekhawatiran Rusia atas masalah tersebut.
AS menggambarkan cangkang uranium itu sebagai "jenis amunisi biasa" yang "telah digunakan selama beberapa dekade."
(sya)