Rusia Akan Terus Cari Jawaban atas Ledakan Pipa Nord Stream

Minggu, 19 Maret 2023 - 16:50 WIB
loading...
Rusia Akan Terus Cari Jawaban atas Ledakan Pipa Nord Stream
Rusia Akan Terus Cari Jawaban atas Ledakan Pipa Nord Stream. FOTO/Anadolu Agency
A A A
MOSKOW - Rusia akan terus mencari jawaban atas ledakan tahun lalu yang melanda pipa Nord Stream , meskipun Denmark menolak untuk memberikan akses ke penyelidikan. Hal itu diungkapkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, Sabtu (18/3/2023).

Dalam sebuah komentar di situs kementerian, Zakharova mengatakan, keputusan Denmark menunjukkan bahwa mereka "bertindak atas instruksi dari master luar negeri".



Zakharova mengatakan, Denmark sengaja menunda izin untuk pembangunan Nord Stream 2, dan mengabaikan informasi Rusia tentang penemuan bagian yang diduga dari alat peledak yang terpasang pada pipa.

"Kopenhagen, yang begitu gigih membela kepentingan AS di Eropa, pada awalnya tidak tertarik untuk melakukan penyelidikan yang dapat mengungkap pelaku dan pelanggan sebenarnya dari serangan teroris tersebut," katanya.

Juru bicara itu mengatakan, pihak berwenang Denmark sejauh ini tidak memberikan "jawaban yang masuk akal" untuk banyak permintaan dari pihak Rusia, atau memberikan hasil penyelidikan, meskipun negara tersebut adalah pemilik sah dari jaringan pipa tersebut.



"Meskipun penolakan pihak Denmark untuk bersama-sama menyelidiki sabotase, Kementerian Luar Negeri Rusia akan terus mencari jawaban dari Kopenhagen atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya," Zakharova menekankan. Ia juga menambahkan bahwa upaya untuk "meninggalkan masalah secara diam-diam" tidak akan berhasil.

"Kami berangkat dari fakta bahwa hanya penyelidikan internasional yang komprehensif dan terbuka dengan partisipasi wajib perwakilan Rusia yang dapat memberikan data yang andal dan obyektif kepada publik tentang penyebab, pelaku, dan pelanggan sabotase," katanya.

Pipa Nord Stream, yang membawa gas alam Rusia ke Jerman utara melalui Laut Baltik, pecah dalam serangkaian ledakan pada 26 September tahun lalu, menyebabkan kebocoran yang oleh pejabat dari negara-negara di kawasan itu disebut "kemungkinan sabotase".
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1863 seconds (0.1#10.140)