Ben-Gvir Sang Politisi Ekstremis Anti-Arab Menjadi Menteri Keamanan Nasional Israel
Sabtu, 26 November 2022 - 00:01 WIB
Selain itu, dia akan mengambil beberapa portofolio dan peran yang baru dibentuk, termasuk yang terkait dengan pengembangan gurun Negev, yang lain sebagai wakil menteri di Kementerian Ekonomi, dan ketua Komite Keamanan Publik Parlemen (Knesset) Israel.
Perjanjian itu juga mencakup kesepakatan untuk membentuk garda nasional dan memperluas mobilisasi pasukan cadangan di Polisi Perbatasan.
Juga akan ada pelonggaran undang-undang di sekitar perbatasan selatan untuk mengizinkan tembakan terhadap "pencuri yang tertangkap basah mencuri senjata dari pangkalan militer".
Belum jelas apa efek dari perubahan undang-undang itu, mengingat tentara sudah diberi lebih banyak kelonggaran untuk melepaskan tembakan tahun lalu.
Ben-Gvir memiliki rekor dalam aksi ekstremisnya, termasuk mendapat hukuman pada tahun 2007 atas hasutan rasis terhadap orang Arab dan dukungan untuk terorisme, serta aktivisme anti-LGBTQ.
Dia mengaku tidak lagi menganjurkan pengusiran semua warga Palestina—hanya mereka yang dia anggap sebagai “pengkhianat” atau “teroris”.
Sebagai seorang pemukim ilegal yang tinggal di Tepi Barat, yang diduduki Israel sejak 1967, Ben-Gvir menentang kenegaraan Palestina.
Dia juga mendukung ibadah umat Yahudi di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal orang Yahudi sebagai Temple Mount. Itu bertentangan dengan status quo situs tersebut, dan penentangan tradisional Yahudi Ortodoks untuk beribadah di sana.
Meningkatnya kehadiran orang-orang Yahudi sayap kanan yang mencoba untuk beribadah di tempat tersebut, yang dilindungi oleh pasukan Israel, telah membuat warga Palestina marah dan menyebabkan konfrontasi dengan kekerasan.
Dimasukkannya tokoh-tokoh sayap kanan dalam pemerintahan koalisi Netanyahu telah mengkhawatirkan sekutu Barat Israel. Setidakny itu diakui Presiden Israel Isaac Herzog, yang kata-katanya ditangkap oleh mikrofon yang menurutnya tidak aktif.
Perjanjian itu juga mencakup kesepakatan untuk membentuk garda nasional dan memperluas mobilisasi pasukan cadangan di Polisi Perbatasan.
Juga akan ada pelonggaran undang-undang di sekitar perbatasan selatan untuk mengizinkan tembakan terhadap "pencuri yang tertangkap basah mencuri senjata dari pangkalan militer".
Belum jelas apa efek dari perubahan undang-undang itu, mengingat tentara sudah diberi lebih banyak kelonggaran untuk melepaskan tembakan tahun lalu.
Ben-Gvir memiliki rekor dalam aksi ekstremisnya, termasuk mendapat hukuman pada tahun 2007 atas hasutan rasis terhadap orang Arab dan dukungan untuk terorisme, serta aktivisme anti-LGBTQ.
Dia mengaku tidak lagi menganjurkan pengusiran semua warga Palestina—hanya mereka yang dia anggap sebagai “pengkhianat” atau “teroris”.
Sebagai seorang pemukim ilegal yang tinggal di Tepi Barat, yang diduduki Israel sejak 1967, Ben-Gvir menentang kenegaraan Palestina.
Dia juga mendukung ibadah umat Yahudi di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal orang Yahudi sebagai Temple Mount. Itu bertentangan dengan status quo situs tersebut, dan penentangan tradisional Yahudi Ortodoks untuk beribadah di sana.
Meningkatnya kehadiran orang-orang Yahudi sayap kanan yang mencoba untuk beribadah di tempat tersebut, yang dilindungi oleh pasukan Israel, telah membuat warga Palestina marah dan menyebabkan konfrontasi dengan kekerasan.
Dimasukkannya tokoh-tokoh sayap kanan dalam pemerintahan koalisi Netanyahu telah mengkhawatirkan sekutu Barat Israel. Setidakny itu diakui Presiden Israel Isaac Herzog, yang kata-katanya ditangkap oleh mikrofon yang menurutnya tidak aktif.
tulis komentar anda