Rusia Respons Tawaran Jaminan Keamanan Macron
Rabu, 07 Desember 2022 - 21:24 WIB
MOSKOW - Masalah jaminan keamanan dapat diangkat lagi jika Barat serius tentang hal itu. Namun sampai saat itu, Moskow akan terus merespons dengan tepat ekspansi lebih lanjut NATO .
Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov menanggapi tawaran jaminan keamanan yang diajukan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron .
Ryabkov mengatakan pembicaraan dapat dimulai ketika NATO mengonfirmasi bahwa mereka siap untuk semacam dialog yang lebih masuk akal dan seimbang dalam hal kepentingan.
“Jika dan ketika kami mendengar bahwa Barat benar-benar tertarik dengan ini, kami akan kembali ke topik,” tambah diplomat itu.
“Tetapi, seperti dalam situasi dialog tentang stabilitas strategis, yang secara sepihak diinterupsi oleh Amerika Serikat, kami tidak mengejar siapa pun dan kami tidak meminta apa pun kepada siapa pun,” tegasnya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (7/12/2022).
Sebelumnya Presiden Prancis Emmanuel Macron - setelah kunjungan ke Washington - pada hari Sabtu mengatakan bahwa NATO harus siap untuk menawarkan jaminan keamanan kepada Rusia sebagai bagian dari pembicaraan yang akan datang untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Rusia mengirimkan serangkaian proposal keamanan ke NATO dan Amerika Serikat (AS) pada Desember 2021, dengan Ryabkov memainkan peran kunci dalam pembicaraan tersebut. Moskow, antara lain, menuntut penarikan senjata ofensif NATO dari perbatasannya dan jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan blok tersebut.
Pada bulan Januari, AS dan NATO menolak proposal itu, dengan mengatakan mereka hanya akan tertarik pada pembicaraan pengendalian senjata strategis. Sejak konflik di Ukraina meningkat pada bulan Februari, blok tersebut juga bergerak untuk memperluas keanggotaanya ke Swedia dan Finlandia.
Ryabkov mengatakan kebijakan ini akan mendapatkan tanggapan yang sesuai dari Rusia.
“Apakah negara-negara yang ingin bergabung dengan NATO membutuhkan itu? Mengapa? Ini pada akhirnya adalah pertanyaan yang harus mereka jawab. Kami akan menarik kesimpulan untuk diri kami sendiri, seperti yang telah kami lakukan sejauh ini,” tuturnya.
Stabilitas strategis yang disebutkan Ryabkov adalah rujukan pada pembicaraan yang gagal antara Rusia dan AS di Kairo bulan lalu, berurusan dengan kebuntuan atas New START.
Moskow menangguhkan partisipasinya dalam mekanisme inspeksi perjanjian pada Agustus, mengatakan sanksi AS memberi Washington keuntungan yang tidak adil dengan mencegah inspektur Rusia melakukan pekerjaan mereka.
Bulan lalu juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pembicaraan lebih lanjut tentang perjanjian itu tidak mungkin dilakukan selama AS terus mempersenjatai Ukraina.
Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov menanggapi tawaran jaminan keamanan yang diajukan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron .
Ryabkov mengatakan pembicaraan dapat dimulai ketika NATO mengonfirmasi bahwa mereka siap untuk semacam dialog yang lebih masuk akal dan seimbang dalam hal kepentingan.
“Jika dan ketika kami mendengar bahwa Barat benar-benar tertarik dengan ini, kami akan kembali ke topik,” tambah diplomat itu.
“Tetapi, seperti dalam situasi dialog tentang stabilitas strategis, yang secara sepihak diinterupsi oleh Amerika Serikat, kami tidak mengejar siapa pun dan kami tidak meminta apa pun kepada siapa pun,” tegasnya seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (7/12/2022).
Sebelumnya Presiden Prancis Emmanuel Macron - setelah kunjungan ke Washington - pada hari Sabtu mengatakan bahwa NATO harus siap untuk menawarkan jaminan keamanan kepada Rusia sebagai bagian dari pembicaraan yang akan datang untuk mengakhiri konflik di Ukraina.
Rusia mengirimkan serangkaian proposal keamanan ke NATO dan Amerika Serikat (AS) pada Desember 2021, dengan Ryabkov memainkan peran kunci dalam pembicaraan tersebut. Moskow, antara lain, menuntut penarikan senjata ofensif NATO dari perbatasannya dan jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan blok tersebut.
Pada bulan Januari, AS dan NATO menolak proposal itu, dengan mengatakan mereka hanya akan tertarik pada pembicaraan pengendalian senjata strategis. Sejak konflik di Ukraina meningkat pada bulan Februari, blok tersebut juga bergerak untuk memperluas keanggotaanya ke Swedia dan Finlandia.
Ryabkov mengatakan kebijakan ini akan mendapatkan tanggapan yang sesuai dari Rusia.
“Apakah negara-negara yang ingin bergabung dengan NATO membutuhkan itu? Mengapa? Ini pada akhirnya adalah pertanyaan yang harus mereka jawab. Kami akan menarik kesimpulan untuk diri kami sendiri, seperti yang telah kami lakukan sejauh ini,” tuturnya.
Stabilitas strategis yang disebutkan Ryabkov adalah rujukan pada pembicaraan yang gagal antara Rusia dan AS di Kairo bulan lalu, berurusan dengan kebuntuan atas New START.
Moskow menangguhkan partisipasinya dalam mekanisme inspeksi perjanjian pada Agustus, mengatakan sanksi AS memberi Washington keuntungan yang tidak adil dengan mencegah inspektur Rusia melakukan pekerjaan mereka.
Bulan lalu juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pembicaraan lebih lanjut tentang perjanjian itu tidak mungkin dilakukan selama AS terus mempersenjatai Ukraina.
(ian)
tulis komentar anda