Pasukan Israel Bunuh 2 Warga Palestina, Total Korban Jadi 20 Orang
loading...
A
A
A
YERUSALEM - Pejabat Palestina mengatakan pasukan Israel membunuh dua pria Palestina pada hari Rabu. Ini meningkatkan jumlah warga Palestina yang tewas sepanjang awal tahun ini menjadi 20 orang.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan pasukan Israel membunuh Aref Abdel Nasser Lahlouh (20) dari kamp pengungsi Jenin, di kota Qalqilya, Tepi Barat yang diduduki.
Kantor berita negara Palestina Wafa melaporkan Lahlouh dibunuh di depan ibu dan saudara laki-lakinya. Militer Israel mengklaim bahwa dia ditembak setelah mencoba melakukan serangan pisau terhadap seorang tentara di sebuah pos pemeriksaan militer.
Kementerian tersebut kemudian melaporkan bahwa orang Palestina kedua, Salah Mohammed Ali, ditembak mati di dada di Yerusalem Timur, menyusul serangan oleh pasukan Israel ke kamp pengungsi Shuafat.
Rekaman online menunjukkan pemuda Palestina melempar batu ke kendaraan Israel dan tentara Israel membalas dengan tembakan langsung. Kematian terakhir membuat jumlah warga Palestina yang tewas tahun ini menjadi 20, termasuk tiga anak seperti dilansir dari Middle East Eye, Kamis (26/1/2023).
Menurut data yang dikumpulkan oleh Middle East Eye, pasukan Israel membunuh lebih banyak warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki pada tahun 2022 dibandingkan tahun kalender mana pun sejak Intifadah Kedua.
Setidaknya 220 orang tewas dalam serangan Israel di seluruh wilayah pendudukan pada tahun 2022, termasuk 48 anak. Dari total korban tewas, 167 berasal dari Tepi Barat dan Yerusalem Timur, dan 53 berasal dari Jalur Gaza.
Sebelumnya pada hari Rabu, pasukan Israel menghancurkan rumah Uday Tamimi, seorang pria Palestina yang diduga membunuh seorang tentara wanita Israel tahun lalu.
Menyusul penembakan di sebuah pos pemeriksaan pada bulan Oktober, Israel memulai operasi selama seminggu yang berpuncak pada kematian Tamimi.
Kebijakan Israel untuk menghancurkan rumah warga Palestina pelaku penyerangan telah dikecam oleh kelompok HAM sebagai bentuk "hukuman kolektif" yang dijatuhkan pada keluarga tersangka.
Pemerintah sayap kanan baru Israel menyambut baik pembongkaran tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir, yang mengawasi kepolisian, mengatakan: "Langkah ini sangat penting, tetapi tidak cukup sama sekali."
"Kita harus menghancurkan semua rumah teroris dan mendeportasi para teroris itu sendiri dari negara," imbuhnya.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan pasukan Israel membunuh Aref Abdel Nasser Lahlouh (20) dari kamp pengungsi Jenin, di kota Qalqilya, Tepi Barat yang diduduki.
Kantor berita negara Palestina Wafa melaporkan Lahlouh dibunuh di depan ibu dan saudara laki-lakinya. Militer Israel mengklaim bahwa dia ditembak setelah mencoba melakukan serangan pisau terhadap seorang tentara di sebuah pos pemeriksaan militer.
Kementerian tersebut kemudian melaporkan bahwa orang Palestina kedua, Salah Mohammed Ali, ditembak mati di dada di Yerusalem Timur, menyusul serangan oleh pasukan Israel ke kamp pengungsi Shuafat.
Rekaman online menunjukkan pemuda Palestina melempar batu ke kendaraan Israel dan tentara Israel membalas dengan tembakan langsung. Kematian terakhir membuat jumlah warga Palestina yang tewas tahun ini menjadi 20, termasuk tiga anak seperti dilansir dari Middle East Eye, Kamis (26/1/2023).
Menurut data yang dikumpulkan oleh Middle East Eye, pasukan Israel membunuh lebih banyak warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki pada tahun 2022 dibandingkan tahun kalender mana pun sejak Intifadah Kedua.
Setidaknya 220 orang tewas dalam serangan Israel di seluruh wilayah pendudukan pada tahun 2022, termasuk 48 anak. Dari total korban tewas, 167 berasal dari Tepi Barat dan Yerusalem Timur, dan 53 berasal dari Jalur Gaza.
Sebelumnya pada hari Rabu, pasukan Israel menghancurkan rumah Uday Tamimi, seorang pria Palestina yang diduga membunuh seorang tentara wanita Israel tahun lalu.
Menyusul penembakan di sebuah pos pemeriksaan pada bulan Oktober, Israel memulai operasi selama seminggu yang berpuncak pada kematian Tamimi.
Kebijakan Israel untuk menghancurkan rumah warga Palestina pelaku penyerangan telah dikecam oleh kelompok HAM sebagai bentuk "hukuman kolektif" yang dijatuhkan pada keluarga tersangka.
Pemerintah sayap kanan baru Israel menyambut baik pembongkaran tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir, yang mengawasi kepolisian, mengatakan: "Langkah ini sangat penting, tetapi tidak cukup sama sekali."
"Kita harus menghancurkan semua rumah teroris dan mendeportasi para teroris itu sendiri dari negara," imbuhnya.
(ian)