Dihujani 50 Rudal Rusia, Jaringan Listrik dan Air Ukraina Putus
Selasa, 01 November 2022 - 09:15 WIB
KIEV - Ukraina mengalami pemadaman listrik dan pasokan air terputus ke sebagian besar wilayah Kiev pada Senin setelah gelombang serangan rudal Rusia pada infrastruktur utama.
Militer Ukraina mengatakan lebih dari 50 rudal jelajah Moskow diluncurkan ke sasaran di seluruh negeri, beberapa hari setelah Mosko menyalahkan Kiev atas serangan pesawat tak berawak terhadap armada Angkatan Laut-nya di Crimea.
Militer Kiev mengeklaim telah menembak jatuh banyak rudal Moskow dengan sistem pertahanan udara, tetapi Perdana Menteri Denys Shmygal mengatakan gelombang serangan misil itu telah menyebabkan pemadaman listrik di ratusan titik di tujuh wilayah Ukraina.
Beberapa ledakan juga terdengar di Ibu Kota Ukraina, Kiev.
"Setelah serangan, 80 persen konsumen tidak memiliki air di ibu kota," kata Wali Kota Kiev Vitali Klitschko di Telegram.
Dia menambakan sekitar 350.000 rumah dibiarkan tanpa listrik.
Menurut wali kota, angka itu telah berangsur turun menjadi 40 persen dan 270.000 rumah.
Di sebelah barat Kiev, seorang jurnalis AFP melihat lebih dari 100 orang dengan botol dan wadah plastik kosong menunggu untuk mengambil air dari air mancur taman.
"Teroris Rusia kembali melancarkan serangan besar-besaran terhadap instalasi listrik," kata wakil kepala kepresidenan Ukraina, Kyrylo Tymoshenko, yang dilansir AFP, Selasa (1/11/2022).
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan di Twitter: "Alih-alih bertempur di medan perang, Rusia melawan warga sipil."
Kuleba, dalam sebuah pernyataan terpisah, mengatakan infrastruktur energi Ukraina yang rusak akan diperbaiki dengan peralatan dari 12 negara.
"Bantuan gelombang pertama sudah di Ukraina, sisanya diharapkan dalam waktu dekat," katanya.
Militer Rusia mengonfirmasi telah melakukan serangan rudal jelajah dan mengatakan mereka semua telah mencapai target yang diinginkan.
Tiga rudal menghantam sebuah situs di utara Kiev, kata seorang tentara yang dekat dengan sasaran kepada AFP.
Di kota terdekat, Mila Ryabova (39), mengatakan kepada AFP bahwa dia terbangun oleh antara delapan hingga 10 ledakan kuat.
"Kami bersama keluarga mempersiapkan putri saya untuk sekolah, tetapi sekarang tidak ada listrik di rumah dan di sekolah kami," kata Ryabova, yang merupakan seorang penerjemah.
"Tapi kami khawatir dan berbicara tentang peluang untuk pindah ke luar negeri, karena ada musim dingin di depan. Kami mungkin tidak memiliki listrik, pasokan panas."
Serangan sebelumnya bulan ini telah menghancurkan sekitar sepertiga dari pembangkit listrik Ukraina.
Di Moldova, pemerintah mengatakan sebuah rudal Rusia yang ditembak oleh sistem pertahanan udara Ukraina jatuh di sebuah desa di utara negara itu, tetapi tanpa menyebabkan cedera.
Kementerian Dalam Negeri setempat mengatakan rudal itu jatuh di desa Naslavcea dekat perbatasan Ukraina.
Serangan massal hari Senin terjadi setelah Rusia menarik diri dari perjanjian penting yang memungkinkan pengiriman biji-bijian penting melalui koridor keamanan maritim.
Kesepakatan Juli untuk membuka ekspor biji-bijian yang ditandatangani antara Rusia dan Ukraina—dan ditengahi oleh Turki dan PBB—sangat penting untuk meredakan krisis pangan global yang disebabkan oleh konflik.
