Politisi Ukraina: Kunjungan Biden ke Kiev Bikin Putin Panik
loading...
A
A
A
KIEV - Seorang anggota Parlemen Ukraina meledek Kremlin dengan menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin panik setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengunjungi Kiev.
Oleksandr Merezhko, anggota Parlemen Ukraina yang mewakili Partai Servant of the People pimpinan Presiden Volodymyr Zelensky, mengatakan kepada Newsweek bahwa kunjungan bersejarah Biden menunjukkan bahwa kemenangan Ukraina adalah prioritas utama Gedung Putih.
"Saya yakin setelah kunjungan ini, Putin panik," kata Merezhko, yang juga Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Ukraina.
"Dia mengerti bahwa dia telah kalah dan bahwa AS sangat percaya pada Ukraina dan kemenangannya," ujarnya, yang dilansir Selasa (21/2/2023).
"Saya yakin bahwa kunjungan bersejarah [seorang] presiden Amerika ini telah membuat kemenangan kita semakin dekat," kata Merezhko. "Ini memberi dorongan energi dan optimisme yang besar di Ukraina."
Anggota Parlemen Ukraina lainnya juga sangat antusias. Kira Rudik, pemimpin partai liberal Golos, menulis di Twitter: "Senin akan tercatat dalam sejarah...Ini adalah sinyal dukungan yang kuat untuk Ukraina dan keyakinan atas kemenangan kami."
Oleksiy Goncharenko, anggota Partai Solidaritas Eropa, setuju. "Kunjungan Biden ke Kiev adalah tanda yang jelas dari dukungan kuat untuk Ukraina dari AS," tulis politisi tersebut di Twitter.
"Ini adalah pesan yang kuat bahwa Ukraina akan terus berjuang untuk kemerdekaan dan kedaulatannya, dan pada akhirnya akan menang."
Biden, dan juga para pemimpin Barat lainnya, telah menandai peringatan satu tahun invasi skala penuh Rusia minggu ini dengan komitmen publik untuk kemenangan Ukraina dan persetujuan paket bantuan militer baru.
Biden bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky dan pejabat Ukraina lainnya di Kiev pada hari Senin, ketika sirene serangan udara terdengar di seluruh negeri yang memicu kekhawatiran akan serangan rudal jelajah Rusia.
Biden menulis di Twitter: "Kunjungan ini untuk menegaskan kembali komitmen kami yang tak tergoyahkan terhadap demokrasi, kedaulatan, dan integritas teritorial Ukraina."
"Ketika [Presiden Rusia Vladimir] Putin meluncurkan invasinya hampir satu tahun yang lalu, dia mengira Ukraina lemah dan Barat terpecah," lanjut Biden.
"Dia pikir dia bisa bertahan lebih lama dari kita. Tapi dia salah besar," imbuh Biden.
Saat berada di Kiev, Biden mengatakan AS akan mengirimkan lagi bantuan militer senilai USD500 juta ke Ukraina, termasuk amunisi artileri, sistem anti-lapis baja, dan radar pengawasan udara.
Andriy Zagorodnyuk, yang menjabat sebagai menteri pertahanan Ukraina dari Agustus 2019 hingga Maret 2020, mengatakan kepada Newsweek bahwa intervensi Barat baru-baru ini membawa pesan yang jelas.
"Rusia memainkan permainan sumber daya dengan Ukraina," kata Zagorodnyuk, menggambarkan strategi Moskow sebagai kombinasi serangan dan perang gesekan.
"Semua pesan yang kami dengar dari para pemimpin Eropa dan Biden hari ini, semuanya adalah pesan yang mengatakan bahwa rencana Rusia akan gagal," kata Zagorodnyuk.
"Mereka mencoba mengatakan bahwa permainan sumber daya Rusia salah, karena sumber daya Barat tidak hanya akan tersedia untuk rentang waktu yang sangat singkat."
Oleg Ignatov, analis senior kelompok pemikir Crisis Group, mengatakan kepada Newsweek bahwa Kremlin mungkin akan memanfaatkan kunjungan Biden untuk memperkuat propaganda masa perangnya.
"Saya pikir mereka akan menggunakan ini untuk mengulang kalimat bahwa ini adalah konflik antara Rusia dan Barat, bukan antara Rusia dan Ukraina," katanya. "Itu pesan favorit."
Putin akan menyampaikan pidato kenegaraan tahunannya pada hari Selasa, dengan tema perang di Ukraina kemungkinan akan mendominasi.
Menurut Ignatov, kunjungan Biden—meski signifikan—tidak mungkin banyak mengubah pandangan Kremlin. "Saya tidak berharap dia harus menulis ulang apa pun karena kunjungan Biden," katanya.
"Untuk Zelensky, untuk Ukraina, ini sangat penting karena menunjukkan bahwa rencana Rusia untuk Ukraina gagal," kata Ignatov. "Itu sangat penting sinyal untuk Ukraina, dan untuk Rusia."
