Mana Lebih Menakutkan, Rudal Hipersonik China atau Rusia? Ini Kata Intel AS
loading...
A
A
A
WASHINGTON - China melampaui Rusia dalam hal mengembangkan kemampuan rudal hipersoniknya dan mungkin sudah memiliki sarana untuk menyerang pasukan Washington di Pasifik. Hal itu diungkapkan seorang pejabat pertahanan senior Amerika Serikat (AS) kepada anggota.
Saat ini, AS sendiri tidak memiliki rudal hipersonik yang beroperasi penuh.
Dalam kesaksian di hadapan Subkomite Pasukan Strategis Dewan Perwakilan Rakyat, Paul Freisthler, kepala ilmuwan sains dan teknologi Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA), membandingkan kemampuan hipersonik dari dua pesaing utama Washington.
“Meskipun China dan Rusia telah melakukan banyak uji coba senjata hipersonik yang berhasil dan kemungkinan telah menerjunkan sistem operasional, China mengungguli Rusia dalam infrastruktur pendukung dan jumlah sistem,” kata Freisthler seperti dikutip dari RT, Sabtu (11/3/2023).
Selama dua dekade terakhir, lanjutnya, Beijing secara dramatis telah memajukan pengembangan teknologi rudal hipersoniknya melalui investasi, pengembangan, pengujian, dan upaya penyebaran yang intensif dan terfokus.
"Ini berlaku untuk rudal konvensional dan nuklir," tambahnya.
Dikatakan Freisthler, China telah melakukan sejumlah uji coba rudal hipersonik, termasuk yang melibatkan rudal balistik jarak menengah DF-17. Proyektil ini, katanya, memiliki muatan kendaraan luncur hipersonik dan perkiraan jangkauan setidaknya 1.600 km, memungkinkannya mencapai pasukan militer AS di Pasifik Barat.
"Rudal DF-17 mungkin telah diterjunkan pada awal tahun 2020," duga pejabat itu.
Adapun Rusia, Freisthler mencatat bahwa mereka telah mengerahkan tiga sistem rudal hipersonik – rudal peluncuran udara berkemampuan nuklir Kinzhal, kendaraan luncur jarak strategis Avangard, dan rudal jelajah anti-kapal Zircon.
Rudal hipersonik bergerak dengan kecepatan tinggi dan memiliki kemampuan manuver yang tinggi, yang membuatnya sangat sulit untuk dicegat.
Sementara dalam beberapa tahun terakhir baik Rusia dan China telah membuat langkah dalam mengembangkan teknologi hipersonik, AS secara luas diyakini tertinggal di belakang keduanya karena belum mengerahkan senjata jenis ini yang beroperasi penuh.
Selain itu, Rusia telah mengerahkan kemampuan hipersoniknya dalam pertempuran sebenarnya. Pada hari Kamis, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa serangan rudal besar-besaran baru-baru ini terhadap militer Ukraina dan infrastruktur energi sebagai tanggapan atas serangan teroris mematikan Kiev melintasi perbatasan di Wilayah Bryansk menggunakan sistem rudal hipersonik Kinzhal.
Pada hari yang sama, juru bicara Angkatan Udara Ukraina Kolonel Yury Ignat mengakui bahwa pertahanan udara negara itu tidak memiliki kemampuan untuk menembak jatuh rudal hipersonik.
Saat ini, AS sendiri tidak memiliki rudal hipersonik yang beroperasi penuh.
Dalam kesaksian di hadapan Subkomite Pasukan Strategis Dewan Perwakilan Rakyat, Paul Freisthler, kepala ilmuwan sains dan teknologi Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA), membandingkan kemampuan hipersonik dari dua pesaing utama Washington.
“Meskipun China dan Rusia telah melakukan banyak uji coba senjata hipersonik yang berhasil dan kemungkinan telah menerjunkan sistem operasional, China mengungguli Rusia dalam infrastruktur pendukung dan jumlah sistem,” kata Freisthler seperti dikutip dari RT, Sabtu (11/3/2023).
Selama dua dekade terakhir, lanjutnya, Beijing secara dramatis telah memajukan pengembangan teknologi rudal hipersoniknya melalui investasi, pengembangan, pengujian, dan upaya penyebaran yang intensif dan terfokus.
"Ini berlaku untuk rudal konvensional dan nuklir," tambahnya.
Dikatakan Freisthler, China telah melakukan sejumlah uji coba rudal hipersonik, termasuk yang melibatkan rudal balistik jarak menengah DF-17. Proyektil ini, katanya, memiliki muatan kendaraan luncur hipersonik dan perkiraan jangkauan setidaknya 1.600 km, memungkinkannya mencapai pasukan militer AS di Pasifik Barat.
"Rudal DF-17 mungkin telah diterjunkan pada awal tahun 2020," duga pejabat itu.
Adapun Rusia, Freisthler mencatat bahwa mereka telah mengerahkan tiga sistem rudal hipersonik – rudal peluncuran udara berkemampuan nuklir Kinzhal, kendaraan luncur jarak strategis Avangard, dan rudal jelajah anti-kapal Zircon.
Rudal hipersonik bergerak dengan kecepatan tinggi dan memiliki kemampuan manuver yang tinggi, yang membuatnya sangat sulit untuk dicegat.
Sementara dalam beberapa tahun terakhir baik Rusia dan China telah membuat langkah dalam mengembangkan teknologi hipersonik, AS secara luas diyakini tertinggal di belakang keduanya karena belum mengerahkan senjata jenis ini yang beroperasi penuh.
Selain itu, Rusia telah mengerahkan kemampuan hipersoniknya dalam pertempuran sebenarnya. Pada hari Kamis, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa serangan rudal besar-besaran baru-baru ini terhadap militer Ukraina dan infrastruktur energi sebagai tanggapan atas serangan teroris mematikan Kiev melintasi perbatasan di Wilayah Bryansk menggunakan sistem rudal hipersonik Kinzhal.
Pada hari yang sama, juru bicara Angkatan Udara Ukraina Kolonel Yury Ignat mengakui bahwa pertahanan udara negara itu tidak memiliki kemampuan untuk menembak jatuh rudal hipersonik.
(ian)