Pasokan Amunisi AS Terkuras Banyak Gara-gara Bantu Perang Ukraina
Sabtu, 08 Oktober 2022 - 14:02 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS), dalam waktu dekat, tidak dapat memberi Ukraina jenis amunisi tertentu yang penting untuk perangnya melawan invasi Rusia . Sebab, persediaan Washington habis lebih cepat daripada amunisi baru yang akan tiba sebagai pengganti.
Washington sejauh ini telah menjadi pemasok senjata terbesar ke Ukraina sejak Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari, di mana lebih dari USD16,8 miliar bantuan militer diberikan.
"Tetapi persediaan beberapa peralatan AS mencapai tingkat minimum yang diperlukan untuk rencana dan pelatihan perang, dan pengisian kembali ke tingkat pra-invasi bisa memakan waktu bertahun-tahun," kata Mark Cancian, analis dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), seperti dikutip AFP, Sabtu (8/10/2022).
Seorang pejabat militer AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Washington "belajar pelajaran" dari konflik tentang kebutuhan amunisi dalam perang kekuatan besar, yang "jauh lebih besar" dari yang diharapkan.
Perusahaan pertahanan Amerika dipaksa untuk secara drastis mengurangi produksi pada 1990-an ketika Amerika Serikat memangkas pengeluaran pertahanan setelah runtuhnya Uni Soviet, dan jumlah mereka turun secara dramatis, dari puluhan menjadi satu digit.
Sekarang, pemerintah AS harus meyakinkan industri untuk membuka kembali jalur perakitan dan meluncurkan kembali produksi barang-barang seperti rudal anti-pesawat Stinger, yang belum dibuat sejak 2020.
Beberapa peralatan yang disediakan AS telah menjadi simbol perang di Ukraina, seperti senjata anti-tank Javelin yang banyak digunakan oleh pasukan Kiev untuk menumpulkan kemajuan Rusia di ibu kota, dan HIMARS—sistem roket presisi yang sekarang memainkan peran kunci dalam serangan balasan terhadap pasukan Moskow di timur dan selatan Ukraina.
Tetapi persediaan amunisi AS untuk HIMARS—yang menembakkan roket berpemandu GPS yang dikenal sebagai GMLRS, dengan jangkauan lebih dari 80 km—semakin berkurang.
Washington sejauh ini telah menjadi pemasok senjata terbesar ke Ukraina sejak Rusia melancarkan invasi pada 24 Februari, di mana lebih dari USD16,8 miliar bantuan militer diberikan.
"Tetapi persediaan beberapa peralatan AS mencapai tingkat minimum yang diperlukan untuk rencana dan pelatihan perang, dan pengisian kembali ke tingkat pra-invasi bisa memakan waktu bertahun-tahun," kata Mark Cancian, analis dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), seperti dikutip AFP, Sabtu (8/10/2022).
Seorang pejabat militer AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Washington "belajar pelajaran" dari konflik tentang kebutuhan amunisi dalam perang kekuatan besar, yang "jauh lebih besar" dari yang diharapkan.
Perusahaan pertahanan Amerika dipaksa untuk secara drastis mengurangi produksi pada 1990-an ketika Amerika Serikat memangkas pengeluaran pertahanan setelah runtuhnya Uni Soviet, dan jumlah mereka turun secara dramatis, dari puluhan menjadi satu digit.
Sekarang, pemerintah AS harus meyakinkan industri untuk membuka kembali jalur perakitan dan meluncurkan kembali produksi barang-barang seperti rudal anti-pesawat Stinger, yang belum dibuat sejak 2020.
Beberapa peralatan yang disediakan AS telah menjadi simbol perang di Ukraina, seperti senjata anti-tank Javelin yang banyak digunakan oleh pasukan Kiev untuk menumpulkan kemajuan Rusia di ibu kota, dan HIMARS—sistem roket presisi yang sekarang memainkan peran kunci dalam serangan balasan terhadap pasukan Moskow di timur dan selatan Ukraina.
Tetapi persediaan amunisi AS untuk HIMARS—yang menembakkan roket berpemandu GPS yang dikenal sebagai GMLRS, dengan jangkauan lebih dari 80 km—semakin berkurang.
tulis komentar anda