Menlu Italia: Uni Eropa Didominasi Amerika Serikat
loading...
A
A
A
ROMA - Uni Eropa membutuhkan pemimpin yang kuat, mirip dengan mantan Kanselir Jerman Angela Merkel agar suaranya didengar di panggung global.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Italia Antonio Tajani mengungkapkan hal itu kepada surat kabar La Stampa pada Rabu (25/1/2023).
“Ada terlalu banyak kecemburuan, terlalu banyak pemimpin,” papar Antonio Tajani, dengan alasan blok tersebut akhirnya melayani AS alih-alih mengejar kepentingannya sendiri.
“Bahkan Jerman, negara (anggota) terkuat, gagal untuk memaksakan diri. Seorang Merkel hilang,” tegas dia.
Selama wawancara, dia ditanya apakah menurutnya UE "terlalu lemah", yang dia jawab dengan menjelaskan, "Eropa tidak memiliki kebijakan luar negeri atau pertahanan yang nyata ... Kita selalu mengejar Amerika."
Menurut dia, kondisi ini telah terjadi sejak 1954, ketika Komunitas Pertahanan Eropa runtuh.
Dia melanjutkan dengan bersikeras UE melakukan segala daya untuk mencegah konflik Rusia-Ukraina meningkat.
“Baik NATO maupun Eropa, yang memiliki kewajiban membantu Ukraina, tidak berperang dengan Rusia,” papar Tajani.
Dia mengungkapkan harapannya bahwa, apa yang disebutnya, “pernyataan agresif” yang datang dari Kremlin hanyalah “propaganda” dan tidak ada keinginan nyata untuk menaikkan nada konfrontasi.
Menteri itu berpendapat, meskipun penting untuk terus mengirim senjata ke Ukraina, penting juga mencari penyelesaian damai atas konflik, yang telah berkecamuk sejak Februari lalu, atau setidaknya membuat gencatan senjata.
Tajani menggambarkan dirinya sebagai "tidak optimis tentang waktu dekat" sambil percaya "tidak ada gunanya menyerah."
Dia telah meminta Turki melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mengatur negosiasi antara Moskow dan Kiev.
Meski Rusia telah berulang kali menegaskan bahwa mereka terbuka untuk negosiasi dengan Kiev, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menandatangani undang-undang yang secara hukum melarang Kiev dari negosiasi apa pun dengan Moskow selama Vladimir Putin tetap berkuasa.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Italia Antonio Tajani mengungkapkan hal itu kepada surat kabar La Stampa pada Rabu (25/1/2023).
“Ada terlalu banyak kecemburuan, terlalu banyak pemimpin,” papar Antonio Tajani, dengan alasan blok tersebut akhirnya melayani AS alih-alih mengejar kepentingannya sendiri.
“Bahkan Jerman, negara (anggota) terkuat, gagal untuk memaksakan diri. Seorang Merkel hilang,” tegas dia.
Selama wawancara, dia ditanya apakah menurutnya UE "terlalu lemah", yang dia jawab dengan menjelaskan, "Eropa tidak memiliki kebijakan luar negeri atau pertahanan yang nyata ... Kita selalu mengejar Amerika."
Menurut dia, kondisi ini telah terjadi sejak 1954, ketika Komunitas Pertahanan Eropa runtuh.
Dia melanjutkan dengan bersikeras UE melakukan segala daya untuk mencegah konflik Rusia-Ukraina meningkat.
“Baik NATO maupun Eropa, yang memiliki kewajiban membantu Ukraina, tidak berperang dengan Rusia,” papar Tajani.
Dia mengungkapkan harapannya bahwa, apa yang disebutnya, “pernyataan agresif” yang datang dari Kremlin hanyalah “propaganda” dan tidak ada keinginan nyata untuk menaikkan nada konfrontasi.
Menteri itu berpendapat, meskipun penting untuk terus mengirim senjata ke Ukraina, penting juga mencari penyelesaian damai atas konflik, yang telah berkecamuk sejak Februari lalu, atau setidaknya membuat gencatan senjata.
Tajani menggambarkan dirinya sebagai "tidak optimis tentang waktu dekat" sambil percaya "tidak ada gunanya menyerah."
Dia telah meminta Turki melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mengatur negosiasi antara Moskow dan Kiev.
Meski Rusia telah berulang kali menegaskan bahwa mereka terbuka untuk negosiasi dengan Kiev, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menandatangani undang-undang yang secara hukum melarang Kiev dari negosiasi apa pun dengan Moskow selama Vladimir Putin tetap berkuasa.
(sya)