Makin Mesra, Raja Salman Undang Xi Jinping Kunjungi Arab Saudi

Selasa, 06 Desember 2022 - 18:44 WIB
Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz mengundang Presiden China Xi Jinping untuk berkunjung ke negaranya pada Rabu mendatang. Foto/WSJ
RIYADH - Presiden China Xi Jinping akan memulai kunjungan resmi ke Arab Saudi pada hari Rabu atas undangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz. Demikian laporan kantor berita resmi Arab Saudi, SPA, pada Selasa (6/12/2022).

Kunjungan Xi Jinping ke Arab Saudi akan berlangsung hingga 9 Desember di mana KTT Arab Saudi-China yang dipimpin oleh Raja Arab Saudi Salman dan presiden China, dengan partisipasi Putra Mahkota Mohammed bin Salman, akan diadakan.

"Agenda tersebut juga akan mencakup KTT Teluk-China untuk kerja sama dan pembangunan dan KTT Riyadh Arab-China untuk kerja sama dan pembangunan di mana keduanya akan mencerminkan ikatan khusus yang menghubungkan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk dan negara-negara Arab dengan China,” tulis SPA yang dikutip Al Arabiya.





Hubungan antara China dan Arab Saudi semakin mesra di tengah keretakan hubungan monarki Teluk itu dengan sekutu kentalnya Amerika Serikat (AS) karena masalah HAM dan perang di Yaman di mana Riyadh memimpin koalisi militer Arab. Hubungan itu semakin rusak di bawah pemerintahan Biden karena perang Ukraina dan kebijakan minyak OPEC+.

Sebagai tanda kekesalan dengan kritik AS terhadap catatan hak asasi manusia (HAM) Riyadh, Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan kepada majalah The Atlantic pada bulan Maret bahwa dia tidak peduli apakah Presiden AS Joe Biden salah paham tentang dia, dengan mengatakan Biden harus fokus pada kepentingan Amerika.

Dia juga menyarankan dalam sambutan yang disampaikan oleh kantor berita negara Saudi, SPA, pada bulan yang sama bahwa sementara Riyadh bertujuan untuk meningkatkan hubungannya dengan Washington, dia juga dapat memilih untuk mengurangi "kepentingan kami"—investasi Saudi—di Amerika Serikat.



Riyadh sebelumnya juga mengancam akan menghentikan beberapa perdagangan minyak dengan dolar untuk menghadapi kemungkinan undang-undang AS yang mengekspos anggota OPEC ke tuntutan hukum antimonopoli.

Arab Saudi memperdalam hubungan ekonomi dengan China. Ia adalah pemasok minyak utama China, meskipun sesama produsen OPEC+; Rusia, telah meningkatkan pangsa pasar China dengan harga bahan bakar yang lebih rendah. Beijing juga telah melobi penggunaan mata uang yuan dalam perdagangan, bukan dolar AS.

Arab Saudi dan sekutu Teluknya mengatakan mereka akan terus mendiversifikasi kemitraan untuk melayani kepentingan ekonomi dan keamanan, meskipun AS keberatan dengan hubungan mereka dengan Rusia dan China.

(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More