Protes Keberadaan Transgender di Kamar Mandi Wanita, Siswa SMP Ini Ditangkap Polisi
loading...
A
A
A
ONTARIO - Seorang siswa Sekolah Menengah Katolik St. Joseph di Ontario, Kanada , telah menjadi berita sejak November lalu. Siswa itu, Josh Alexander (16) diskors dari sekolah karena mengorganisir dan memimpin protes terhadap keberadaan transgender di kamar mandi sekolah.
Sekolah Menengah Katolik St. Joseph mengizinkan pria yang diidentifikasi sebagai gadis transgender untuk menggunakan kamar mandi yang diperuntukkan bagi wanita.
Alexander pertama kali diskors karena memprotes kebijakan transgender sekolah pada bulan November, dengan alasan dia "menindas".
Ketika dia mencoba menghadiri kelas pada 6 Februari, dia kemudian diskors lagi dan ditangkap karena masuk tanpa izin. Dia telah dibebaskan, tetapi tetap dilarang menghadiri kelas sampai akhir tahun ajaran.
“Saya diberitahu oleh siswa perempuan, bahwa siswa laki-laki menggunakan toilet wanita. Ini adalah masalah yang muncul dalam debat kelas dan saya menggunakan platform itu untuk membagikan pendapat saya,” kata Alexander, seperti dikutip dari EWTN News Nightly.
“Saya mengutip beberapa Kitab Suci, saya mengatakan bahwa hanya ada dua jenis kelamin. Dan ternyata, karena [ada] siswa transgender di kelas, ini dianggap perundungan,” lanjutnya.
Alexander juga menyuarakan keprihatinannya dengan kebijakan kamar mandi transgender dengan administrasi sekolah, tetapi diabaikan. Bersama siswa lain yang peduli, Alexander mengorganisir protes sekolah tetapi November lalu, dua hari sebelum acara yang dijadwalkan, dia tiba-tiba diskors.
Klaim Sekolah Menengah Katolik St. Joseph bahwa tindakan Alexander sama dengan mengintimidasi siswa transgender. Namun, Alexnder membantahnya.
Sekolah Menengah Katolik St. Joseph mengizinkan pria yang diidentifikasi sebagai gadis transgender untuk menggunakan kamar mandi yang diperuntukkan bagi wanita.
Alexander pertama kali diskors karena memprotes kebijakan transgender sekolah pada bulan November, dengan alasan dia "menindas".
Ketika dia mencoba menghadiri kelas pada 6 Februari, dia kemudian diskors lagi dan ditangkap karena masuk tanpa izin. Dia telah dibebaskan, tetapi tetap dilarang menghadiri kelas sampai akhir tahun ajaran.
“Saya diberitahu oleh siswa perempuan, bahwa siswa laki-laki menggunakan toilet wanita. Ini adalah masalah yang muncul dalam debat kelas dan saya menggunakan platform itu untuk membagikan pendapat saya,” kata Alexander, seperti dikutip dari EWTN News Nightly.
“Saya mengutip beberapa Kitab Suci, saya mengatakan bahwa hanya ada dua jenis kelamin. Dan ternyata, karena [ada] siswa transgender di kelas, ini dianggap perundungan,” lanjutnya.
Alexander juga menyuarakan keprihatinannya dengan kebijakan kamar mandi transgender dengan administrasi sekolah, tetapi diabaikan. Bersama siswa lain yang peduli, Alexander mengorganisir protes sekolah tetapi November lalu, dua hari sebelum acara yang dijadwalkan, dia tiba-tiba diskors.
Klaim Sekolah Menengah Katolik St. Joseph bahwa tindakan Alexander sama dengan mengintimidasi siswa transgender. Namun, Alexnder membantahnya.