4 Negara dengan Angka Kelahiran Terendah di Dunia
loading...
![4 Negara dengan Angka...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2023/02/21/45/1028473/negara-dengan-angka-kelahiran-terendah-di-dunia-yju.webp)
Kim Dot-byul menangis saat berpose dengan bola golf saat pesta ulang tahun pertamanya atau Doljanchi dalam bahasa Korea di Seoul, 14 Desember 2013. Foto/REUTERS/Kim Hong-Ji
A
A
A
SEOUL - Tingkat kelahiran suatu negara menjadi salah satu faktor yang menentukan kesejahteraan masyarakat. Di saat beberapa negara mengalami lonjakan penduduk, sejumlah negara lainnya mengalami angka kelahiran terendah.
Berikut negara dengan angka kelahiran terendah di dunia berdasarkan The World FactBook oleh Central Intelligence Agency (CIA) AS 2022.
1. Monako
Monako menjadi negara dengan tingkat kelahiran paling rendah. Dalam setahun, angka kelahiran Monako hanya sekitar 6,66 per 1.000 orang.
Melansir Humanium.org, rendahnya angka kelahiran di Monako disebabkan oleh perkembangan demografi yang buruk.
Populasi Monako saat ini adalah 39.973 jiwa. Populasi Monako setara dengan 0,0005% dari total populasi dunia.
2. Andorra
Andorra merupakan satu negara terkecil di Eropa. Beribu kota Andorra la Vella, negara ini terdiri dari gususan lembah pegunungan yang alirannya bersatu membentuk Sungai Valira.
Populasi di Andorra pada 2023 mencapai 77.590 jiwa. Andorra juga dinobatkan sebagai negara dengan tingkat kelahiran terendah.
Dalam setahun, Andorra hanya memiliki angka kelahiran 6,88 per 1.000 orang.
3. Korea Selatan
Negara yang dikenal dengan K-Pop ini juga merupakan negara dengan tingkat kelahiran terendah. Dalam setahun, Korea Selatan hanya memiliki angka kelahiran 6,92 per 1.000 orang.
Pemerintah Korea Selatan pun melakukan beberapa langkah untuk mengatasi penurunan tingkat kesuburan, termasuk mengizinkan kedua orang tua mengambil cuti melahirkan di waktu bersamaan serta memperpanjang cuti ayah berbayar.
4. Jepang
Jepang mempunyai angka kelahiran 6,95 per 1.000 orang dalam setahun. Angka kelahiran yang rendah di Jepang mendorong krisis demografi, seiring dengan masyarakat yang menua dan tenaga kerja yang menyusut.
Imbasnya, tidak cukup orang muda yang mengisi kesenjangan ekonomi. Beberapa ahli mengatakan, terdapat faktor di balik kelahiran yang rendah.
Faktor tersebut antara lain biaya hidup yang tinggi, ruang yang terbatas, hingga kurangnya dukungan pengasuhan anak di kota yang membuat warga sulit untuk membesarkan anak.
Berikut negara dengan angka kelahiran terendah di dunia berdasarkan The World FactBook oleh Central Intelligence Agency (CIA) AS 2022.
1. Monako
Monako menjadi negara dengan tingkat kelahiran paling rendah. Dalam setahun, angka kelahiran Monako hanya sekitar 6,66 per 1.000 orang.
Melansir Humanium.org, rendahnya angka kelahiran di Monako disebabkan oleh perkembangan demografi yang buruk.
Populasi Monako saat ini adalah 39.973 jiwa. Populasi Monako setara dengan 0,0005% dari total populasi dunia.
2. Andorra
Andorra merupakan satu negara terkecil di Eropa. Beribu kota Andorra la Vella, negara ini terdiri dari gususan lembah pegunungan yang alirannya bersatu membentuk Sungai Valira.
Populasi di Andorra pada 2023 mencapai 77.590 jiwa. Andorra juga dinobatkan sebagai negara dengan tingkat kelahiran terendah.
Dalam setahun, Andorra hanya memiliki angka kelahiran 6,88 per 1.000 orang.
3. Korea Selatan
Negara yang dikenal dengan K-Pop ini juga merupakan negara dengan tingkat kelahiran terendah. Dalam setahun, Korea Selatan hanya memiliki angka kelahiran 6,92 per 1.000 orang.
Pemerintah Korea Selatan pun melakukan beberapa langkah untuk mengatasi penurunan tingkat kesuburan, termasuk mengizinkan kedua orang tua mengambil cuti melahirkan di waktu bersamaan serta memperpanjang cuti ayah berbayar.
4. Jepang
Jepang mempunyai angka kelahiran 6,95 per 1.000 orang dalam setahun. Angka kelahiran yang rendah di Jepang mendorong krisis demografi, seiring dengan masyarakat yang menua dan tenaga kerja yang menyusut.
Imbasnya, tidak cukup orang muda yang mengisi kesenjangan ekonomi. Beberapa ahli mengatakan, terdapat faktor di balik kelahiran yang rendah.
Faktor tersebut antara lain biaya hidup yang tinggi, ruang yang terbatas, hingga kurangnya dukungan pengasuhan anak di kota yang membuat warga sulit untuk membesarkan anak.
(sya)