Menkes Irlandia: Butuh Vaksin COVID-19 untuk Akhiri Social Distancing
Selasa, 14 April 2020 - 08:32 WIB
DUBLIN - Menteri Kesehatan (Menkes) Irlandia, Simon Harris, mengatakan aturan social distancing (pembatasan atau menjaga jarak sosial) tetap berlaku di negaranya untuk memperlambat penyebaran virus corona baru (COVID-19). Aturan tidak akan dicabut berlaku sampai vaksin tersedia.
Social distancing yang diadopsi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah menjaga jarak antarorang sejauh dua meter. Namun, WHO secara resmi mengganti istilah social distancing dengan physical distancing atau menjaga jarak fisik.
Lebih dari selusin raksasa pembuat obat global telah mengumumkan rencana dalam beberapa bulan terakhir untuk mengembangkan vaksin dan perawatan untuk virus corona baru. Namun, kalau pun tersedia, hanya sedikit vaksin yang mungkin menjangkau pasien tepat pada waktunya untuk membendung wabah saat ini.
Seperti di banyak negara, Irlandia telah merespons dengan lockdown virtual. Pemerintah memperpanjang pembatasan tinggal di rumah pada hari Jumat hingga 5 Mei, ketika berharap untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 secara cukup untuk mulai mencabut berbagai pembatasan.
"Tidak akan ada titik ajaib pada awal Mei di mana kehidupan seperti yang kita tahu sebelum virus corona dapat diringkas," kata Simon Harris pada konferensi pers ketika kasus yang dikonfirmasi di negara itu naik di atas 10.000, dengan 365 kematian.
"Menjadi orang yang jujur, menjaga jarak sosial akan tetap menjadi bagian yang sangat besar dari kehidupan, tidak hanya di Irlandia, tetapi di seluruh dunia, sampai kita mendapatkan vaksin atau perawatan yang efektif," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Selasa (14/4/2020).
Irlandia melaporkan 527 kasus baru pada hari Senin dari sampel yang diuji di laboratorium Irlandia, dan 465 kasus lainnya yang sebagian besar terkait dengan sampel yang diambil pada bulan Maret yang dikirim ke laboratorium Jerman untuk penilaian setelah Irlandia mengalami kendala kapasitas.
Kepala Eksekutif Layanan Kesehatan (HSE) Paul Reid menambahkan ketertinggalan tes COVID-19 telah berkurang dari titik tertinggi sekitar 35.000 orang menunggu hasil menjadi sekitar 11.000.
Menurut Departemen Kesehatan setempat, sekitar 72.000 tes telah diselesaikan hingga saat ini. Angka itu termasuk di antara tingkat tertinggi di Eropa.
Lihat Juga: 5 Negara yang Dulu Tidak Mengakui Palestina tapi Sekarang Mengakui, dari Irlandia hingga Jamaika
Social distancing yang diadopsi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah menjaga jarak antarorang sejauh dua meter. Namun, WHO secara resmi mengganti istilah social distancing dengan physical distancing atau menjaga jarak fisik.
Lebih dari selusin raksasa pembuat obat global telah mengumumkan rencana dalam beberapa bulan terakhir untuk mengembangkan vaksin dan perawatan untuk virus corona baru. Namun, kalau pun tersedia, hanya sedikit vaksin yang mungkin menjangkau pasien tepat pada waktunya untuk membendung wabah saat ini.
Seperti di banyak negara, Irlandia telah merespons dengan lockdown virtual. Pemerintah memperpanjang pembatasan tinggal di rumah pada hari Jumat hingga 5 Mei, ketika berharap untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 secara cukup untuk mulai mencabut berbagai pembatasan.
"Tidak akan ada titik ajaib pada awal Mei di mana kehidupan seperti yang kita tahu sebelum virus corona dapat diringkas," kata Simon Harris pada konferensi pers ketika kasus yang dikonfirmasi di negara itu naik di atas 10.000, dengan 365 kematian.
"Menjadi orang yang jujur, menjaga jarak sosial akan tetap menjadi bagian yang sangat besar dari kehidupan, tidak hanya di Irlandia, tetapi di seluruh dunia, sampai kita mendapatkan vaksin atau perawatan yang efektif," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Selasa (14/4/2020).
Irlandia melaporkan 527 kasus baru pada hari Senin dari sampel yang diuji di laboratorium Irlandia, dan 465 kasus lainnya yang sebagian besar terkait dengan sampel yang diambil pada bulan Maret yang dikirim ke laboratorium Jerman untuk penilaian setelah Irlandia mengalami kendala kapasitas.
Kepala Eksekutif Layanan Kesehatan (HSE) Paul Reid menambahkan ketertinggalan tes COVID-19 telah berkurang dari titik tertinggi sekitar 35.000 orang menunggu hasil menjadi sekitar 11.000.
Menurut Departemen Kesehatan setempat, sekitar 72.000 tes telah diselesaikan hingga saat ini. Angka itu termasuk di antara tingkat tertinggi di Eropa.
Lihat Juga: 5 Negara yang Dulu Tidak Mengakui Palestina tapi Sekarang Mengakui, dari Irlandia hingga Jamaika
(min)
tulis komentar anda