Kisah Pria dengan 102 Anak: Tak Sanggup Lagi Tambah Keturunan, 12 Istrinya KB
loading...
A
A
A
Banyak keluarga sekarang tinggal di rumah bobrok yang terbuat dari seng—sementara banyak lainnya tinggal di sekitar dua lusin gubuk lumpur jerami di dekatnya.
Musa menikahi istri pertamanya pada tahun 1972 dalam sebuah upacara adat ketika mereka berdua berusia 17 tahun dan anak pertamanya Sandra Nabwire lahir setahun kemudian.
"Karena hanya kami berdua, saya disarankan oleh saudara laki-laki, kerabat dan teman saya untuk menikahi banyak istri untuk menghasilkan banyak anak untuk memperluas warisan keluarga kami," ujarnya.
Musa juga mengatakan dia menjadi populer di kalangan keluarga yang ingin menikahkan putri mereka karena statusnya sebagai pedagang ternak yang sukses.
Menurutnya, dia secara teratur memiliki keluarga yang menawarkan putri mereka untuk dinikahi—beberapa bahkan di bawah usia 18 tahun.
Sekadar diketahui, pernikahan anak dilarang di Uganda pada tahun 1995, sementara poligami diperbolehkan di negara Afrika Timur itu—menurut tradisi agama tertentu.
Musa mengatakan dia sekarang harus berkonsultasi dengan salah satu putranya, Shaban Magino, seorang guru sekolah dasar (SD) berusia 30 tahun yang membantu menjalankan urusan keluarga dan merupakan salah satu dari sedikit yang mengenyam pendidikan.
Untuk menjaga keharmonisan di antara anak-anak sebanyak itu dan menyelesaikan perselisihan, Musa mengatakan mereka mengadakan pertemuan keluarga setiap bulan.
Musa menikahi istri pertamanya pada tahun 1972 dalam sebuah upacara adat ketika mereka berdua berusia 17 tahun dan anak pertamanya Sandra Nabwire lahir setahun kemudian.
"Karena hanya kami berdua, saya disarankan oleh saudara laki-laki, kerabat dan teman saya untuk menikahi banyak istri untuk menghasilkan banyak anak untuk memperluas warisan keluarga kami," ujarnya.
Musa juga mengatakan dia menjadi populer di kalangan keluarga yang ingin menikahkan putri mereka karena statusnya sebagai pedagang ternak yang sukses.
Menurutnya, dia secara teratur memiliki keluarga yang menawarkan putri mereka untuk dinikahi—beberapa bahkan di bawah usia 18 tahun.
Sekadar diketahui, pernikahan anak dilarang di Uganda pada tahun 1995, sementara poligami diperbolehkan di negara Afrika Timur itu—menurut tradisi agama tertentu.
Musa mengatakan dia sekarang harus berkonsultasi dengan salah satu putranya, Shaban Magino, seorang guru sekolah dasar (SD) berusia 30 tahun yang membantu menjalankan urusan keluarga dan merupakan salah satu dari sedikit yang mengenyam pendidikan.
Untuk menjaga keharmonisan di antara anak-anak sebanyak itu dan menyelesaikan perselisihan, Musa mengatakan mereka mengadakan pertemuan keluarga setiap bulan.
(min)