Seymour Hersh Ungkap Alasan AS Ledakkan Pipa Nord Stream Rusia
loading...
A
A
A
MOSKOW - Wartawan investigasi legendaris Amerika Serikat (AS), Seymour Hersh, mengungkap alasan Amerika meledakkan pipa Nord Stream yang menyuplai gas Rusia ke Eropa Barat.
Menurut Hersh, Presiden AS Joe Biden memerintahkan peledakan pipa Nord Stream dengan bom yang ditanam Angkatan Laut Amerika di bawah Laut Baltik untuk memastikan Jerman tidak dapat berubah pikiran tentang sanksi terhadap Rusia dan pengiriman senjata ke Ukraina.
Wartawan peraih Pulitzer Prize itu mengungkap alasan Amerika tersebut selama wawancara dalam program "Going Underground" Russia Today yang disiarkan sekilas pada hari Kamis. Wawancara lengkapnya akan ditayangkan pada Sabtu (25/2/2023) besok.
Awal bulan ini, Hersh menerbitkan sebuah artikel yang menyalahkan AS dan Norwegia atas serangkaian ledakan yang melumpuhkan jaringan pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2.
Dalam sebuah wawancara dengan penyiar program "Going Underground" Afshin Rattansi, Hersh mengatakan komunitas intelijen AS sudah menyusun rencana tersebut pada akhir 2021, sebelum meningkatnya permusuhan di Ukraina.
Namun, ketika Biden dan Wakil Menteri Luar Negeri Victoria Nuland secara terbuka berbicara tentang "menghentikan" dan "mengakhiri" operasional Nord Stream 2, Hersh mengeklaim komunitas intelijen AS kesal. "Karena itu seharusnya menjadi operasi rahasia," katanya.
“Orang-orang yang melakukan hal ini di komunitas intelijen, pada awalnya mengira itu adalah ide yang bagus,” kata Hersh kepada Rattansi.
Menurut ceritanya, bom ditanam pada bulan Juni, selama latihan Angkatan Laut BALTOPS 2022 yang dijadwalkan di pulau Bornholm, Denmark. Bom meledak pada akhir September, karena Ukraina menghadapi "masalah serius" di medan perang.
“Itu tidak akan membantu perang. Apa yang dia lakukan adalah untuk mencegah Jerman dan Eropa Barat, seandainya musim dingin datang dengan cepat, untuk membuka saluran pipa,” kata Hersh.
Menurut Hersh, Presiden AS Joe Biden memerintahkan peledakan pipa Nord Stream dengan bom yang ditanam Angkatan Laut Amerika di bawah Laut Baltik untuk memastikan Jerman tidak dapat berubah pikiran tentang sanksi terhadap Rusia dan pengiriman senjata ke Ukraina.
Wartawan peraih Pulitzer Prize itu mengungkap alasan Amerika tersebut selama wawancara dalam program "Going Underground" Russia Today yang disiarkan sekilas pada hari Kamis. Wawancara lengkapnya akan ditayangkan pada Sabtu (25/2/2023) besok.
Awal bulan ini, Hersh menerbitkan sebuah artikel yang menyalahkan AS dan Norwegia atas serangkaian ledakan yang melumpuhkan jaringan pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2.
Dalam sebuah wawancara dengan penyiar program "Going Underground" Afshin Rattansi, Hersh mengatakan komunitas intelijen AS sudah menyusun rencana tersebut pada akhir 2021, sebelum meningkatnya permusuhan di Ukraina.
Namun, ketika Biden dan Wakil Menteri Luar Negeri Victoria Nuland secara terbuka berbicara tentang "menghentikan" dan "mengakhiri" operasional Nord Stream 2, Hersh mengeklaim komunitas intelijen AS kesal. "Karena itu seharusnya menjadi operasi rahasia," katanya.
“Orang-orang yang melakukan hal ini di komunitas intelijen, pada awalnya mengira itu adalah ide yang bagus,” kata Hersh kepada Rattansi.
Menurut ceritanya, bom ditanam pada bulan Juni, selama latihan Angkatan Laut BALTOPS 2022 yang dijadwalkan di pulau Bornholm, Denmark. Bom meledak pada akhir September, karena Ukraina menghadapi "masalah serius" di medan perang.
“Itu tidak akan membantu perang. Apa yang dia lakukan adalah untuk mencegah Jerman dan Eropa Barat, seandainya musim dingin datang dengan cepat, untuk membuka saluran pipa,” kata Hersh.