Pembantaian Tempat Penitipan Anak di Thailand: Kisah Anak 3 Tahun yang Selamat
Selasa, 11 Oktober 2022 - 14:54 WIB
Dia adalah satu-satunya anak yang hidup melalui pembantaian di Nong Bua Lamphu pada hari Kamis lalu. Total 37 orang tewas - termasuk istri dan anak tiri pelaku penyerangan - dan 24 di antaranya adalah anak-anak.
"Saya merasa sangat bersyukur dia selamat. Saya memeluknya erat-erat saat pertama kali melihatnya," ucap Somsak.
Ibu Emmy, Panompai Srithong (35), bekerja di Bangkok selama seminggu. Dia telah diberitahu bahwa semua anak di pusat itu telah meninggal, dan perlu diyakinkan bahwa putrinya masih hidup.
"Saya akhirnya mendapat panggilan video dengan Emmy dan dipenuhi dengan kelegaan yang terberkati," akunya.
Kota kecil ini dipenuhi dengan keluarga yang berduka, dan selama beberapa hari pertama, kakek-nenek Emmy berjuang untuk mengetahui apa yang harus dikatakan kepadanya. Dia terus menanyakan sahabatnya, Pattarawut yang berusia tiga tahun, yang juga dikenal sebagai Taching.
Mereka selalu tidur siang dengan kaki bersentuhan. Dia juga menyukai pusat penitipan anak dan ingin menjadi seperti gurunya.
"Neneknya akhirnya memberi tahu dia bahwa teman-teman sekolahnya semua telah meninggal, bersama dengan gurunya, dan pusat penitipan anak ditutup," kata sang ibu.
"Dia hanya ingin pergi ke sekolah setiap hari. Kami harus terus memberitahunya bahwa sekolah ditutup. Dia terlalu muda untuk memahami konsep kematian," ujarnya.
"Saya merasa sangat bersyukur dia selamat. Saya memeluknya erat-erat saat pertama kali melihatnya," ucap Somsak.
Ibu Emmy, Panompai Srithong (35), bekerja di Bangkok selama seminggu. Dia telah diberitahu bahwa semua anak di pusat itu telah meninggal, dan perlu diyakinkan bahwa putrinya masih hidup.
"Saya akhirnya mendapat panggilan video dengan Emmy dan dipenuhi dengan kelegaan yang terberkati," akunya.
Kota kecil ini dipenuhi dengan keluarga yang berduka, dan selama beberapa hari pertama, kakek-nenek Emmy berjuang untuk mengetahui apa yang harus dikatakan kepadanya. Dia terus menanyakan sahabatnya, Pattarawut yang berusia tiga tahun, yang juga dikenal sebagai Taching.
Mereka selalu tidur siang dengan kaki bersentuhan. Dia juga menyukai pusat penitipan anak dan ingin menjadi seperti gurunya.
"Neneknya akhirnya memberi tahu dia bahwa teman-teman sekolahnya semua telah meninggal, bersama dengan gurunya, dan pusat penitipan anak ditutup," kata sang ibu.
"Dia hanya ingin pergi ke sekolah setiap hari. Kami harus terus memberitahunya bahwa sekolah ditutup. Dia terlalu muda untuk memahami konsep kematian," ujarnya.
tulis komentar anda