19 Tahun Ditahan Tanpa Pengadilan, Napi Tertua di Guantanamo Dibebaskan
Minggu, 30 Oktober 2022 - 18:50 WIB
WASHINGTON - Narapidana tertua di fasilitas penahanan Teluk Guantanamo yang dikelola Amerika Serikat di Kuba, Saifullah Paracha telah dibebaskan ke negara asalnya Pakistan . Ia dibebaskan setelah hampir 20 tahun ditahan tanpa pengadilan.
“Kementerian Luar Negeri menyelesaikan proses antar-lembaga yang ekstensif untuk memfasilitasi pemulangan Tuan Paracha,” kata Kementerian Luar Negeri Pakistan itu dalam sebuah pernyataan, Sabtu (29/10/2022).
“Kami senang bahwa seorang warga negara Pakistan yang ditahan di luar negeri akhirnya bersatu kembali dengan keluarganya,” lanjut pernyataan itu, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Pengusaha Paracha ditangkap pada tahun 2003 di Thailand dan dituduh mendanai kelompok bersenjata, tetapi dia tetap mengaku tidak bersalah dan menyatakan cintanya pada AS. Pada bulan Mei, AS menyetujui pembebasan Paracha yang hanya menyimpulkan bahwa dia “bukan ancaman berkelanjutan” bagi AS.
Paracha, yang belajar di AS, memiliki bisnis ekspor-impor yang memasok pengecer besar AS. Pihak berwenang AS menuduhnya melakukan kontak dengan tokoh al-Qaeda, termasuk Osama bin Laden dan Khalid Sheikh Mohammed.
Pada 2008, pengacara Paracha mengatakan pengusaha itu bertemu bin Laden pada 1999, dan setahun kemudian, sehubungan dengan produksi program televisi. Reprieve, sebuah badan amal hak asasi manusia yang berbasis di Inggris, menggambarkan Paracha sebagai "tahanan selamanya".
Seperti kebanyakan tahanan di Guantanamo, Paracha – berusia 74 atau 75 tahun – tidak pernah didakwa secara resmi dan memiliki sedikit kekuatan hukum untuk menentang penahanannya.
Penjara militer rahasia AS didirikan setelah 9/11 untuk menahan tersangka anggota al-Qaeda yang ditangkap selama invasi ke Afghanistan pada tahun 2001.
Tetapi, dari 780 narapidana yang ditahan selama apa yang disebut "perang melawan teror" AS, 732 dibebaskan tanpa tuduhan. Banyak dari mereka dipenjara selama lebih dari satu dekade tanpa sarana hukum untuk menentang penahanan mereka.
Hampir 40 tahanan tetap berada di fasilitas penahanan paling terkenal di dunia, yang telah menjadi simbol pelanggaran hak asasi manusia.
Kepulangan Paracha pada hari Sabtu terjadi setelah Presiden AS Joe Biden tahun lalu menyetujui pembebasannya, bersama dengan seorang warga negara Pakistan lainnya Abdul Rabbani, 55, dan penduduk asli Yaman Utsman Abdul al-Rahim Uthman, 41.
Biden berada di bawah tekanan untuk membersihkan tahanan yang tidak didakwa di Guantanamo dan melanjutkan persidangan mereka yang dituduh memiliki hubungan langsung dengan al-Qaeda. Di antara sekitar 40 narapidana yang tersisa adalah beberapa pria yang diduga memiliki peran langsung dalam 9/11 dan serangan al-Qaeda lainnya.
“Kementerian Luar Negeri menyelesaikan proses antar-lembaga yang ekstensif untuk memfasilitasi pemulangan Tuan Paracha,” kata Kementerian Luar Negeri Pakistan itu dalam sebuah pernyataan, Sabtu (29/10/2022).
“Kami senang bahwa seorang warga negara Pakistan yang ditahan di luar negeri akhirnya bersatu kembali dengan keluarganya,” lanjut pernyataan itu, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Pengusaha Paracha ditangkap pada tahun 2003 di Thailand dan dituduh mendanai kelompok bersenjata, tetapi dia tetap mengaku tidak bersalah dan menyatakan cintanya pada AS. Pada bulan Mei, AS menyetujui pembebasan Paracha yang hanya menyimpulkan bahwa dia “bukan ancaman berkelanjutan” bagi AS.
Paracha, yang belajar di AS, memiliki bisnis ekspor-impor yang memasok pengecer besar AS. Pihak berwenang AS menuduhnya melakukan kontak dengan tokoh al-Qaeda, termasuk Osama bin Laden dan Khalid Sheikh Mohammed.
Pada 2008, pengacara Paracha mengatakan pengusaha itu bertemu bin Laden pada 1999, dan setahun kemudian, sehubungan dengan produksi program televisi. Reprieve, sebuah badan amal hak asasi manusia yang berbasis di Inggris, menggambarkan Paracha sebagai "tahanan selamanya".
Seperti kebanyakan tahanan di Guantanamo, Paracha – berusia 74 atau 75 tahun – tidak pernah didakwa secara resmi dan memiliki sedikit kekuatan hukum untuk menentang penahanannya.
Penjara militer rahasia AS didirikan setelah 9/11 untuk menahan tersangka anggota al-Qaeda yang ditangkap selama invasi ke Afghanistan pada tahun 2001.
Tetapi, dari 780 narapidana yang ditahan selama apa yang disebut "perang melawan teror" AS, 732 dibebaskan tanpa tuduhan. Banyak dari mereka dipenjara selama lebih dari satu dekade tanpa sarana hukum untuk menentang penahanan mereka.
Hampir 40 tahanan tetap berada di fasilitas penahanan paling terkenal di dunia, yang telah menjadi simbol pelanggaran hak asasi manusia.
Kepulangan Paracha pada hari Sabtu terjadi setelah Presiden AS Joe Biden tahun lalu menyetujui pembebasannya, bersama dengan seorang warga negara Pakistan lainnya Abdul Rabbani, 55, dan penduduk asli Yaman Utsman Abdul al-Rahim Uthman, 41.
Biden berada di bawah tekanan untuk membersihkan tahanan yang tidak didakwa di Guantanamo dan melanjutkan persidangan mereka yang dituduh memiliki hubungan langsung dengan al-Qaeda. Di antara sekitar 40 narapidana yang tersisa adalah beberapa pria yang diduga memiliki peran langsung dalam 9/11 dan serangan al-Qaeda lainnya.
(esn)
tulis komentar anda