Mantan Jenderal AS Prediksi Kegagalan Menginvasi Ukraina Bakal Picu Runtuhnya Rusia

Sabtu, 12 November 2022 - 09:33 WIB
Ben Hodges, pensiunan jenderal Amerika Serikat, prediksi kegagalan Moskow menginvasi Rusia akan memicu runtuhnya Rusia. Foto/via CNBC
WASHINGTON - Pensiunan Letnan Jenderal Ben Hodges, mantan komandan Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) di Eropa, percaya kegagalan Moskow dalam menginvasi Ukraina akan menjadi awal dari runtuhnya Federasi Rusia .

"Ada gaya sentrifugal yang bekerja yang akan memisahkannya," katanya kepada podcast ABC News Daily,yang dilansir Sabtu (12/11/2022).

"Saya yakin kita perlu bersiap untuk kemungkinan pecahnya Federasi Rusia."

Hodges, yang pernah bertugas di Irak dan Afghanistan, mengatakan Rusia telah gagal dalam tujuan utamanya: untuk menyerap Ukraina kembali ke bekas kekaisaran Rusia.

Sebaliknya, dia percaya invasi Presiden Rusia Vladimir Putin selama sembilan bulan telah mengungkapkan tiga faktor utama yang dapat berkontribusi pada keruntuhan total Rusia seperti yang ada saat ini.





Yang pertama, katanya, adalah karena banyak kesalahan perhitungan militer Rusia telah mengekspos tentaranya sebagai "rentan, lemah, dan korup".

"Beberapa dari 120 kelompok etnis berbeda dan republik kecil yang membentuk Federasi Rusia melihat bahwa ini adalah kesempatan mereka. Mereka tahu bahwa merekalah yang membayar harganya," kata Hodges.

Banyak dari kelompok etnis yang lebih kecil ini sangat terpengaruh oleh upaya Rusia baru-baru ini untuk mewajibkan 300.000 tentara cadangan hasil mobilisasi parsial untuk berperang di Ukraina.

"Saya pikir beberapa dari mereka, seperti Dagestan, misalnya, bahkan mungkin Chechnya, melihat ini sebagai kesempatan mereka untuk keluar dari kendali imperialis Rusia," katanya.

Hodges mengatakan penguasa republik Chechnya Rusia, Ramzan Kadyrov, khususnya, dapat mempersiapkan dorongan kemerdekaan, meskipun faktanya dia memberikan dukungan kepada Rusia di Ukraina.

"Dia adalah pembela yang lantang untuk melakukan lebih banyak kerusakan di Ukraina. Tetapi jika Anda melihat lebih dekat, sebagian besar tentara [Chechnya] sebenarnya tidak terlibat dalam sebagian besar pertempuran intensif," katanya.

"Jika teori saya benar, dia melindungi kemampuannya sendiri untuk dapat melepaskan diri atau mengambil alih dirinya sendiri di dalam Kremlin."

Matthew Sussex, seorang senior fellow dari Pusat Kajian Strategis dan Pertahanan di Universitas Nasional Australia, menyebut disintegrasi Rusia sebagai "peristiwa angsa hitam", tetapi para ahli sering lupa betapa rapuhnya negara multi-etnis itu.

Baginya, Vladimir Putin telah menjadi kunci untuk menyatukannya.

"Perang benar-benar merupakan tantangan serius bagi otoritas Putin, tantangan yang jauh lebih serius daripada yang pernah dia alami sebelumnya," kata Sussex.

"Putin, untuk semua kesalahannya, telah berhasil menjaga Rusia tetap bersatu. Tidak ada jaminan bahwa siapa pun yang menggantikannya akan dapat memenuhi peran yang sama."

Ekonomi Rusia Melemah

Faktor kedua yang menurut Hodges dapat menyebabkan keruntuhan Federasi Rusia adalah melemahnya ekonomi negara itu, terutama ketidakmampuannya untuk menjual energi dan senjata—dua dari ekspor Rusia yang paling penting.

“Tidak ada yang akan tertarik membeli senjata Rusia setelah melihat kinerja sebagian besar peralatan Rusia,” katanya.

"Dan saya pikir Kremlin memainkan kartu gas terlalu dini, sehingga Jerman pun punya waktu untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan."

Sebuah laporan Oktober dari Badan Energi Internasional menyebutkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina dapat melihat gas yang diperdagangkan secara internasional turun menjadi 15 persen pada tahun 2030, dibandingkan dengan 30 persen tahun lalu.

Laporan badan tersebut mengatakan hilangnya Eropa sebagai pasar terbesarnya dan sanksi ekonomi yang lebih keras akan merugikan Rusia USD1 triliun dalam pendapatan ekspor hidrokarbon pada tahun 2030.

Bagaimana pun, Sussex mengatakan Rusia mungkin telah melindungi dirinya dari beberapa kerusakan yang ditimbulkan oleh sanksi Barat. "Sebagian melalui dana kekayaan negara dan sebagian melalui harga energi yang tinggi," katanya.

Tanda Akhir dari Putin?

Menurut Sussex, terlepas dari upacara aneh Vladimir Putin yang meresmikan aneksasi Rusia atas empat wilayah Ukraina, keretakan mulai terlihat dalam posisinya yang dulu tak tertembus.

“Ditemukan mitra baru dan pasar baru di India, misalnya, dan Indonesia,” katanya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More