Bungkam Al-Quran Dibakar, Rusia Sebut Swedia Pengecut
loading...
A
A
A
MOSKOW - Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam pembakaran al-Quran di Stockholm, Swedia . Rusia menyebutnya satu lagi aksi provokatif Islamfobia.
"Tindakan penghujatan ini diperkirakan memicu reaksi keras di dunia Islam, termasuk komunitas Muslim Rusia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam konferensi pers seperti dikutip dari Anadolu, Sabtu (28/1/2023).
Dia mencatat perbedaan sikap terhadap apa yang terjadi dan mengatakan di dunia yang mempertahankan nilai-nilai tradisional pembakaran al-Quran dinilai sama sekali tidak memadai, sementara dunia Barat menyambut ini dan mengatakan bahwa ini bukan hanya normal, tetapi bagus.
“Alasan otoritas Swedia, yang berusaha bersembunyi di balik pernyataan tentang kebebasan berbicara, setidaknya terdengar pengecut. Polisi diduga mengeluarkan izin hanya untuk mengadakan demonstrasi di depan Kedutaan Besar Turki, dan tidak ada yang mengoordinasikan pembakaran al-Quran," ujarnya.
"Pada saat yang sama, penyelenggara demonstrasi, politisi Swedia-Denmark Rasmus Paludan, tidak menyembunyikan rencananya, dan permintaan otoritas Turki untuk mencabut izin mengadakan demonstrasi diabaikan di Stockholm," kata Zakharova.
Dia mencatat bahwa otoritas Swedia tidak mengambil tindakan untuk menyelidiki insiden tersebut.
"Mereka suka mengajari orang lain bagaimana menghormati hak asasi manusia dan kebebasan, mereka meneriakkan demokrasi mereka di setiap sudut. Namun pada kenyataannya, khususnya, di Stockholm, mereka tidak menghormati pemerintah asing yang sah atau agama dunia," ucap Zakharova.
Politisi berkewarganegaraan Denmark dan Swedia, Rasmus Paludan, membakar dua salinan al-Quran di depan masjid Kedutan Turki di Kopenhagen, Denmark, pada hari Jumat. Paludan, sebelumnya telah membuat marah Turki dengan aksi membakar salinan al-Quran di Swedia pada 21 Januari pekan lalu.
Dalam aksi terbarunya kemarin, Paludan berjanji untuk melanjutkan aksi serupa setiap hari Jumat sampai Swedia diterima sebagai anggota NATO.
Suara keras menggelegar dari masjid saat Paludan berbicara, tampaknya berusaha untuk menenggelamkan kata-kata politisi anti-Islam tersebut.
“Masjid ini tidak punya tempat di Denmark,” kata Paludan dalam siaran langsung di halaman Facebooknya, mengenakan helm pelindung dan dikelilingi polisi antihuru-hara.
Paludan yang mendapat perlindungan polisi itu kemudian digiring dengan mobil polisi.
Belakangan, di depan Kedutaan Besar Turki, Paludan berkata melalui pengeras suara: “Begitu dia (Erdogan) membiarkan Swedia bergabung dengan NATO, saya berjanji tidak akan membakar al-Quraan di luar Kedutaan Besar Turki. Jika tidak, saya akan melakukannya setiap hari Jumat pukul 14.00 siang.”
Swedia dan Finlandia yang bertetangga berusaha untuk bergabung dengan aliansi militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu di tengah perang Rusia di Ukraina.
Tetapi aksesi mereka memerlukan persetujuan dari semua anggota NATO, dan Turki telah mengindikasikan akan memblokir pengajuan Swedia - sebagian karena aksi awal Paludan.
Bahkan sebelum itu, Ankara menekan kedua negara untuk menindak militan Kurdi dan kelompok lain yang dianggap teroris oleh Ankara.
"Tindakan penghujatan ini diperkirakan memicu reaksi keras di dunia Islam, termasuk komunitas Muslim Rusia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam konferensi pers seperti dikutip dari Anadolu, Sabtu (28/1/2023).
Dia mencatat perbedaan sikap terhadap apa yang terjadi dan mengatakan di dunia yang mempertahankan nilai-nilai tradisional pembakaran al-Quran dinilai sama sekali tidak memadai, sementara dunia Barat menyambut ini dan mengatakan bahwa ini bukan hanya normal, tetapi bagus.
“Alasan otoritas Swedia, yang berusaha bersembunyi di balik pernyataan tentang kebebasan berbicara, setidaknya terdengar pengecut. Polisi diduga mengeluarkan izin hanya untuk mengadakan demonstrasi di depan Kedutaan Besar Turki, dan tidak ada yang mengoordinasikan pembakaran al-Quran," ujarnya.
"Pada saat yang sama, penyelenggara demonstrasi, politisi Swedia-Denmark Rasmus Paludan, tidak menyembunyikan rencananya, dan permintaan otoritas Turki untuk mencabut izin mengadakan demonstrasi diabaikan di Stockholm," kata Zakharova.
Dia mencatat bahwa otoritas Swedia tidak mengambil tindakan untuk menyelidiki insiden tersebut.
"Mereka suka mengajari orang lain bagaimana menghormati hak asasi manusia dan kebebasan, mereka meneriakkan demokrasi mereka di setiap sudut. Namun pada kenyataannya, khususnya, di Stockholm, mereka tidak menghormati pemerintah asing yang sah atau agama dunia," ucap Zakharova.
Politisi berkewarganegaraan Denmark dan Swedia, Rasmus Paludan, membakar dua salinan al-Quran di depan masjid Kedutan Turki di Kopenhagen, Denmark, pada hari Jumat. Paludan, sebelumnya telah membuat marah Turki dengan aksi membakar salinan al-Quran di Swedia pada 21 Januari pekan lalu.
Dalam aksi terbarunya kemarin, Paludan berjanji untuk melanjutkan aksi serupa setiap hari Jumat sampai Swedia diterima sebagai anggota NATO.
Suara keras menggelegar dari masjid saat Paludan berbicara, tampaknya berusaha untuk menenggelamkan kata-kata politisi anti-Islam tersebut.
“Masjid ini tidak punya tempat di Denmark,” kata Paludan dalam siaran langsung di halaman Facebooknya, mengenakan helm pelindung dan dikelilingi polisi antihuru-hara.
Paludan yang mendapat perlindungan polisi itu kemudian digiring dengan mobil polisi.
Belakangan, di depan Kedutaan Besar Turki, Paludan berkata melalui pengeras suara: “Begitu dia (Erdogan) membiarkan Swedia bergabung dengan NATO, saya berjanji tidak akan membakar al-Quraan di luar Kedutaan Besar Turki. Jika tidak, saya akan melakukannya setiap hari Jumat pukul 14.00 siang.”
Swedia dan Finlandia yang bertetangga berusaha untuk bergabung dengan aliansi militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu di tengah perang Rusia di Ukraina.
Tetapi aksesi mereka memerlukan persetujuan dari semua anggota NATO, dan Turki telah mengindikasikan akan memblokir pengajuan Swedia - sebagian karena aksi awal Paludan.
Bahkan sebelum itu, Ankara menekan kedua negara untuk menindak militan Kurdi dan kelompok lain yang dianggap teroris oleh Ankara.
(ian)