Kolonel Arab Saudi Ini Membelot usai Mengkritik Pangeran Mohammed bin Salman
loading...
A
A
A
RIYADH - Seorang pria Arab Saudi mengaku sebagai kolonel di Direktorat Jenderal Keamanan Publik yang telah membelot setelah mengkritik keras Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) .
Pria itu mengaku bernama Kolonel Rabih Alenezi. Tanpa menyebut lokasi keberadaannya yang sekarang, Alenezi, melalui Twitter, gencar mengkritik Visi 2030 yang diluncurkan MBS.
Namun akun Twitternya telah ditangguhkan. Middle East Eye (MEE), yang melakukan verifikasi, menyebut akun Twitter-nya dapat dipercaya.
Dalam sebuah video yang di-posting minggu ini, Kolonel Rabih Alenezi mengatakan dia meninggalkan jabatannya karena pelanggaran berbahaya terhadap hak asasi manusia (HAM)serta kebijakan sembrono dan kecerobohan politik Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Di Twitter, dia menyatakan keprihatinan atas tingkat penghilangan paksa di Kerajaan Arab Saudi dan mengatakan bahwa strategi putra mahkota untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi, yakni Visi 2030, telah menjadi bencana.
Dia juga me-retweet posting-an tentang dua anggota muda suku Howeitat, ribuan di antaranya dilaporkan telah mengungsi tanpa kompensasi yang memadai atau perumahan alternatif, untuk memberi jalan bagi megaproyek NEOM senilai USD500 miliar.
Salah satu tweet terakhirnya sebelum penangguhan akunnya menanyakan di mana jenazah jurnalis Arab Saudi yang dibunuh, Jamal Khashoggi.
Halaman YouTube-nya, termasuk empat video panjang yang di-posting dalam seminggu terakhir, tetap terbuka.
Twitter, yang dilaporkan telah membubarkan tim persnya, belum menjawab permintaan komentar pada hari Kamis.
Pria itu mengaku bernama Kolonel Rabih Alenezi. Tanpa menyebut lokasi keberadaannya yang sekarang, Alenezi, melalui Twitter, gencar mengkritik Visi 2030 yang diluncurkan MBS.
Namun akun Twitternya telah ditangguhkan. Middle East Eye (MEE), yang melakukan verifikasi, menyebut akun Twitter-nya dapat dipercaya.
Dalam sebuah video yang di-posting minggu ini, Kolonel Rabih Alenezi mengatakan dia meninggalkan jabatannya karena pelanggaran berbahaya terhadap hak asasi manusia (HAM)serta kebijakan sembrono dan kecerobohan politik Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Di Twitter, dia menyatakan keprihatinan atas tingkat penghilangan paksa di Kerajaan Arab Saudi dan mengatakan bahwa strategi putra mahkota untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi, yakni Visi 2030, telah menjadi bencana.
Dia juga me-retweet posting-an tentang dua anggota muda suku Howeitat, ribuan di antaranya dilaporkan telah mengungsi tanpa kompensasi yang memadai atau perumahan alternatif, untuk memberi jalan bagi megaproyek NEOM senilai USD500 miliar.
Salah satu tweet terakhirnya sebelum penangguhan akunnya menanyakan di mana jenazah jurnalis Arab Saudi yang dibunuh, Jamal Khashoggi.
Halaman YouTube-nya, termasuk empat video panjang yang di-posting dalam seminggu terakhir, tetap terbuka.
Twitter, yang dilaporkan telah membubarkan tim persnya, belum menjawab permintaan komentar pada hari Kamis.