Ribuan Orang Turun ke Jalan-jalan Ibu Kota Peru Saat Kerusuhan Meluas
loading...
A
A
A
LIMA - Ribuan pengunjuk rasa di Peru yang marah turun ke jalan-jalan Ibu Kota, Lima, pada Kamis malam setelah jumlah korban tewas meningkat sejak kerusuhan meletus bulan lalu dan menyerukan perubahan besar-besaran. Kebanyakan dari para demonstran itu adalah penduduk asli Peru yang berasal dari wilayah selatan negara itu.
Polisi memperkirakan aksi demonstrasi itu diikuti sekitar 3.500 orang, tetapi pihak lain berspekulasi jumlahnya lebih dari dua kali lipat.
Barisan polisi dengan perlengkapan anti huru hara berhadapan dengan pengunjuk rasa yang melemparkan batu di beberapa jalan, dan satu bangunan bersejarah di pusat bersejarah kota itu terbakar pada Kamis malam.
Seorang komandan pemadam kebakaran mengatakan kepada radio setempat gedung yang berada di San Martin Plaza itu dalam keadaan kosong saat kobaran membesar tanpa sebab yang diketahui.
Perusahaan penambang yang berbasis di Kanada, Hudbay, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pengunjuk rasa telah memasuki lokasi unit mereka di Peru, merusak dan membakar mesin serta kendaraan utama.
"Ini bukan protes; ini sabotase terhadap aturan hukum," kata Perdana Menteri Peri Alberto Otarola pada Kamis malam bersama Presiden Dina Boluarte dan menteri pemerintah lainnya seperti dikutip dari France 24, Jumat (20/1/2023).
Menteri Dalam Negeri Peru Vicente Romero membantah klaim yang beredar di media sosial bahwa kebakaran di Lima disebabkan oleh granat gas air mata seorang petugas polisi.
Selama sebulan terakhir, protes dan terkadang mematikan telah menyebabkan kekerasan terburuk yang pernah dialami Peru dalam lebih dari dua dekade. Banyak orang di daerah pedesaan yang lebih miskin melampiaskan kemarahan pada pemerintah Lima atas ketidaksetaraan dan kenaikan harga, menguji institusi demokrasi di negara itu.
Protes dipicu oleh penggulingan mantan Presiden sayap kiri Pedro Castillo yang dramatis pada 7 Desember setelah ia mencoba menutup Kongres secara ilegal dan mengkonsolidasikan kekuasaan.
Polisi memperkirakan aksi demonstrasi itu diikuti sekitar 3.500 orang, tetapi pihak lain berspekulasi jumlahnya lebih dari dua kali lipat.
Barisan polisi dengan perlengkapan anti huru hara berhadapan dengan pengunjuk rasa yang melemparkan batu di beberapa jalan, dan satu bangunan bersejarah di pusat bersejarah kota itu terbakar pada Kamis malam.
Seorang komandan pemadam kebakaran mengatakan kepada radio setempat gedung yang berada di San Martin Plaza itu dalam keadaan kosong saat kobaran membesar tanpa sebab yang diketahui.
Perusahaan penambang yang berbasis di Kanada, Hudbay, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pengunjuk rasa telah memasuki lokasi unit mereka di Peru, merusak dan membakar mesin serta kendaraan utama.
"Ini bukan protes; ini sabotase terhadap aturan hukum," kata Perdana Menteri Peri Alberto Otarola pada Kamis malam bersama Presiden Dina Boluarte dan menteri pemerintah lainnya seperti dikutip dari France 24, Jumat (20/1/2023).
Menteri Dalam Negeri Peru Vicente Romero membantah klaim yang beredar di media sosial bahwa kebakaran di Lima disebabkan oleh granat gas air mata seorang petugas polisi.
Selama sebulan terakhir, protes dan terkadang mematikan telah menyebabkan kekerasan terburuk yang pernah dialami Peru dalam lebih dari dua dekade. Banyak orang di daerah pedesaan yang lebih miskin melampiaskan kemarahan pada pemerintah Lima atas ketidaksetaraan dan kenaikan harga, menguji institusi demokrasi di negara itu.
Protes dipicu oleh penggulingan mantan Presiden sayap kiri Pedro Castillo yang dramatis pada 7 Desember setelah ia mencoba menutup Kongres secara ilegal dan mengkonsolidasikan kekuasaan.