Iran Kembangkan Rudal Jarak Jauh, Ancam Bunuh Trump untuk Balas Dendam
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran mengumumkan telah mengembangkan rudal jelajah jarak jauh yang bisa menjangkau target sejauh 1.650 km.
Dalam pengumuman itu, Teheran juga mengancam akan membunuh mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membalaskan kematian Jenderal Qassem Soleimani.
Ancaman pembunuhan itu disampaikan Amirali Hajizadeh, kepala pasukan kedirgantaraan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran kepada stasiun televisi pemerintah yang dikutip Reuters, Sabtu (25/2/2023).
"Kami ingin membunuh Trump," katanya. “Rudal jelajah kami dengan jangkauan 1.650 km telah ditambahkan ke gudang rudal Republik Islam Iran,” ujar Hajizadeh.
Televisi pemerintah telah menyiarkan apa yang dikatakannya sebagai rekaman pertama yang menunjukkan rudal jelajah Paveh yang baru.
Hajizadeh mengatakan Iran tidak berniat untuk membunuh "tentara malang" ketika melancarkan serangan rudal balistik terhadap pasukan pimpinan AS di Irak beberapa hari setelah komandan militer Iran Jenderal Qassem Soleimani terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS pada tahun 2020 di Baghdad.
"Insya Allah, kami ingin membunuh Trump. (Mantan Menteri Luar Negeri Mike) Pompeo...dan komandan militer yang mengeluarkan perintah (untuk membunuh Soleimani) harus dibunuh," kata Hajizadeh dalam wawancara televisi.
Para pemimpin Iran sudah sering bersumpah untuk membalas dendam atas kematian Soleimani.
Iran telah memperluas program misilnya, terutama misil balistiknya, dengan mengabaikan kekhawatiran Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Teheran mengatakan program rudalnya murni defensif dan bersifat pencegahan.
Iran mengaku telah memasok Rusia dengan drone, namun itu terjadi sebelum perang di Ukraina.
Rusia telah menggunakan drone buatan Iran untuk menargetkan pembangkit listrik dan infrastruktur sipil di Ukraina.
Pada bulan November, Pentagon mengatakan Amerika Serikat skeptis terhadap laporan yang mengutip Hajizadeh yang mengatakan Iran telah mengembangkan rudal balistik hipersonik.
Lihat Juga: Donald Trump Diprediksi Tidak Deportasi Pangeran Harry demi Jaga Hubungan dengan Keluarga Kerajaan
Dalam pengumuman itu, Teheran juga mengancam akan membunuh mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membalaskan kematian Jenderal Qassem Soleimani.
Ancaman pembunuhan itu disampaikan Amirali Hajizadeh, kepala pasukan kedirgantaraan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran kepada stasiun televisi pemerintah yang dikutip Reuters, Sabtu (25/2/2023).
"Kami ingin membunuh Trump," katanya. “Rudal jelajah kami dengan jangkauan 1.650 km telah ditambahkan ke gudang rudal Republik Islam Iran,” ujar Hajizadeh.
Televisi pemerintah telah menyiarkan apa yang dikatakannya sebagai rekaman pertama yang menunjukkan rudal jelajah Paveh yang baru.
Hajizadeh mengatakan Iran tidak berniat untuk membunuh "tentara malang" ketika melancarkan serangan rudal balistik terhadap pasukan pimpinan AS di Irak beberapa hari setelah komandan militer Iran Jenderal Qassem Soleimani terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS pada tahun 2020 di Baghdad.
"Insya Allah, kami ingin membunuh Trump. (Mantan Menteri Luar Negeri Mike) Pompeo...dan komandan militer yang mengeluarkan perintah (untuk membunuh Soleimani) harus dibunuh," kata Hajizadeh dalam wawancara televisi.
Para pemimpin Iran sudah sering bersumpah untuk membalas dendam atas kematian Soleimani.
Iran telah memperluas program misilnya, terutama misil balistiknya, dengan mengabaikan kekhawatiran Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Teheran mengatakan program rudalnya murni defensif dan bersifat pencegahan.
Iran mengaku telah memasok Rusia dengan drone, namun itu terjadi sebelum perang di Ukraina.
Rusia telah menggunakan drone buatan Iran untuk menargetkan pembangkit listrik dan infrastruktur sipil di Ukraina.
Pada bulan November, Pentagon mengatakan Amerika Serikat skeptis terhadap laporan yang mengutip Hajizadeh yang mengatakan Iran telah mengembangkan rudal balistik hipersonik.
Lihat Juga: Donald Trump Diprediksi Tidak Deportasi Pangeran Harry demi Jaga Hubungan dengan Keluarga Kerajaan
(min)