Kremlin Sebut Ukraina Tak Ingin Berdamai, Ini Buktinya
Minggu, 27 November 2022 - 14:09 WIB
MOSKOW - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut Ukraina tidak memiliki keinginan untuk perdamaian. Ia lantas merujuk pada pernyataan Presiden Volodymyr Zelensky terkait Crimea sebagai bukti.
Peskov mengatakan komentar Zelensky tentang mengembalikan wilayah Crimea menunjukkan Kiev tidak memiliki keinginan untuk mencari penyelesaian damai atas konflik yang sedang berlangsung.
Berbicara kepada wartawan, Peskov mengklaim bahwa media Barat telah menutupi kata-kata Zelensky.
"Jika seseorang siap menawarkan kepada kami cara terkait de-okupasi Crimea dengan cara non-militer, saya hanya akan mendukung," kata Zelensky kepada Financial Times pada Kamis lalu.
Ia menambahkan, bagaimanapun, bahwa jika ada kesepakatan perdamaian potensial dengan Rusia tidak melibatkan "de-okupasi" Semenanjung Crimea, itu bahkan tidak layak untuk dibicarakan.
Peskov menggambarkan pernyataan Zelensky sebagai tidak lebih dari diskusi tentang perampasan wilayah Federasi Rusia.
“Tidak ada cara lain untuk menafsirkannya, ini di luar pertanyaan,” katanya seperti dilansir dari Russia Today, Minggu (27/11/2022).
Menurut juru bicara Kremlin itu, pernyataan Kiev seperti itu sekali lagi menunjukkan bahwa pihak Ukraina tidak siap, tidak mau dan tidak dapat untuk menyelesaikan masalah dengan cara non-militer.
Peskov kemudian menegur bagaimana beberapa media meliput pernyataan Zelensky. Tanpa menjelaskan secara spesifik, dia mengatakan bahwa sejumlah outlet menyampaikan inti dari pernyataan tersebut dengan sangat salah. Peskov menggambarkannya hampir seolah-olah Presiden Zelensky siap untuk menangani masalah ini tidak menggunakan cara militer, tetapi melalui negosiasi perdamaian.
“Ini adalah interpretasi yang benar-benar salah,” tegas juru bicara Kremlin itu, mencatat bahwa konstitusi Ukraina menetapkan bahwa Semenanjung Crimea harus dikembalikan ke Ukraina dengan paksa.
"Dan de facto Ukraina belum menyerah dalam hal ini,” ujarnya.
Crimea memilih untuk bergabung dengan Rusia pada tahun 2014 setelah kerusuhan dengan kekerasan pecah di Kiev yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovich yang terpilih secara demokratis. Musim gugur ini, dua republik Donbass, serta Wilayah Kherson dan Zaporozhye atau Zaporozhia, juga memilih untuk menjadi bagian dari Rusia.
Pada akhir September, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow akan mempertahankan wilayah barunya "dengan kekuatan penuh dan segala cara yang kami miliki."
Komentar Peskov muncul setelah pekan lalu Vladimir Gavrilov, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, mengklaim bahwa Kiev dapat merebut Crimea paling cepat akhir tahun ini, meskipun ia mengaitkan kemungkinan tersebut dengan terjadinya 'angsa hitam', yang berarti peristiwa yang tidak mungkin dan tidak terduga.
Lihat Juga: Tak Berdaya Melawan Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia, Ukraina dan NATO Akan Rapat Darurat
Peskov mengatakan komentar Zelensky tentang mengembalikan wilayah Crimea menunjukkan Kiev tidak memiliki keinginan untuk mencari penyelesaian damai atas konflik yang sedang berlangsung.
Berbicara kepada wartawan, Peskov mengklaim bahwa media Barat telah menutupi kata-kata Zelensky.
"Jika seseorang siap menawarkan kepada kami cara terkait de-okupasi Crimea dengan cara non-militer, saya hanya akan mendukung," kata Zelensky kepada Financial Times pada Kamis lalu.
Ia menambahkan, bagaimanapun, bahwa jika ada kesepakatan perdamaian potensial dengan Rusia tidak melibatkan "de-okupasi" Semenanjung Crimea, itu bahkan tidak layak untuk dibicarakan.
Peskov menggambarkan pernyataan Zelensky sebagai tidak lebih dari diskusi tentang perampasan wilayah Federasi Rusia.
“Tidak ada cara lain untuk menafsirkannya, ini di luar pertanyaan,” katanya seperti dilansir dari Russia Today, Minggu (27/11/2022).
Menurut juru bicara Kremlin itu, pernyataan Kiev seperti itu sekali lagi menunjukkan bahwa pihak Ukraina tidak siap, tidak mau dan tidak dapat untuk menyelesaikan masalah dengan cara non-militer.
Peskov kemudian menegur bagaimana beberapa media meliput pernyataan Zelensky. Tanpa menjelaskan secara spesifik, dia mengatakan bahwa sejumlah outlet menyampaikan inti dari pernyataan tersebut dengan sangat salah. Peskov menggambarkannya hampir seolah-olah Presiden Zelensky siap untuk menangani masalah ini tidak menggunakan cara militer, tetapi melalui negosiasi perdamaian.
“Ini adalah interpretasi yang benar-benar salah,” tegas juru bicara Kremlin itu, mencatat bahwa konstitusi Ukraina menetapkan bahwa Semenanjung Crimea harus dikembalikan ke Ukraina dengan paksa.
"Dan de facto Ukraina belum menyerah dalam hal ini,” ujarnya.
Crimea memilih untuk bergabung dengan Rusia pada tahun 2014 setelah kerusuhan dengan kekerasan pecah di Kiev yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovich yang terpilih secara demokratis. Musim gugur ini, dua republik Donbass, serta Wilayah Kherson dan Zaporozhye atau Zaporozhia, juga memilih untuk menjadi bagian dari Rusia.
Pada akhir September, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow akan mempertahankan wilayah barunya "dengan kekuatan penuh dan segala cara yang kami miliki."
Komentar Peskov muncul setelah pekan lalu Vladimir Gavrilov, Wakil Menteri Pertahanan Ukraina, mengklaim bahwa Kiev dapat merebut Crimea paling cepat akhir tahun ini, meskipun ia mengaitkan kemungkinan tersebut dengan terjadinya 'angsa hitam', yang berarti peristiwa yang tidak mungkin dan tidak terduga.
Lihat Juga: Tak Berdaya Melawan Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia, Ukraina dan NATO Akan Rapat Darurat
(ian)
tulis komentar anda