Inggris: Senjata yang Dikirim ke Ukraina Bisa Berakhir di Tangan Teroris
Senin, 21 November 2022 - 13:42 WIB
LONDON - Senjata Barat yang dikirim ke Ukraina dapat diperdagangkan keluar dan berakhir di tangan penjahat dan teroris. Kekhawatiran ini disampaikan Direktur National Crime Agency (NCA) Inggris Graeme Biggar.
Sebelumnya, Rusia memperkirakan bahwa senjata senilai hingga USD1 miliar telah disalurkan keluar dari Ukraina setiap bulan.
“Seperti halnya konflik apa pun, ketika senjata masuk, ada risiko pukulan balik,” kata Biggar kepada Sunday Times, yang dilansir Senin (21/11/2022).
“Di akhir konflik, ada kelebihan senjata yang jatuh ke tangan penjahat atau teroris," imbuh dia.
Biggar, yang mengambil alih kepemimpinan NCA pada bulan Agustus, mengatakan bahwa polisi di Inggris dan Eropa mengawasi pistol, senapan mesin, dan granat yang muncul di jalanan.
Meskipun menerima jaminan dari kepala polisi nasional Ukraina bahwa senjata Barat diperhitungkan, dia mengatakan bahwa Europol dan lembaga penegak hukum Eropa lainnya sedang mencari apa yang dikhawatirkan tersebut.
Biggar mengatakan bahwa NCA belum melihat adanya bukti penjahat memperoleh senjata dari Ukraina. Namun, Interpol dan Europol sama-sama memperingatkan bahwa senjata pasti akan meninggalkan negara itu dan berakhir di pasar gelap.
Negara-negara Barat pendukung Ukraina telah mengakui bahwa mereka tidak dapat melacak sebagian besar pengiriman senjata begitu mereka memasuki negara itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan bulan lalu bahwa senjata senilai hingga USD1 miliar disalurkan dari Ukraina ke penjahat dan kelompok teror di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara setiap bulan.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali memperingatkan bahwa dengan mengirimkan senjata senilai puluhan miliar dolar ke Ukraina, Barat menjadikan dirinya sebagai peserta de-facto dalam konflik tersebut.
Bulan lalu, Putin mengklaim bahwa kelompok kriminal lintas batas telah memperoleh senjata ampuh, termasuk sistem pertahanan udara portabel dan senjata presisi dari Ukraina.
Sebelumnya, Rusia memperkirakan bahwa senjata senilai hingga USD1 miliar telah disalurkan keluar dari Ukraina setiap bulan.
“Seperti halnya konflik apa pun, ketika senjata masuk, ada risiko pukulan balik,” kata Biggar kepada Sunday Times, yang dilansir Senin (21/11/2022).
“Di akhir konflik, ada kelebihan senjata yang jatuh ke tangan penjahat atau teroris," imbuh dia.
Biggar, yang mengambil alih kepemimpinan NCA pada bulan Agustus, mengatakan bahwa polisi di Inggris dan Eropa mengawasi pistol, senapan mesin, dan granat yang muncul di jalanan.
Meskipun menerima jaminan dari kepala polisi nasional Ukraina bahwa senjata Barat diperhitungkan, dia mengatakan bahwa Europol dan lembaga penegak hukum Eropa lainnya sedang mencari apa yang dikhawatirkan tersebut.
Biggar mengatakan bahwa NCA belum melihat adanya bukti penjahat memperoleh senjata dari Ukraina. Namun, Interpol dan Europol sama-sama memperingatkan bahwa senjata pasti akan meninggalkan negara itu dan berakhir di pasar gelap.
Negara-negara Barat pendukung Ukraina telah mengakui bahwa mereka tidak dapat melacak sebagian besar pengiriman senjata begitu mereka memasuki negara itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan bulan lalu bahwa senjata senilai hingga USD1 miliar disalurkan dari Ukraina ke penjahat dan kelompok teror di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara setiap bulan.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali memperingatkan bahwa dengan mengirimkan senjata senilai puluhan miliar dolar ke Ukraina, Barat menjadikan dirinya sebagai peserta de-facto dalam konflik tersebut.
Bulan lalu, Putin mengklaim bahwa kelompok kriminal lintas batas telah memperoleh senjata ampuh, termasuk sistem pertahanan udara portabel dan senjata presisi dari Ukraina.
(min)
tulis komentar anda