Menlu China: AS Perlu Injak Rem sebelum Konflik Tak Terelakkan dengan Beijing

Selasa, 07 Maret 2023 - 17:10 WIB
loading...
Menlu China: AS Perlu Injak Rem sebelum Konflik Tak Terelakkan dengan Beijing
Menteri Luar Negeri China yang baru diangkat Qin Gang. Foto/REUTERS
A A A
BEIJING - China dan Amerika Serikat (AS) masing-masing memiliki cadangan nuklir terbesar ketiga dan kedua di dunia.

Ketegangan meningkat antara kedua negara karena masalah ekonomi, AS menuduh Beijing mendukung Rusia, serta masalah Taiwan.

Menteri Luar Negeri China yang baru diangkat Qin Gang mengatakan dalam jumpa pers Selasa (7/3/2023) bahwa AS dan China menuju ke arah konflik jika Amerika Serikat tidak "menginjak rem" dalam berurusan dengan Beijing.

Pada Selasa, Qin, yang baru-baru ini menjadi duta besar China untuk Amerika Serikat, mengatakan insiden balon itu adalah bukti AS melihat China sebagai musuh utamanya, dan Amerika Serikat bertindak "dengan praduga bersalah" terhadap China.



AS berpendapat balon yang ditembak jatuh oleh Angkatan Udara Amerika Serikat pada awal Februari adalah balon pengintai China meskipun Beijing menyatakan balon itu peralatan ilmiah yang diluncurkan perusahaan swasta yang keluar jalur.

Qin menegaskan kembali, “China sedang mencari hubungan yang sehat dan stabil dengan AS tetapi seruan pemerintahan Biden untuk pagar dalam hubungan mereka adalah sinyal AS bahwa China tidak boleh menanggapi dengan kata-kata atau tindakan ketika diserang. Itu tidak mungkin."

Jika AS tidak menarik posisi agresifnya terhadap China, Qin memperingatkan, “Konflik dan konfrontasi tidak akan terhindarkan.”
"Jika AS tidak menginjak rem tetapi terus mempercepat jalan yang salah, tidak ada pagar pembatas yang dapat mencegah tergelincir dan pasti akan ada konflik dan konfrontasi," tegas Qin.

Qin juga berbicara tentang hubungan China dengan Rusia dan menunjuknya sebagai pola yang dapat diikuti negara lain.

“Hubungan antara Rusia dan China ditandai dengan ketidaksejajaran dengan blok, tidak adanya konfrontasi dan tidak ditujukan kepada pihak ketiga,” papar Qin, tampaknya merujuk pada NATO yang diciptakan untuk melawan Uni Soviet selama Perang Dingin.

“(Hubungan antara China dan Rusia) tidak menimbulkan ancaman bagi negara mana pun di dunia,” ujar dia.

Mengenai sanksi, Qin mempertanyakan mengapa negaranya diancam dengan sanksi oleh Barat, sementara negaranya tidak memberikan senjata kepada kedua pihak yang berkonflik di Ukraina.

Qin juga mengatakan sanksi terhadap Rusia tidak mungkin menyelesaikan masalah dan mengatakan dialog untuk mengakhiri konflik harus dimulai sesegera mungkin.

Awal bulan ini, China mengusulkan rencana memulai pembicaraan damai di Ukraina, tetapi ditolak mentah-mentah oleh Ukraina dan sekutu baratnya.

Keesokan harinya laporan dibocorkan oleh komunitas intelijen AS, menuduh China "mempertimbangkan" pengiriman senjata ke Rusia dan pejabat AS memperingatkan pengiriman semacam itu akan dikenai sanksi.

Meski pemerintahan Biden mengisyaratkan sedang mempertimbangkan untuk mempublikasikan laporan intelijen yang mencakup rencana China, AS belum memberikan bukti apa pun bahwa China sedang atau akan mempertimbangkan pengiriman senjata ke Rusia.

China, Rusia, dan negara-negara lain telah mulai berbicara dalam beberapa tahun terakhir tentang dunia “multipolar” yang tidak lagi tunduk pada keinginan hegemoni AS.

"Kerjasama Rusia-China dapat menjadi pendorong dunia menuju multipolaritas dan demokrasi yang lebih besar dalam hubungan internasional," papar Qin.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1246 seconds (0.1#10.140)