Tetapi Rusia mengumumkan pada hari Sabtu bahwa mereka akan menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan itu setelah menuduh Kiev melakukan serangan pesawat tak berawak "besar-besaran" terhadap armada Laut Hitam-nya, yang oleh Ukraina disebut sebagai "dalih palsu".
Sevastopol di Crimea yang dicaplok Moskow telah menjadi sasaran beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir dan berfungsi sebagai markas armada dan pusat logistik untuk operasi Rusia di Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov memperingatkan bahwa melanjutkan ekspor biji-bijian tanpa partisipasi Rusia "hampir tidak layak".
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Senin bahwa mereka menginginkan "komitmen tambahan" dari Ukraina untuk tidak menggunakan koridor ekspor gandum untuk tujuan militer.
Sementara itu, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina akan menjunjung tinggi komitmennya terhadap kesepakatan ekspor biji-bijian. Itu disampaikan setelah dia melakukan pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. "Kami siap untuk tetap menjadi penjamin keamanan pangan (global)," katanya.
Sebaliknya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengulangi tuduhan bahwa Ukraina menggunakan koridor gandum untuk serangan terhadap armada Laut Hitam Moskow.
Dia juga mengatakan bahwa Kiev telah membahayakan kapal-kapal sipil, dan menyerukannya untuk menjamin bahwa tidak akan ada ancaman terhadap keselamatan kapal-kapal sipil.
Meskipun keputusan Rusia untuk menangguhkan partisipasinya, setidaknya 10 kapal kargo sarat dengan biji-bijian dan produk pertanian lainnya meninggalkan pelabuhan Ukraina pada hari Senin. Itu terpantau dari situs lalu lintas laut.
"Kapal kargo sipil tidak bisa menjadi sasaran militer atau disandera. Makanan harus mengalir," kata Amir Abdulla, Koordinator PBB untuk Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam, di Twitter.
Di tempat lain, di Wina, pengawas nuklir PBB; Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menegaskan telah memulai inspeksi di Ukraina sebagai bagian dari verifikasi independen atas tuduhan Rusia bahwa Kiev memproduksi apa yang disebut "bom kotor".
Kiev telah membantah tuduhan itu, dan mengatakan bahwa Moskow sendiri yang mungkin menggunakan "bom kotor" dalam serangan "bendera palsu".
Militer Ukraina mengatakan lebih dari 50 rudal jelajah Moskow diluncurkan ke sasaran di seluruh negeri, beberapa hari setelah Mosko menyalahkan Kiev atas serangan pesawat tak berawak terhadap armada Angkatan Laut-nya di Crimea.
Militer Kiev mengeklaim telah menembak jatuh banyak rudal Moskow dengan sistem pertahanan udara, tetapi Perdana Menteri Denys Shmygal mengatakan gelombang serangan misil itu telah menyebabkan pemadaman listrik di ratusan titik di tujuh wilayah Ukraina.
Baca Juga
Beberapa ledakan juga terdengar di Ibu Kota Ukraina, Kiev.
"Setelah serangan, 80 persen konsumen tidak memiliki air di ibu kota," kata Wali Kota Kiev Vitali Klitschko di Telegram.
Dia menambakan sekitar 350.000 rumah dibiarkan tanpa listrik.
Menurut wali kota, angka itu telah berangsur turun menjadi 40 persen dan 270.000 rumah.
Di sebelah barat Kiev, seorang jurnalis AFP melihat lebih dari 100 orang dengan botol dan wadah plastik kosong menunggu untuk mengambil air dari air mancur taman.
"Teroris Rusia kembali melancarkan serangan besar-besaran terhadap instalasi listrik," kata wakil kepala kepresidenan Ukraina, Kyrylo Tymoshenko, yang dilansir AFP, Selasa (1/11/2022).
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan di Twitter: "Alih-alih bertempur di medan perang, Rusia melawan warga sipil."
Kuleba, dalam sebuah pernyataan terpisah, mengatakan infrastruktur energi Ukraina yang rusak akan diperbaiki dengan peralatan dari 12 negara.
"Bantuan gelombang pertama sudah di Ukraina, sisanya diharapkan dalam waktu dekat," katanya.
