Kiev: Serdadu Rusia Lecehkan Tahanan Wanita dan Anak Perempuan Ukraina

Sabtu, 07 Januari 2023 - 12:20 WIB
Pemerintah Ukraina temukan bukti bahwa para serdadu Rusia lakukan pelecehan seksual terhadap tahanan wanita dan bahkan anak perempuan Ukraina. Foto/Kedutaan Ukraina
KIEV - Pemerintah Ukraina menemukan bukti dan kesaksian adanya tindakan pelecehan seksual yang dilakukan secara sengaja dan sistematis yang dilakukan para serdadu Rusia terhadap para tahanan wanita dan bahkan anak-anak perempuan.

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, menuturkan para penyidik dari Kejaksaan Agung Ukraina mendapati kesaksian para perempuan yang ditahan dan dilecehkan secara seksual oleh para serdadu Rusia.

“Para penyidik Kejaksaan Agung Ukraina menemukan masalah kekerasan seksual ini di setiap tempat yang diduduki Rusia seperti wilayah Kiev, wilayah Chernihiv, wilayah Kharkiv, wilayah Donetsk dan juga di sini di wilayah Kherson,” tutur Dubes Vasyl yang tengah menjalani rehat tugas.





Salah satu korban pelecehan tersebut adalah Olha yang berusia 26 tahun. Kepada Anna Sosonska, seorang penyidik dari Kejaksaan Agung, dia menuturkan pada hari kedelapan atau kesembilannya di tahanan Rusia, dia diikat ke meja dalam kondisi telanjang sampai ke pinggang.

Selama 15 menit, interogator melontarkan kata-kata kotor padanya, lalu melemparkan jaket ke tubuhnya dan membiarkan tujuh serdadu pria Rusia masuk ke ruangan. Olha menyatakan hal itu membuatnya sangat trauma.

Dubes Vasyl menuturkan setelah berbulan-bulan proses penyidikan terhambat akibat kondisi perang, pemerintah Ukraina semakin cepat dalam mendokumentasikan kejahatan seksual yang dilakukan oleh para serdadu Rusia.

“Tindakan pelecehan seksual di masa perang, seringkali tetap tersembunyi karena rasa malu, stigma, dan ketakutan. Para penyidik menemukan semua jenis kasus kejahatan perang: pemerkosaan, ketelanjangan paksa, penyiksaan seksual,” tegasnya, sebagaimana disampaikan Kedutaan Ukraina dalam keterangan pers yang diterima SINDOnews.com, Sabtu (7/1/2023).

Yang mengejutkan, lanjut dia, tindakan biadab di luar nalar kemanusiaan itu dilakukan para serdadu Rusia terhadap pria, wanita dan anak-anak. Secara tegas dapat disimpulkan kejahatan perang itu dilakukan secara sistematis oleh Angkatan Darat Rusia dan di antara para komandan Rusia.

Pejabat Rusia telah berulang kali membantah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), meskipun ada banyak bukti dan laporan yang dikumpulkan oleh penyelidik Ukraina dan internasional seperti Komisi Hak Asasi Manusia PBB pada Oktober 2022.

Komisi Hak Asasi Manusia PBB dalam laporannya bahkan menemukan korban pelecehan seksual oleh serdadu Rusia menyasar pada nenek yang berusia lebih dari 80 tahun hingga gadis berusia 4 tahun. Serdadu Rusia bahkan secara keji memaksa keluarga korban menyaksikan pelecehan tersebut.

Mengutip temuan Kejaksaan Agung Ukraina, Dubes Vasyl menuturkan hingga saat ini terdapat 154 kasus kekerasan seksual yang dilakukan serdadu Rusia, yang dipercaya angka sebenarnya jauh lebih banyak karena belum dilaporkan dan diverifikasi.

Dia menuturkan, di satu desa tak jauh dari tempatnya tinggal di wilayah Kiev, psikolog pemerintah menemukan satu dari sembilan wanita mengalami kekerasan seksual. Ratusan orang menderita kekerasan seksual dan penyiksaan di tahanan Rusia.

Para penyintas pelecehan seksual tersebut sedikit yang mau berbicara di depan umum. Mereka takut akan pembalasan dari pasukan Rusia. Namun ketakutan terbesar mereka adalah stigma dan penilaian dari tetangga dan kenalan yang umumnya adalah masyarakat religius konservatif.

Selain itu, menurut Dubes Vasyl, ada juga ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pihak berwenang dalam sistem pasca-Soviet yang jarang berfokus pada kebutuhan korban dan malah sering menyalahkan mereka.

Meski demikian, perlahan berkat kesungguhan pemerintah Ukraina, beberapa tempat penampungan wanita di negara itu mulai menerima korban perang.

Organisasi bantuan seperti Women for Women International dan Andreev Foundation menyediakan klinik ginekologi keliling dan sesi konseling. Lebih dari 800 perempuan dan anak perempuan telah didampingi secara mental dan fisik sejak invasi Rusia.

Kisah kekejaman Rusia semakin kelam setelah Pemerintah Ukraina menemukan salah satu pusat penyiksaan paling berdarah di Kherson, yang dibuat oleh Rusia selama pendudukan kota. Menurut saksi mata, puluhan orang ditahan termasuk perempuan dan anak-anak.

Instrumen penyiksaan keji yang digunakan oleh Rusia adalah masker gas yang menghasilkan efek mencekik, serta pemanggang listrik yang menyebabkan luka bakar parah. Bukti kekejaman itu adalah ditemukannya 31 mayat yang dikubur di dekat ruang penyiksaan tersebut.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More