Kim Jong-un kepada AS: Nuklir Dilawan Nuklir, Konfrontasi Habis-habisan

Minggu, 20 November 2022 - 00:24 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bersama putrinya menginspeksi peluncuran rudal balistik antarbenua. Kim siap melawan senjata nuklir AS. Foto/KCNA via REUTERS
PYONGYANG - Kim Jong-un , pemimpin Korea Utara (Korut) telah berjanji akan menggunakan senjata nuklir untuk melawan ancaman dari Amerika Serikat (AS).

Menurutnya, agresi dengan senjata nuklir akan dilawan juga dengan senjata nuklir. Dia juga juga tak gentar untuk konfrontasi habis-habisan dengan Washington.

Peringatan keras ini muncul beberapa jam setelah Korut menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM), sebuah eskalasi terbaru saat Dewan Keamanan PBB bersiap untuk mengadakan sesi darurat mengenai manuver Pyongyang.



Dewan Keamanan PBB, atas permintaan Jepang, Korea Selatan, dan AS akan mengadakan sesi darurat pada hari Senin (21/11/2022) untuk membahas peluncuran rudal terbaru Korea Utara.



Korea Utara melakukan uji coba terhadap apa yang diklaimnya sebagai ICBM Hwasong-17, yang dapat melesat sejauh 15.000 km (9.320 mil), pada hari Jumat tak lama setelah melontarkan peringatan "respons militer yang lebih keras" terhadap Washington dan sekutunya.

Peringatan terbaru Kim Jong-un kepada AS dilaporkan kantor berita pemerintah Korut, KCNA, pada Sabtu (19/11/2022).

“Kim Jong-un dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa jika musuh terus memberikan ancaman, partai dan pemerintah kami akan dengan tegas bereaksi terhadap nuklir dengan senjata nuklir dan konfrontasi total dengan konfrontasi habis-habisan,” tulis KCNA.

Laporan KCNA mengatakan Hwasong-17 diluncurkan pada hari Jumat bertujuan untuk mencapai "pencegahan nuklir paling kuat dan absolut" dan menggambarkan rudal itu sebagai "senjata strategis terkuat di dunia".

Korea Utara telah lama membela peluncuran rudal balistiknya sebagai pertahanan yang sah terhadap apa yang disebutnya sebagai ancaman puluhan tahun dari pasukan militer AS dan sekutunya; Korea Selatan.

Kim Jong-un didampingi putrinya, dalam penampilan publik pertamanya, saat dia menginspeksi lokasi peluncuran rudal pada hari Jumat.

Diikuti oleh pejabat dan personel militer, Kim Jong-un dan putrinya berjalan bergandengan tangan melewati lokasi peluncuran ICBM di mana mereka berhenti sejenak untuk mengamati perangkat keras militer dan beberapa ICBM.

Mengomentari peluncuran ICBM oleh Pyongyang pada hari Jumat, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan negaranya telah mengajukan protes keras terhadap Korea Utara, yang telah mengulangi provokasinya dengan frekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Kami telah mengatakan kepada (Pyongyang) bahwa kami benar-benar tidak dapat mentoleransi tindakan seperti itu,” kata Kishida pada pertemuan puncak (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Thailand.

Menurut laporan KCNA, ICBM yang diuji coba terbang hampir 1.000 km (621 mil) selama kira-kira 69 menit, mencapai ketinggian puncak 6.041 km (3.754 mil).

Kim Jong-un, lanjut KCNA, memuji uji coba ICBM yang sukses tersebut, menyatakannya sebagai konfirmasi kapasitas maksimum Korea Utara untuk menahan ancaman nuklir apa pun.

Menurutnya, itu juga sebagai peringatan kepada pemerintahan dan sekutu Presiden AS Joe Biden bahwa setiap provokasi militer akan memicu "penghancuran diri" mereka.

"Partai dan pemerintah kita harus dengan jelas menunjukkan keinginan terkuat mereka untuk membalas latihan perang agresi musuh yang histeris," kata Kim Jong-un, seperti dikutip KCNA.

Peluncuran ICBM hari Jumat dan peringatan keras Kim Jong-un datang hanya beberapa hari setelah Biden menekan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan tatap muka pertama mereka di sela-sela KTT G20 di Bali untuk memberi tahu Kim Jong-un bahwa Washington tidak akan membela uji coba sejata nuklir Pyongyang.

Biden menjanjikan respons "defensif" untuk mengirim pesan yang jelas ke Korea Utara jika Xi Jinping tidak dapat mengendalikan Pyongyang. Biden belum secara langsung menangani uji coba ICBM Korut.

“Kami mengetahui peluncuran rudal balistik DPRK dan berkonsultasi erat dengan Republik Korea (ROK) dan Jepang, serta sekutu dan mitra regional lainnya,” kata Departemen Pertahanan AS dalam pernyataan yang dikirim ke Al Jazeera. DPRK adalah singkatan untuk nama resmi Korut; Republik Demokratik Rakyat Korea.

“Amerika Serikat mengutuk tindakan ini dan meminta DPRK untuk menahan diri dari tindakan melanggar hukum dan destabilisasi lebih lanjut. Meskipun kami telah menilai bahwa peristiwa ini tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel AS, atau wilayah, atau sekutu kami, kami akan terus memantau situasinya. Komitmen AS untuk membela ROK dan Jepang tetap kuat.”
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More