Darurat Militer, Rusia Dilaporkan Tarik Pasukan dari Suriah

Jum'at, 21 Oktober 2022 - 11:44 WIB
Rusia dilaporkan tarik pasukan dari Suriah untuk ditempatkan di Ukraina. Foto/Ilustrasi
DAMASKUS - Media yang berbasis di Amerika Serikat (AS), New York Times (NYT) melaporkan, Rusia telah memindahkan personel dan perangkat militer utamanya dari Suriah ke Ukraina.

Laporan ini muncul di tengah penerapan darurat militer yang diumumkan Presiden Vladimir Putin di empat wilayah yang baru-baru ini memilih menjadi bagian negara Rusia di tengah konflik dengan Ukraina.

Dua diplomat Barat dan seorang pejabat pertahanan Israel yang memilih untuk tidak mengungkapkan identitasnya memberitahu NYT jumlah personel yang berbeda-beda terkait pemindahan itu.



Dua sumber mengatakan dua batalion, yang artinya berjumlah antara 1.200 dan 1.600 tentara di setiap batalion, sementara yang lain mengatakan jumlahnya jauh lebih besar.

Militer Rusia telah terlibat secara mendalam di Suriah sejak 2015, ketika mereka melakukan intervensi untuk membantu rezim Bashar al-Assad melawan kelompok pemberontak yang telah menguasai sebagian besar wilayah negara itu setelah pemberontakan.



Kehadiran militer Rusia ini - yang datang bersamaan dengan dukungan Iran untuk Presiden Bashar al-Assad - memerlukan koordinasi antara Rusia dan Israel, yang telah melakukan banyak serangan terhadap sasaran Iran di Suriah.

Sumber-sumber NYT mengesankan bahwa pemindahan perseonel dan perangkat militer Rusia baru-baru ini dapat memberi Israel tangan yang lebih bebas di daerah tersebut.

Di tengah invasi Rusia ke Ukraina, beberapa analis dan aktivis mengatakan bahwa kegagalan untuk meminta pertanggungjawaban Moskow atas pemboman di Suriah telah membuat Putin keberanian dalam perang terbarunya.

"Itulah yang mendorong Putin untuk melanjutkan kejahatannya di Suriah, untuk memblokir solusi damai bagi perang dan akhirnya invasi ke Ukraina. Dia tidak mengharapkan reaksi dari Barat seperti yang dia lakukan," ucap Direktur Eksekutif Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) Fadel Abdul Ghany seperti dikutip dari Al Araby, Jumat (21/10/2022).

Sebuah laporan yang diterbitkan pada bulan September mengatakan bahwa tujuh tahun pemboman Rusia di Suriah telah menewaskan sedikitnya 6.943 warga sipil termasuk 2.044 anak-anak, meskipun jumlah sebenarnya bisa jauh lebih besar.



Lebih dari 500 ribu orang diyakini telah tewas dalam konflik Suriah, sebagian besar akibat pemboman rezim Damaskus dan Rusia terhadap wilayah sipil.

Analis mencatat peningkatan dalam pemboman Rusia di Idlib yang dikuasai pemberontak pada September menyusul kekalahan memalukan Moskow di Ukraina.

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin memberlakukan darurat militer di Donetsk dan Luhansk, serta Wilayah Kherson dan Zaporozhia. Itu dilakukan ditengah kemajuan pasukan Ukraina dan merebut kembali sejumlah wilayah.

Orang-orang di empat bekas wilayah Ukraina memberikan suara dalam referendum bulan lalu untuk meminta Moskow menerima mereka sebagai bagian dari Rusia.

Ukraina menolak pemungutan suara sebagai tidak sah dan berjanji menggunakan kekuatan militer untuk merebut daerah.



(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More