Jadi Korban Peradilan Sesat, Pria AS Dapat Ganti Rugi Hampir Rp277 Miliar
Minggu, 04 Desember 2022 - 08:27 WIB
NEW YORK - Seorang pria yang menjadi korban peradilan sesat mendapat ganti rugi hampir USD18 juta dari kota New York, Amerika Serikat (AS). Pria tersebut menghabiskan lebih dari 25 tahun di penjara karena kasus penikaman kereta bawah tanah yang terkenal sebelum hukumannya dibatalkan.
Johnny Hincapie (50) termasuk di antara sekelompok pria yang dituduh menikam turis Utah Brian Wattkins (22) hingga tewas pada tahun 1990 di stasiun kereta bawah tanah East 53rd Street. Tetapi Hincapie mengatakan dia telah dipaksa untuk mengaku melakukan pembunuhan tersebut.
Watkins dan orang tuanya baru saja kembali ke Manhattan dari turnamen tenis AS Terbuka ketika sekelompok perampok bersenjata mengepung mereka.
Hincapie menarik kembali pengakuannya, tetapi masih dijatuhi hukuman 25 tahun penjara hingga seumur hidup. Ia pun akhirnya menjalani hukuman 25 tahun, tiga bulan, delapan hari sebelum dia dibebaskan ketika hakim negara bagian memutuskan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menahannya di balik jeruji besi.
Hukuman Hincapie dibatalkan pada Januari 2017.
Pada April 2018, Hincapie menggugat kota tersebut, menuduh polisi yang menangkapnya menggunakan taktik inkonstitusional untuk menyatakan 'kasus ditutup' dalam waktu dua puluh empat jam.
Berdasarkan ketentuan penyelesaian, kota akan membayar Hincapie USD12,8 juta (Rp196,8 miliar) dan negara bagian akan membayar USD4,8 juta (Rp73,8 miliar).
"Penyelesaian ini menyelesaikan kasus perdata lama yang melibatkan kejahatan mengerikan," kata juru bicara departemen hukum kota.
“Berdasarkan temuan DA dan kajian kami, kesepakatan ini adil dan demi kepentingan terbaik semua pihak,” imbuhnya seperti dikutip dari New York Post, Minggu (4/12/2022).
Hincapie mengatakan dia bersemangat untuk melanjutkan hidupnya meskipun Watkins tetap ada di pikirannya.
“Saya tidak pernah melupakan kehilangan yang diderita keluarganya,” katanya.
“Saya beruntung bahwa kepolosan saya akhirnya diakui oleh kota dan negara bagian saya dan saya menantikan babak selanjutnya dalam hidup saya bersama keluarga saya,” sambungnya.
Menurut pengacaranya, Gabriel Harvis, Hincapie sekarang tinggal di Florida bersama keluarga dan dua anaknya.
“Dia benar-benar korban terakhir dalam kasus ini karena butuh waktu lama baginya untuk akhirnya mengakui ketidakbersalahannya,” kata Harvis.
Johnny Hincapie (50) termasuk di antara sekelompok pria yang dituduh menikam turis Utah Brian Wattkins (22) hingga tewas pada tahun 1990 di stasiun kereta bawah tanah East 53rd Street. Tetapi Hincapie mengatakan dia telah dipaksa untuk mengaku melakukan pembunuhan tersebut.
Watkins dan orang tuanya baru saja kembali ke Manhattan dari turnamen tenis AS Terbuka ketika sekelompok perampok bersenjata mengepung mereka.
Hincapie menarik kembali pengakuannya, tetapi masih dijatuhi hukuman 25 tahun penjara hingga seumur hidup. Ia pun akhirnya menjalani hukuman 25 tahun, tiga bulan, delapan hari sebelum dia dibebaskan ketika hakim negara bagian memutuskan bahwa tidak ada cukup bukti untuk menahannya di balik jeruji besi.
Hukuman Hincapie dibatalkan pada Januari 2017.
Pada April 2018, Hincapie menggugat kota tersebut, menuduh polisi yang menangkapnya menggunakan taktik inkonstitusional untuk menyatakan 'kasus ditutup' dalam waktu dua puluh empat jam.
Berdasarkan ketentuan penyelesaian, kota akan membayar Hincapie USD12,8 juta (Rp196,8 miliar) dan negara bagian akan membayar USD4,8 juta (Rp73,8 miliar).
"Penyelesaian ini menyelesaikan kasus perdata lama yang melibatkan kejahatan mengerikan," kata juru bicara departemen hukum kota.
“Berdasarkan temuan DA dan kajian kami, kesepakatan ini adil dan demi kepentingan terbaik semua pihak,” imbuhnya seperti dikutip dari New York Post, Minggu (4/12/2022).
Hincapie mengatakan dia bersemangat untuk melanjutkan hidupnya meskipun Watkins tetap ada di pikirannya.
“Saya tidak pernah melupakan kehilangan yang diderita keluarganya,” katanya.
“Saya beruntung bahwa kepolosan saya akhirnya diakui oleh kota dan negara bagian saya dan saya menantikan babak selanjutnya dalam hidup saya bersama keluarga saya,” sambungnya.
Menurut pengacaranya, Gabriel Harvis, Hincapie sekarang tinggal di Florida bersama keluarga dan dua anaknya.
“Dia benar-benar korban terakhir dalam kasus ini karena butuh waktu lama baginya untuk akhirnya mengakui ketidakbersalahannya,” kata Harvis.
(ian)
tulis komentar anda