Selama Masa Lockdown, KDRT di Malaysia Meningkat

Minggu, 19 April 2020 - 03:00 WIB
loading...
Selama Masa Lockdown,...
Ilustrasi
A A A
KUALA LUMPUR - Kelompok-kelompok hak asasi perempuan menunjukkan bahwa di masa lockdown, perempuan dan anak-anak di Malaysia menjadi lebih rentan terhadap kekerasan dan pelecehan dalam rumah tangga. Status lockdown melarang warga Malaysia meninggalkan rumah mereka, kecuali untuk membeli makanan, dalam keadaan darurat, atau mengakses perawatan kesehatan.

Aktivis kekerasan dalam rumah tangga, Farah Hanim telah melaporkan peningkatan kekerasan dalam rumah tangga di proyek perumahan federal di luar Kuala Lumpur, tempat dia bekerja.

"Saya telah menerima lebih banyak panggilan untuk bantuan. Ini mungkin karena kepadatan tempat tinggal, hilangnya pendapatan karena pekerja terpaksa tinggal di rumah, dan selanjutnya kekurangan makanan dan persediaan penting lainnya," ucap Farah, seperti dilansir South China Morning Post.

Polisi menerima 5.421 laporan kekerasan dalam rumah tangga pada tahun 2018. Sementara itu, pemerintah telah mengungkapkan bahwa hotline kesejahteraannya melihat 57 persen lonjakan panggilan sejak pembatasan gerakan negara dimulai pada pertengahan Maret, meskipun telah menyatakan bahwa tidak semua panggilan ini berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga.

Pemerintah awalnya menangguhkan hotline tersebut ketika penguncian di seluruh negeri dimulai. Namun, Putra Jaya membalikkan keputusan setelah adanya kritikan dari kelompok masyarakat.

Kelompok-kelompok hak asasi perempuan juga telah melihat peningkatan serupa dalam panggilan darurat, dengan Organisasi Bantuan Perempuan (WAO) melaporkan peningkatan panggilan dan permintaan sebanyak 44,4 persen antara Februari dan Maret.

"Kekerasan dalam rumah tangga adalah tentang mempertahankan kekuasaan dan kontrol dan dalam krisis ini, isolasi dan kekhawatiran terhadap kesehatan, dan keuangan dapat semakin memperburuk keinginan pelaku untuk mengerahkan kekuasaan dan kontrol, ”kata Tan Heang-Lee, petugas advokasi dan komunikasi di WAO.

"Korban kekerasan dalam rumah tangga juga menghadapi risiko yang lebih besar karena mereka terjebak di rumah sepanjang hari dengan pelaku kekerasan. Juga lebih berbahaya bagi mereka untuk mencari bantuan, karena pelaku mungkin memantau setiap gerakan mereka," sambungnya.

Di bawah penguncian, yang dimulai pada 18 Maret, banyak penduduk negara itu tidak dapat bekerja, karena hanya mereka yang berada di layanan penting yang diizinkan untuk tetap bekerja seperti biasa. Di Malaysia, di mana perusahaan kecil dan menengah, termasuk pemilik kios dan keluarga yang dikelola, membuat 90 persen dari kekuatan ekonomi telah melihat hilangnya pendapatan yang sangat besar bagi banyak individu di berbagai sektor.

Menurut Tan, kondisi ini memperburuk ketergantungan finansial yang dialami para korban kekerasan dalam rumah tangga terhadap para pelaku kekerasan. Para wanita dari kelompok berpenghasilan rendah, kata para aktivis, juga lebih terpengaruh secara drastic. Sebab, sebagian besar bergantung pada rumah atau usaha kecil yang telah terkena dampak penguncian.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1820 seconds (0.1#10.140)