Rasmus Paludan Bakar Al-Qur'an, Umat Kristen Swedia Merasa Tak Enak
loading...
A
A
A
STOCKHOLM - Politisi anti-Islam Denmark-Swedia, Rasmus Paludan , telah membakar salinan Al-Qur'an di dekat Kedutaan Turki di kedua negara Eropa tersebut. Komunitas Kristen dan Yahudi Swedia merasa tidak enak dengan ulah Paludan.
Kedua komunitas agama tersebut kompak menyatakan dukungan untuk umat Islam, karena insiden tersebut sangat melukai perasaan komunitas Muslim global yang berjumlah hampir 2 miliar orang.
Koordinator Komisi Katolik untuk Dialog Antaragama di Swedia, Kaj Engelhart, mengatakan meskipun dia mengakui bahwa tindakan Partai Stram Kurs yang dipimpin Rasmus Paludan dapat dianggap sah, ada juga kebutuhan untuk membahas apakah undang-undang tersebut harus diubah karena banyak yang menganggapnya sebagai kejahatan rasial.
"Sebagai umat Katolik, kami sangat menentang tindakan seperti itu," kata Engelhart.
"Dalam keyakinan kami, tidak boleh menyinggung orang dari agama lain. Melihat kejadian ini membuat saya merasa sangat tidak enak," ujarnya, seperti dikutip Daily Sabah, Senin (30/1/2023).
Komunitas Yahudi juga berbicara menentang aksi Islamofobia, di mana Council of Swedish Jewish Communities dan The AMANAH Muslim-Jewish Partnership Trust mengeluarkan pernyataan bersama.
Mereka mengacu pada pembakaran buku Yahudi di Jerman oleh Nazi dan memperingatkan bahwa tindakan seperti itu sering kali menunjukkan awal dari normalisasi kebencian terhadap suatu kelompok.
"Secara historis melawan Yahudi, sekarang melawan Muslim," bunyi pernyataan mereka.
"Rasis dan ekstremis mungkin sekali lagi menyalahgunakan demokrasi dan kebebasan berekspresi untuk menormalkan kebencian terhadap salah satu agama minoritas Swedia dengan membakar Al-Qur'an."
Pernyataan mereka juga mengungkapkan keprihatinan bersama atas meningkatnya serangan terhadap Yahudi dan Muslim di Swedia."Dalam masyarakat demokratis, setiap individu berhak untuk merasa aman dan dihargai," imbuh pernyataan mereka.
Ketua Federasi Islam Swedia, Tahir Akan, mengatakan bahwa umat Islam tidak dapat membuat suara mereka didengar dan kekhawatiran mereka diabaikan.
Dia menyerukan komunitasnya untuk bersatu dan memajukan perjuangannya melawan prasangka anti-Muslim secara akademis dan legal.
Mengomentari laporan PBB yang mengatakan ada rasisme sistematis di Swedia, Akan mengatakan: "Kelompok yang paling menderita dari tren umum ini adalah komunitas Muslim. Terutama dalam masalah pekerjaan dan urusan sehari-hari lainnya, sayangnya, umat Islam mengalami rasisme."
“Sayangnya, kita melihat politisi kita jauh dari menyadari masalah ini. Yang bisa kita lakukan adalah mendidik dan melatih generasi muda kita untuk membawa perubahan bagi seluruh umat manusia,” imbuh dia.
Kedua komunitas agama tersebut kompak menyatakan dukungan untuk umat Islam, karena insiden tersebut sangat melukai perasaan komunitas Muslim global yang berjumlah hampir 2 miliar orang.
Koordinator Komisi Katolik untuk Dialog Antaragama di Swedia, Kaj Engelhart, mengatakan meskipun dia mengakui bahwa tindakan Partai Stram Kurs yang dipimpin Rasmus Paludan dapat dianggap sah, ada juga kebutuhan untuk membahas apakah undang-undang tersebut harus diubah karena banyak yang menganggapnya sebagai kejahatan rasial.
"Sebagai umat Katolik, kami sangat menentang tindakan seperti itu," kata Engelhart.
"Dalam keyakinan kami, tidak boleh menyinggung orang dari agama lain. Melihat kejadian ini membuat saya merasa sangat tidak enak," ujarnya, seperti dikutip Daily Sabah, Senin (30/1/2023).
Komunitas Yahudi juga berbicara menentang aksi Islamofobia, di mana Council of Swedish Jewish Communities dan The AMANAH Muslim-Jewish Partnership Trust mengeluarkan pernyataan bersama.
Mereka mengacu pada pembakaran buku Yahudi di Jerman oleh Nazi dan memperingatkan bahwa tindakan seperti itu sering kali menunjukkan awal dari normalisasi kebencian terhadap suatu kelompok.
"Secara historis melawan Yahudi, sekarang melawan Muslim," bunyi pernyataan mereka.
"Rasis dan ekstremis mungkin sekali lagi menyalahgunakan demokrasi dan kebebasan berekspresi untuk menormalkan kebencian terhadap salah satu agama minoritas Swedia dengan membakar Al-Qur'an."
Pernyataan mereka juga mengungkapkan keprihatinan bersama atas meningkatnya serangan terhadap Yahudi dan Muslim di Swedia."Dalam masyarakat demokratis, setiap individu berhak untuk merasa aman dan dihargai," imbuh pernyataan mereka.
Ketua Federasi Islam Swedia, Tahir Akan, mengatakan bahwa umat Islam tidak dapat membuat suara mereka didengar dan kekhawatiran mereka diabaikan.
Dia menyerukan komunitasnya untuk bersatu dan memajukan perjuangannya melawan prasangka anti-Muslim secara akademis dan legal.
Mengomentari laporan PBB yang mengatakan ada rasisme sistematis di Swedia, Akan mengatakan: "Kelompok yang paling menderita dari tren umum ini adalah komunitas Muslim. Terutama dalam masalah pekerjaan dan urusan sehari-hari lainnya, sayangnya, umat Islam mengalami rasisme."
“Sayangnya, kita melihat politisi kita jauh dari menyadari masalah ini. Yang bisa kita lakukan adalah mendidik dan melatih generasi muda kita untuk membawa perubahan bagi seluruh umat manusia,” imbuh dia.
(min)