Tutupi Peran dalam Sabotase Nord Stream, AS Buat Hoax

Rabu, 22 Maret 2023 - 23:32 WIB
loading...
Tutupi Peran dalam Sabotase...
Jurnalis pemenang Pulitzer, Seymour Hersh, menuding AS membuat cerita palsu untuk menutup perannya dalam sabotase pipa gas Nord Stream. Foto/Ilustrasi
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) sengaja memberikanberitapalsu kepada media untuk menutupi keterlibatan Washington dalam penghancuran pipa Nord Stream 2 Rusia . Tudingan itu dilontarkan wartawan pemenang Hadiah Pulitzer, Seymour Hersh.

Dalam sebuah postingan di blog Substack-nya, jurnalis veteran ini mengklaim bahwa CIA ditugaskan untuk menyiapkan cerita sampul bekerja sama dengan intelijen Jerman untuk memberi pers Amerika dan Jerman sebuah "versi alternatif" dari ledakan Nord Stream 2.

“Dalam kata-kata komunitas intelijen, badan itu 'menggerakkan sistem' dalam upaya untuk mengabaikan klaim bahwa Biden telah memerintahkan penghancuran pipa,” tulis Hersh, mengutip sumber anonim yang memiliki akses ke intelijen diplomatik seperti dikutip dari RT, Rabu (22/3/2023).



Dia mencatat bahwa CIA telah menyelesaikan tugasnya dan, dengan bantuan Jerman, menanam cerita di New York Times dan mingguan Jerman Die Zeit. Ini merujuk pada dugaan "operasi 'off the book' ad hoc" yang dilakukan oleh "kelompok pro-Ukraina," yang diduga menggunakan kapal layar mewah untuk menanam bahan peledak di jalur pipa Nord Stream.

"Itu adalah rekayasa total oleh intelijen Amerika yang diteruskan ke Jerman, dan bertujuan untuk mendiskreditkan cerita Anda," kata seorang sumber dalam komunitas intelijen Amerika kepada Hersh.

“Para profesional disinformasi di dalam CIA memahami bahwa langkah propaganda hanya dapat berhasil jika mereka yang menerima sangat membutuhkan cerita yang dapat mengurangi atau menggantikan kebenaran yang tidak diinginkan. Dan kebenaran yang dipertanyakan adalah bahwa Presiden Joe Biden mengizinkan penghancuran jaringan pipa tersebut,” tambahnya.



Pada bulan Februari, Hersh menerbitkan laporan mengejutkan tentang ledakan pipa gas Nord Stream 1 dan 2 September lalu, menuduh Washington mendalangi serangan itu. Gedung Putih membantah bertanggung jawab.

Pekan lalu, beberapa media Barat mengklaim pelakunya mungkin terkait dengan Ukraina. Moskow menolak laporan itu sebagai “kampanye tipuan media yang terkoordinasi.”

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2330 seconds (0.1#10.140)