Pemenang Asal Rusia Disuruh Kremlin Tolak Nobel Perdamaian
Minggu, 11 Desember 2022 - 10:58 WIB
Meskipun menolak untuk berbicara di samping pemenang asal Rusia, Matviichuk memuji karya Rachinsky dan menggambarkan Memorial sebagai "mitra kami".
Memorial telah membantu kelompok Ukraina selama bertahun-tahun, katanya, seraya menambahkan bahwa dia sangat menghormati semua rekan aktivis hak asasi manusia Rusia yang bekerja dalam kondisi sulit.
Dia juga memperingatkan bahwa tanpa perhitungan yang tepat atas kejahatan Rusia, perdamaian tidak akan datang ke Eropa Timur.
Matviichuk menyerukan pengadilan internasional baru untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Vladimir Putin dan pejabat Rusia lainnya atas tindakan mereka di Ukraina, menggambarkan bahwa sistem saat ini tidak cukup.
"Pertanyaannya adalah, siapa yang akan memberikan keadilan bagi ratusan ribu korban kejahatan perang?" tanyanya.
Dia juga menuduh Rusia menggunakan perang sebagai alat untuk mencapai tujuan geopolitiknya dan melakukan kejahatan perang untuk memenangkan konflik.
Pemenang Nobel ketiga, pembela hak asasi manusia Belarusia Ales Bialiatski, telah dipenjara tanpa diadili di negara asalnya sejak Juli tahun lalu.
Dia adalah pendiri Pusat Hak Asasi Manusia Viasna (Musim Semi), yang didirikan pada tahun 1996 sebagai tanggapan atas penumpasan brutal terhadap protes jalanan oleh pemimpin otoriter Belarusia Alexander Lukashenko.
Bialiatski sebelumnya menghabiskan tiga tahun di penjara dan dibebaskan pada tahun 2014.
Memorial telah membantu kelompok Ukraina selama bertahun-tahun, katanya, seraya menambahkan bahwa dia sangat menghormati semua rekan aktivis hak asasi manusia Rusia yang bekerja dalam kondisi sulit.
Dia juga memperingatkan bahwa tanpa perhitungan yang tepat atas kejahatan Rusia, perdamaian tidak akan datang ke Eropa Timur.
Matviichuk menyerukan pengadilan internasional baru untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Vladimir Putin dan pejabat Rusia lainnya atas tindakan mereka di Ukraina, menggambarkan bahwa sistem saat ini tidak cukup.
"Pertanyaannya adalah, siapa yang akan memberikan keadilan bagi ratusan ribu korban kejahatan perang?" tanyanya.
Dia juga menuduh Rusia menggunakan perang sebagai alat untuk mencapai tujuan geopolitiknya dan melakukan kejahatan perang untuk memenangkan konflik.
Pemenang Nobel ketiga, pembela hak asasi manusia Belarusia Ales Bialiatski, telah dipenjara tanpa diadili di negara asalnya sejak Juli tahun lalu.
Dia adalah pendiri Pusat Hak Asasi Manusia Viasna (Musim Semi), yang didirikan pada tahun 1996 sebagai tanggapan atas penumpasan brutal terhadap protes jalanan oleh pemimpin otoriter Belarusia Alexander Lukashenko.
Bialiatski sebelumnya menghabiskan tiga tahun di penjara dan dibebaskan pada tahun 2014.
tulis komentar anda