Militer Rusia mengonfirmasi telah melakukan serangan rudal jelajah dan mengatakan mereka semua telah mencapai target yang diinginkan.
Tiga rudal menghantam sebuah situs di utara Kiev, kata seorang tentara yang dekat dengan sasaran kepada AFP.
Di kota terdekat, Mila Ryabova (39), mengatakan kepada AFP bahwa dia terbangun oleh antara delapan hingga 10 ledakan kuat.
"Kami bersama keluarga mempersiapkan putri saya untuk sekolah, tetapi sekarang tidak ada listrik di rumah dan di sekolah kami," kata Ryabova, yang merupakan seorang penerjemah.
"Tapi kami khawatir dan berbicara tentang peluang untuk pindah ke luar negeri, karena ada musim dingin di depan. Kami mungkin tidak memiliki listrik, pasokan panas."
Serangan sebelumnya bulan ini telah menghancurkan sekitar sepertiga dari pembangkit listrik Ukraina.
Di Moldova, pemerintah mengatakan sebuah rudal Rusia yang ditembak oleh sistem pertahanan udara Ukraina jatuh di sebuah desa di utara negara itu, tetapi tanpa menyebabkan cedera.
Kementerian Dalam Negeri setempat mengatakan rudal itu jatuh di desa Naslavcea dekat perbatasan Ukraina.
Serangan massal hari Senin terjadi setelah Rusia menarik diri dari perjanjian penting yang memungkinkan pengiriman biji-bijian penting melalui koridor keamanan maritim.
Kesepakatan Juli untuk membuka ekspor biji-bijian yang ditandatangani antara Rusia dan Ukraina—dan ditengahi oleh Turki dan PBB—sangat penting untuk meredakan krisis pangan global yang disebabkan oleh konflik.
Tetapi Rusia mengumumkan pada hari Sabtu bahwa mereka akan menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan itu setelah menuduh Kiev melakukan serangan pesawat tak berawak "besar-besaran" terhadap armada Laut Hitam-nya, yang oleh Ukraina disebut sebagai "dalih palsu".
Sevastopol di Crimea yang dicaplok Moskow telah menjadi sasaran beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir dan berfungsi sebagai markas armada dan pusat logistik untuk operasi Rusia di Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov memperingatkan bahwa melanjutkan ekspor biji-bijian tanpa partisipasi Rusia "hampir tidak layak".
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada Senin bahwa mereka menginginkan "komitmen tambahan" dari Ukraina untuk tidak menggunakan koridor ekspor gandum untuk tujuan militer.
Sementara itu, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina akan menjunjung tinggi komitmennya terhadap kesepakatan ekspor biji-bijian. Itu disampaikan setelah dia melakukan pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. "Kami siap untuk tetap menjadi penjamin keamanan pangan (global)," katanya.
Sebaliknya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengulangi tuduhan bahwa Ukraina menggunakan koridor gandum untuk serangan terhadap armada Laut Hitam Moskow.
Dia juga mengatakan bahwa Kiev telah membahayakan kapal-kapal sipil, dan menyerukannya untuk menjamin bahwa tidak akan ada ancaman terhadap keselamatan kapal-kapal sipil.
Meskipun keputusan Rusia untuk menangguhkan partisipasinya, setidaknya 10 kapal kargo sarat dengan biji-bijian dan produk pertanian lainnya meninggalkan pelabuhan Ukraina pada hari Senin. Itu terpantau dari situs lalu lintas laut.
"Kapal kargo sipil tidak bisa menjadi sasaran militer atau disandera. Makanan harus mengalir," kata Amir Abdulla, Koordinator PBB untuk Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam, di Twitter.
Di tempat lain, di Wina, pengawas nuklir PBB; Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menegaskan telah memulai inspeksi di Ukraina sebagai bagian dari verifikasi independen atas tuduhan Rusia bahwa Kiev memproduksi apa yang disebut "bom kotor".
Kiev telah membantah tuduhan itu, dan mengatakan bahwa Moskow sendiri yang mungkin menggunakan "bom kotor" dalam serangan "bendera palsu".
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda