Abaikan Kecaman Barat, Iran Gantung Demonstran Anti-Jilbab Kedua
Senin, 12 Desember 2022 - 16:33 WIB
TEHERAN - Pihak berwenang Republik Islam Iran kembali menggantung demonstran anti-jilbab di depan umum pada hari Senin (12/12/2022). Ini adalah pelaksanaan eksekusi mati kedua terhadap demonstran yang hanya berselang kurang dari seminggu setelah eksekusi pertama.
Eksekusi gantung pertama terhadap demonstran pada pekan lalu telah menuai kecaman dari negara-negara Barat. Teheran mengabaikan kecaman itu, dan justru memanggil para diplomat Barat di Teheran sebagai protes atas intervensi urusan dalam negeri.
Demonstran pertama yang digantung pada 8 Desember 2022 adalah Mohsen Shekari. Dia dituduh memblokir jalan dan menyerang pasukan keamanan Iran dengan parang saat demo berlangsung.
Hari ini, Majid Reza Rahnavard mengalami nasib serupa. Dia dituduh membunuh dua anggota pasukan keamanan saat demo rusuh.
"Majid Reza Rahnavard digantung di depan umum di (kota suci Syiah) Mashahd pagi ini... dia dijatuhi hukuman mati karena 'berperang melawan Tuhan' setelah menikam sampai mati dua anggota pasukan keamanan," tulis Mizan Online, situs resmi peradilan Iran, yang dikutip Reuters.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) mengatakan Mohsen Shekari disiksa dan dipaksa untuk mengakui tuduhan yang dijatuhkan padanya.
Kelompok HAM Amnesty International mengatakan pihak berwenang Iran menuntut hukuman mati terhadap setidaknya 21 orang dalam apa yang disebutnya "pengadilan palsu yang dirancang untuk mengintimidasi mereka yang berpartisipasi dalam pemberontakan populer yang telah mengguncang Iran".
Protes nasional pecah di Iran setelah kematian wanita Kurdi-Iran, Mahsa Amini (22), pada 16 September atau tiga hari setelah ditangkap polisi moral di Teheran. Amini ditangkap atas tuduhan melanggar aturan wajib berljilbab yang diberlakukan ketat di negara itu.
Demo yang meluas di Iran tidak hanya sebagai solidaritas terhadap Mahsa Amini, tapi juga memprotes aturan keras tentang wajib berjilbab bagi perempuan di negara itu. Beberapa demonstran perempuan beraksi dengan melepas jilbab dan bahkan memotong rambut mereka.
Eksekusi gantung pertama terhadap demonstran pada pekan lalu telah menuai kecaman dari negara-negara Barat. Teheran mengabaikan kecaman itu, dan justru memanggil para diplomat Barat di Teheran sebagai protes atas intervensi urusan dalam negeri.
Demonstran pertama yang digantung pada 8 Desember 2022 adalah Mohsen Shekari. Dia dituduh memblokir jalan dan menyerang pasukan keamanan Iran dengan parang saat demo berlangsung.
Hari ini, Majid Reza Rahnavard mengalami nasib serupa. Dia dituduh membunuh dua anggota pasukan keamanan saat demo rusuh.
"Majid Reza Rahnavard digantung di depan umum di (kota suci Syiah) Mashahd pagi ini... dia dijatuhi hukuman mati karena 'berperang melawan Tuhan' setelah menikam sampai mati dua anggota pasukan keamanan," tulis Mizan Online, situs resmi peradilan Iran, yang dikutip Reuters.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) mengatakan Mohsen Shekari disiksa dan dipaksa untuk mengakui tuduhan yang dijatuhkan padanya.
Kelompok HAM Amnesty International mengatakan pihak berwenang Iran menuntut hukuman mati terhadap setidaknya 21 orang dalam apa yang disebutnya "pengadilan palsu yang dirancang untuk mengintimidasi mereka yang berpartisipasi dalam pemberontakan populer yang telah mengguncang Iran".
Protes nasional pecah di Iran setelah kematian wanita Kurdi-Iran, Mahsa Amini (22), pada 16 September atau tiga hari setelah ditangkap polisi moral di Teheran. Amini ditangkap atas tuduhan melanggar aturan wajib berljilbab yang diberlakukan ketat di negara itu.
Demo yang meluas di Iran tidak hanya sebagai solidaritas terhadap Mahsa Amini, tapi juga memprotes aturan keras tentang wajib berjilbab bagi perempuan di negara itu. Beberapa demonstran perempuan beraksi dengan melepas jilbab dan bahkan memotong rambut mereka.
(min)
tulis komentar anda