Langkah China Damaikan Arab Saudi dan Iran Ubah Timur Tengah, AS Terpukul

Rabu, 15 Maret 2023 - 10:11 WIB
loading...
Langkah China Damaikan Arab Saudi dan Iran Ubah Timur Tengah, AS Terpukul
Anggota Politbiro Komite Sentral Partai Komunis China (CPC) dan Direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Pusat Wang Yi, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani, dan Menteri Negara dan Penasehat Keamanan Nasional Arab Saudi Musaad
A A A
RIYADH - Pekan lalu, Arab Saudi dan Iran mengumumkan kesepakatan penting, yang ditengahi oleh China di Beijing, untuk secara resmi memulihkan hubungan diplomatik.

Perjanjian tersebut melihat dua musuh bebuyutan sektarian di Timur Tengah setuju mengesampingkan perbedaan mereka dan untuk menormalkan hubungan.

Itu adalah kesepakatan pertama dari jenisnya yang diawasi oleh China, membingkai Beijing sebagai pembawa damai.

Langkah China menunjukkan komitmennya memiliki hubungan baik dengan setiap negara di kawasan ini tidak hanya berdasarkan retorika tetapi juga substansi aktual.

Beberapa orang menggambarkannya sebagai tanda "tatanan global yang berubah".

“Sederhananya, itu adalah berita buruk bagi Amerika Serikat dan memberikan pukulan besar terhadap pengaruh geopolitik yang hampir tak terbatas yang telah lama dipegang Washington atas kawasan itu melalui hubungan strategisnya dengan negara-negara seperti Arab Saudi,” ungkap pengamat politik Timur Fomenko pada RT.com.

Menurut Fomenko, perkembangan itu secara efektif menghancurkan kampanye yang dipimpin AS untuk menekan dan mengisolasi Iran dan menghalangi upaya Amerika membentuk politik regional yang menguntungkan Israel melalui Abraham Accords.

Tidak mengherankan jika media Barat menyebut kesepakatan yang ditengahi China sebagai “tantangan” bagi tatanan internasional, tetapi tatanan apakah itu? Kemampuan AS mendominasi Timur Tengah? Mungkin menjadi perantara perdamaian adalah hal yang baik.

Kebijakan Luar Negeri AS di Timur Tengah

“Sejak runtuhnya kekaisaran kolonial Eropa, Amerika Serikat menjadi satu-satunya hegemon militer di Timur Tengah, menggunakan jaringan kemitraan dari Israel hingga Negara-negara Teluk untuk mempertahankan dominasi atas wilayah tersebut dan memungkinkan AS untuk mengeksploitasi sumber daya energinya,” ungkap Fomenko.

Menurut Fomenko, untuk mempertahankan posisi ini, AS telah lama membutuhkan musuh untuk melanggengkan dilema keamanan yang sedang berlangsung dan memaksakan ketergantungan padanya sebagai penjamin keamanan, yang juga bermanfaat bagi kompleks industri militer AS.

“Kebijakan-kebijakan ini telah mengumpulkan perang, pemberontakan, dan upaya perubahan rezim selama puluhan tahun,” ujar dia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1019 seconds (0.1#10.140)