Oleksandr Merezhko, anggota Parlemen Ukraina yang mewakili Partai Servant of the People pimpinan Presiden Volodymyr Zelensky, mengatakan kepada Newsweek bahwa kunjungan bersejarah Biden menunjukkan bahwa kemenangan Ukraina adalah prioritas utama Gedung Putih.
"Saya yakin setelah kunjungan ini, Putin panik," kata Merezhko, yang juga Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Ukraina.
"Dia mengerti bahwa dia telah kalah dan bahwa AS sangat percaya pada Ukraina dan kemenangannya," ujarnya, yang dilansir Selasa (21/2/2023).
"Saya yakin bahwa kunjungan bersejarah [seorang] presiden Amerika ini telah membuat kemenangan kita semakin dekat," kata Merezhko. "Ini memberi dorongan energi dan optimisme yang besar di Ukraina."
Anggota Parlemen Ukraina lainnya juga sangat antusias. Kira Rudik, pemimpin partai liberal Golos, menulis di Twitter: "Senin akan tercatat dalam sejarah...Ini adalah sinyal dukungan yang kuat untuk Ukraina dan keyakinan atas kemenangan kami."
Oleksiy Goncharenko, anggota Partai Solidaritas Eropa, setuju. "Kunjungan Biden ke Kiev adalah tanda yang jelas dari dukungan kuat untuk Ukraina dari AS," tulis politisi tersebut di Twitter.
"Ini adalah pesan yang kuat bahwa Ukraina akan terus berjuang untuk kemerdekaan dan kedaulatannya, dan pada akhirnya akan menang."
Biden, dan juga para pemimpin Barat lainnya, telah menandai peringatan satu tahun invasi skala penuh Rusia minggu ini dengan komitmen publik untuk kemenangan Ukraina dan persetujuan paket bantuan militer baru.
Biden bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky dan pejabat Ukraina lainnya di Kiev pada hari Senin, ketika sirene serangan udara terdengar di seluruh negeri yang memicu kekhawatiran akan serangan rudal jelajah Rusia.
Biden menulis di Twitter: "Kunjungan ini untuk menegaskan kembali komitmen kami yang tak tergoyahkan terhadap demokrasi, kedaulatan, dan integritas teritorial Ukraina."
"Ketika [Presiden Rusia Vladimir] Putin meluncurkan invasinya hampir satu tahun yang lalu, dia mengira Ukraina lemah dan Barat terpecah," lanjut Biden.
"Dia pikir dia bisa bertahan lebih lama dari kita. Tapi dia salah besar," imbuh Biden.
Saat berada di Kiev, Biden mengatakan AS akan mengirimkan lagi bantuan militer senilai USD500 juta ke Ukraina, termasuk amunisi artileri, sistem anti-lapis baja, dan radar pengawasan udara.
Andriy Zagorodnyuk, yang menjabat sebagai menteri pertahanan Ukraina dari Agustus 2019 hingga Maret 2020, mengatakan kepada Newsweek bahwa intervensi Barat baru-baru ini membawa pesan yang jelas.
"Rusia memainkan permainan sumber daya dengan Ukraina," kata Zagorodnyuk, menggambarkan strategi Moskow sebagai kombinasi serangan dan perang gesekan.
"Semua pesan yang kami dengar dari para pemimpin Eropa dan Biden hari ini, semuanya adalah pesan yang mengatakan bahwa rencana Rusia akan gagal," kata Zagorodnyuk.
"Mereka mencoba mengatakan bahwa permainan sumber daya Rusia salah, karena sumber daya Barat tidak hanya akan tersedia untuk rentang waktu yang sangat singkat."
Oleg Ignatov, analis senior kelompok pemikir Crisis Group, mengatakan kepada Newsweek bahwa Kremlin mungkin akan memanfaatkan kunjungan Biden untuk memperkuat propaganda masa perangnya.
"Saya pikir mereka akan menggunakan ini untuk mengulang kalimat bahwa ini adalah konflik antara Rusia dan Barat, bukan antara Rusia dan Ukraina," katanya. "Itu pesan favorit."
Putin akan menyampaikan pidato kenegaraan tahunannya pada hari Selasa, dengan tema perang di Ukraina kemungkinan akan mendominasi.
Menurut Ignatov, kunjungan Biden—meski signifikan—tidak mungkin banyak mengubah pandangan Kremlin. "Saya tidak berharap dia harus menulis ulang apa pun karena kunjungan Biden," katanya.
"Untuk Zelensky, untuk Ukraina, ini sangat penting karena menunjukkan bahwa rencana Rusia untuk Ukraina gagal," kata Ignatov. "Itu sangat penting sinyal untuk Ukraina, dan untuk Rusia."
(min)